🍁3

3.4K 107 0
                                    

Aku, Zahra dan kak Revan telah sampai di rumahku.

Saat kami masuk, kami melihat Fathir, adik Zahra sedang menonton televisi di ruang tengah.

Ya, jika ibu Zahra tidak dirumah. Dia menitipkan Zahra dan adiknya dirumahku.

Tentu saja papa tidak keberatan. Ibunya Zahra dan Papa adalah sahabat dari kecil.

Sama sepertiku dan Zahra.

"Fathir!" Teriakku dan Zahra bersamaan.

"Halo mbak." Jawab Fathir masih fokus pada televisi.

Di rumahku ada seorang pembantu. Jadinya, Fathir tidak sendirian.

"Yaudah, kakak pulang dulu ya. Assalamualaikum." Pamit kak Revan.

"Oh, iya kak. Waalaikumsalam." Jawabku.

Kemudian, kak Revan keluar dari rumahku.

"Dea, serius kamu mau menikah dengan kak Revan?" Tanya Zahra.

Aku mengangguk. "Ya, ini juga demi Papa kan."

"Ya tapi, apa Papa tidak bisa mencari yang lain gitu?" Tanya Zahra lagi.

Aku mengidikkan bahu.

"Semoga nanti mama bisa nyari suami yang terbalik dengan tipemu Zah." Ucapku yang diiringi tawa kecil.

Zahra membulatkan matanya. "Ngak! Ngak boleh!!"

Aku makin tertawa keras.

"Mbak Dea, bisa diem ngak sih?" Tanya Fathir masih setia melihat kearah televisi.

Pria yang masih duduk di kelas 8 itu kini menatapku tajam.

Aku cengcengesan. "Hehehe, sorry thir."

Lalu, Fathir melanjutkan tontonannya.
.

.

.
Hari sudah mulai gelap. Kini, bang Dean dan bibi yang bekerja dirumah ku, tengah memasak makan malam.

Zahra, Fathir dan bang Zhafir juga masih berada di rumahku.

"Dea, kapan nih kamu mau nikah?" Tanya bang Zhafir.

Zahra terbatuk-batuk mendengar pertanyaan abangnya itu.

"Bang... Dea aja belum bilang 'iya'. Masa main nikah aja sih!" Jawabku.

Zahra mengangguk.

"Makan malam sudah siap~" Bang Dean dan bibi menaruh makanan dimeja makan.

"Yee... Makan." Fathir semangat banget.

Kayak ngak pernah makan aja tu anak😒

Tak lama kemudian, pintu rumah terbuka.

"Assalamualaikum, anak-anak." Panggil seorang wanita.

"Disini Ma!" Teriakku.

Ya, itu adalah mamanya Zahra. Aku dan bang Dean juga manggil 'Mama'. Aku udah menganggap ibunya Zahra sebagai mamaku. Begitu juga sebaliknya.

"Ya Allah, lagi pada makan ya?" Mama tertawa kecil.

"Oh iya, habis ini ada yang ingin kita bicarakan pada kalian?" Ucap papaku.

Semuanya mengangguk. Kemudian, melanjutkan makan malam yang sempat tertunda.

Aku melongo mendengar perkataan Papaku.

Katanya... Papa akan menikah dengan Mamanya Zahra.

Tentu saja semuanya setuju, mereka ingin merasakan lagi bagaimana enaknya memiliki keluarga lengkap.

"Kapan nikahnya pa?" Tanya Fathir.

"Pokoknya, sebelum Dea menikah." Jawab papa.

"Apa ngak bisa di batalin aja rencana pernikahan Dea?" Tanya Zahra. Dan Papa menggeleng.

Zahra menghela nafas.

"Oke. Anak-anak, ayo kita pulang. Kami pergi dulu ya, Assalamualaikum." Mama, Zahra, bang Zhafir dan Fathir keluar dari rumahku.

"Papa ke kamar dulu ya." Aku dan bang Dean mengangguk. Kemudian, papa berjalan menuju ke kamarnya.

"Aku juga ke kamar dulu ya bang." Aku meninggalkan bang Dean sendirian diruang tamu.

❤❤❤

Aku dan Zahra pulang telat hari ini. Karena kami harus ekskul.

Kami memilih ekskul memanah. Memanah adalah hobiku dan Zahra.

"Yak! Cukup untuk hari ini!" Teriak pak Burhan. Guru ekskul ku.

Aku dan Zahra langsung menggambil air minum kami, kemudian meneguk nya hingga tersisa setengah.

"Dea." Panggil seseorang.

Tunggu, aku mengenal suara itu... Itu kak Revan. Duh! Ngapain sih dia kesini?

"Y-ya? Ada apa kak?" Tanyaku gugup.

"Udah selesai belum? Ayo pulang." Ajak kak Revan.

Aku dan Zahra mengangguk. Kemudian, membereskan barang-barang kami.

Saat aku berjalan, aku mendengar teman-teman seangkatan ku berbisik-bisik.

"Eh, itu kak Revan"

"Iya, duh... Ganteng banget sih"

"Tapi... Ngapain kak Revan sama Dea dan Zahra?"

"Entahlah"

Kurang lebih seperti itu yang kudengar.

Saat di jalan. Kak Revan bertanya padaku.

"Dea, kamu setuju ngak?" Tanya kak Revan.

Aku berfikir sejenak. "Hm, iya. Aku setuju."

[Revision date; 02/05/23]

MY KAKEL MY HUSBAND {COMPLETE}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang