Vote
“Hai Seul,” Jimin kembali datang dengan sepucuk surat dan setangkai mawar.
Seulgi hanya memutar kedua bola matanya menatap Jimin tak selera. Sudah terlalu sering dia ngalamin hal ini yang membuatnya seakan gila jika terus dihantui Jimin pada jam istirahat.
“Cinta Tak terbalaskan.” Jimin menggerakkan tangannya ke udara agar terlihat keren dalam membaca puisi.
“Lo ngapain lagi sih?!” Bentak Seulgi dengan wajah yang sangat kusut. Dia sudah terlalu muak mendengar puisi puisi murahan Jimin. Sampai kiamat pun dia berjanji tak akan pernah jatuh cinta pada cowok bantet dan sipit itu.
“Cintaku tak terbalaskan, Cintaku sangat menyedihkan,” Jimin membaca penggalan puisinya dengan memasang raut menyedihkan di depan Seulgi. Tapi Seulgi tak mempedulikannya dan kembali membaca novel sambil menyeruput minumannya
“Cintaku sangatlah parah. Sakit! Seperti berusaha menahan kentut dalam busway,” Tiba-tiba Seulgi memuncratkan minumannya mendengar penggalan puisi Jimin.
Beberapa siswa yang melihat pun hanya bisa cekikikan menahan tawa.
“Akhirnya lo peka.” ucap Jimin pelan.
Seulgi terlihat malu dengan pandangan teman-teman sekolah yang menjadi santapannya satu minggu terakhir ini.
“Seulgi ku sayang! Aku akan selalu menantimu hingga ajal menjemput.” Jimin membungkukkan badannya dan menyerahkan setangkai bunga kepada Seulgi.
Seulgi kembali menghela napas panjang, puisi macam apa ini? Tapi akhirnya dengan berat hati Seulgi menerima tangkai itu agar tidak ada lagi puisi puisi alay di hari hari berikutnya.
Jimin terlonjak dan langsung melompat sambil beberapa kali mengucapkan terima kasih kepada Seulgi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Keesokan harinya.....
Seulgi kembali melakukan aktivitas ekstrakurikuler sepulang sekolah. Tapi seperti semalam sang Ketua Umum sedang sangat aktif-aktifnya dalam melaksanakan kegiatan baru yang akhirnya membuatnya pulang agak lama. Seulgi masih berada di dalam kelas untuk melanjutkan novelnya yang tertunda. Tadi siang tak ada puisi alay dari Jimin yang membuatnya dapat bernapas lega. Mungkin itu hanya taruhan dari teman sekelas Jimin, pikirnya.
Tapi semua tiba-tiba berbeda ketika dari gerbang sekolah terlihat Jimin dan kawan-kawan berjalan masuk ke sekolah. Sebelum Seulgi bersembunyi di kamar mandi, Jimin langsung lari menahannya. Jimin mendudukkan Seulgi di bangku depan kelas. Seulgi gugup dan tak bisa berkata apa-apa ketika melihat Taehyung membawa sebuket bunga mawar, Jungkook membawa 3 buah novel tebal, dan Yoongi membawa 5 kotak coklat.
“Seulgi ku sayang!” Seulgi kembali memutar bola matanya merasa waktunya hanya sia-sia mendengar Jimin yang kembali berpuisi.
“Hidungku kempas kempis hanya dengan melihat hidungmu. Mataku menyipit melihat mata sipit mu. Bibirku bergetar melihat bibir tipis mu dan jiwaku tak dapat menahan gelora cinta yang membara.” Seulgi kembali melongo mendengar puisi Jimin.
Tapi akhirnya ia hanya pasrah mendengar lanjutan penggalan puisi yang menurutnya sangat tidak cocok baginya. Tapi hal lain yang dipikirkannya adalah barang barang yang dibawakan teman Jimin. Jangan bilang kalau Jimin pengen nembak?! Mati deh!
“Maukah kau menerimaku?” Tanya Jimin yang kemudian memberikan sebuket bunga mawar.
"Untung gak banyak orang di sini", batin Seulgi
“Menerima?” Jimin mengangguk dan Seulgi hanya bisa meneguk ludahnya. Seulgi kemudian menerima sebuket bunga itu dengan keadaan ragu.
Jimin kembali berpuisi
“cokelat ini sebagai tanda manisnya cintaku untukmu.” Jimin mengelaurkan lima cokelat itu ke hadapan Seulgi yang kembali diterimanya.
“Dan yang terakhir agar kacamatamu kembali menebal karena buku-buku ini,” Jimin menyerahkan tiga novel itu kepada Seulgi.
Seulgi hanya memikirkan apa maksud dari puisinya tadi. Tapi Seulgi hanya bisa terdiam mengingat kalau Jimin emang gila.
“Udah gitu aja. Pulang yuk!” ajak Jimin ke teman-temannya.
Seulgi kembali melongo menatap punggung Jimin yang menjauh.
" Jadi maksudnya ini apa?"
“Gue cuma pengen bikin lo bahagia, itu aja.” Jimin berteriak sambil mengukir senyuman tulus yang selama ini tidak pernah Seulgi lihat tapi demi apa pun dia terlihat tampan seperti itu.
Mata Seulgi kemudian mendapati kertas di dalam buket bunga tadi.
‘Gue gak akan paksa lo cinta sama gue. Lihat lo terima bunga mawar kemarin udah bikin gue senang. Makasih Seulgi’.
Seulgi hanya bisa menautkan alisnya tidak mengerti dengan keadaan. Tapi kemudian dia menyadari sesuatu. Jimin akan meninggalkan sekolah. Perkataan pak Yoo kemarin membuatnya senang sekaligus merasa bersalah. Senang karena gak akan ada lagi puisi-puisi aneh di istirahat pertama dan merasa bersalah karena gak ngebalas cinta alay Jimin.
Makasih Jimin.