28. Goodbye

697 72 2
                                    

Vote

Jangan menangis, jangan kau keluarkan air matamu untuk ku . Karena aku pergi bukan untuk meninggalkanmu selamanya. Aku pergi untuk menjalankan kewajibanku, sebagai warga negara yang baik. Tersenyumlah untukku, sebagai hadiah terakhir dan pengantar kepergianku . Aku pergi , don’t cry Saranghae ( Park Jimin )

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

“ jangan pergi.” ucap seorang gadis, seraya tangannya memegang lengan seorang pria dengan erat.

Air matanya sedari tadi mengalir deras dari pelupuk matanya, tak memperdulikan jika nanti kedua bola matanya akan bengkak. Karena terlalu lama menangis.

“jangan pergi eoh.” ucapnya lagi, masih dengan tangan yang memegang erat tangan sang pria.

Melihat gadis yang notabenya adalah kekasihnya masih bercucuran air mata, sang pria hanya bisa menghela napas beratnya. Sesekali mengusap lelehan air mata di pipi sang kekasih, entah sudah berapa kali ia mendengar rengekan sang kekaksih. Yang menyuruhnya untuk tidak pergi.

“Apa kau tak lelah menangis, aku tidak akan pergi jauh sayang. Aku masih berada satu negara denganmu, bahkan kalau aku dapat ijin libur. Aku bisa menemuimu, jadi simpan air matamu dihari kebahagian kita nanti.”

Sang gadis menggelengkan kepalanya, masih dengan diiringi tangisan dan lelehan air mata meski tak sekencang tadi. Membuat sang pria menghembuskan nafas beratnya, seharusnya tadi ia tidak usah memberitahukan padanya tanggal dimulainya military servicenya pada sang kekasih. Jika tahu akan berakhir seperti ini.

Ya, akhir bulan lalu tepatnya bulan Oktober. Ia mendapat surat panggilan dari pemerintah, yang memberitahukan padanya tanggal ia harus berangkat mengikuti pelatihan. Meski ia sendiri tidak akan berdinas sebagai tentara aktif.

Ia akan bekerja sebagai pegawai pemerintahan, tepatnya di pelayanan masyarakat. Yang tidak memerlukan aktifitas yang berat. Bisa saja ia menolak melaksanakan wajib militer, atas dasar riwayat kesehatannya.

Dan tanggal 25 bulan November nanti ia akan melakukan pelatihan selama empat minggu di Nonsan, 213 kilometer dari Seoul. Dan ia sendiri belum tahu akan di tempatkan dimana nantinya. Mungkin saja ia akan ditempatkan dibagian staff, sama seperti Hoseok atau justru sebaliknya.

“jangan pergi.” ujarnya lagi, yang mungkin saja membuat sang pria bosan mendengar rengekannya.

“Hanya dua tahun, sayang. Dan aku pergi untuk menjalankan kewajibanku sebagai warga negara yang baik.”

“tidak!!, kau tidak boleh pergi. Disini saja, temani aku.”

Hampir sepuluh menit lamanya Jimin juga Seulgi bertahan dengan posisi saling memeluk. Jimin kemudian mengendurkan dekapannya. Ia tatap wajah Seulgi yang dipenuhi bekas-bekas air mata. Beruntung tangisan Seulgi sudah reda. Jimin menghapus kedua pipi basah Seulgi dengan ibu jarinya.

“Kang Seulgi, listen to me. Dulu kau juga pernah merasakan seperti ini kan, ditinggal lama oleh orang terdekatmu?”

Gadis yang dipanggil Seulgi oleh kekasihnya itu, lagi menggunakan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan yang dilontarkan sang kekasih. Iya, dulu ia pernah mengalaminya. Saat dimana kakak laki-lakinya, harus mengemban dan menjalankan kewajibannya menjadi seorang prajurit.

Ya, dinegaranya memang mewajibkan seorang laki-laki untuk mengikuti pelatihan militer. Dengan jangka waktu dua tahun, setelah sebelumnya melalui pelatihan terlebih dahulu sebelum ditempatkan dimana ia akan ditugaskan.

Tapi pria yang didepannya sekarang ini bukan kakaknya, melainkan orang special baginya. Ia tahu sebagai seorang kekasih, seharusnya ia tidak merengek seperti anak kecil. Seharusnya ia memberi dukungan dan dorongan untuknya, bukannya menangis seperti ini.

One shoot ( Seulmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang