🍁13

1.9K 64 1
                                    

Kini, insiden soal kak Revan yang digebukin sama kak Rizki langsung jadi bahan gosip anak-anak sekolah.

Aku sedikit kesel sih. Setiap hari pasti aja gosip-gosip. Kayak mak-emak komplek.

"Dea!!" Teriak Zahra.

"Ngak usah teriak-teriak dong Zah" Aku memegangi telingaku.

"Kamu di panggil keruang kepala sekolah" Ucap Zahra.

Aku mengerutkan keningku. "Ngapain?"

"Ngak tau. Udah, cepetan sana" Zahra mendorongku keluar dari kelas.

Dengan langkah berat, aku berjalan menuju keruangan kepala sekolah.
.

.

.
Cklek!

"Permisi pak"

"Oh, Dea. Masuklah" Aku perlahan masuk kedalam ruangan pak Muslim. Kepala sekolah.

Aku melihat sudah ada kak Revan, kak Rizki, dan kedua abangku disana.

Aku menelan ludahku dengan susah payah. Kenapa aku harus ada disini?

"Duduklah Dea" Ucap pak Muslim.

Kemudian, aku duduk disebelah kiri kak Revan.

"Baiklah. Rizki, bisa tolong jelaskan apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu memukul temanmu sendiri?" Tanya pak Muslim.

Kak Rizki hanya diam.

Aku ingin berbicara, namun, bang Dean menghentikanku untuk mengeluarkan kata-kata ku.

"Saya... Saya minta maaf" Kak Rizki menunduk.

"Saya juga perlu penjelasan, Rizki" Ucap pak Muslim lagi.

Kak Rizki terdiam sebentar.

"Dulu... Dulu saya sangat membenci Revan. Dia seperti mengambil semua yang pernah saya miliki. Semuanya diambil oleh Revan. Ia bahkan tidak tau, kalau dulu Dean dan Zhafir adalah sahabat baikku. Namun, mereka diambil oleh Revan"

"Dan sekarang, semua orang mengangumi Revan. Jika kalian perlu tau. Dulu, Revan membunuh temanku. Fachri. Sebenarnya aku tau, Revan tidak sengaja menyenggol Fachir saat dia sedang berada di atap.
Dan. Dia juga.... Telah mengambil Dea.."

Aku terkejut mendengar ucapan terakhir kak Rizki.

Apa maksudnya? Mengambilku?

Sedangkan, kak Revan kaget mendengar ucapan kak Rizki.

"Maafkan aku Rizki. Tapi, aku tidak mengambil Dea. Tapi.., kami dijodohkan" Ucap kak Revan membenarkan perkataan kak Rizki.

Aku bangkit dari dudukku. "Tolong jelaskan ada apa ini sebenarnya?!"

Aku mengepalkan tanganku.

"Apa maksudnya? Kak Revan membunuh seseorang? Dan, aku direbut? Tolong jelaskan ada apa sebenarnya?!"

"Jika kau perlu tau, aku  menyukaimu. Bahkan sebelum Revan. Tapi, karena perjodohan itu, aku terpaksa melepaskanmu. Rasanya sakit saat melihatmu dengan Revan. Tapi, jika itu membuatmu bahagia. Aku rela" Ucap kak Rizki sambil tersenyum.

Aku menangis. Lalu membekap mulutku dengan satu tanganku. "Hikss... K-kak Salman?..."

Kak Rizki terkejut mendengar ucapanku barusan.

"Kakak kak Salman kan? Aku tau. Kakak itu sebenernya belum meninggal. Tapi, orang tua kakak memalsukan makam kakak. Lalu, kakak merubah nama kakak agar tak ketahuan oleh orang lain. Benarkan? Jawab aku kak!!" Aku tak dapat membendung air mataku lagi.

"Ya" Jawab kak Rizki, atau bisa dibilang... Kak Salman.

Dulu, kak Salman itu adalah kakak kelas yang populer di sekolahku. Tepatnya, saat aku kelas 5 dan kak Salman kelas 6.

Semenjak suatu kejadian, aku dan kak Salman menjadi dekat. Tapi, saat mengetahui bahwa kak Salman kecelakaan. Aku hancur. Sakit sekali rasanya melihat kak Salman tergeletak lemah dirumah sakit.

Dan, aku benar-benar kaget saat mengetahui bahwa kak Salman ternyata telah wafat.

Orangtuaku dan orangtuanya kak Salman mengenal satu sama lain. Maka dari itu, kami jadi dekat.

Dan, semenjak aku SMP. Aku belajar untuk mengiklaskan kak Salman dan melupakannya. Walau sedikit sulit.

"Maafin abang, De.." Bang Dean langsung memelukku erat.

Aku menangis didalam pelukan bang Dean. Sedangkan kak Revan? Ia hanya diam mencerna ucapan-ucapan yang masuk kedalam otaknya.

"Maafkan kakak, Dea..." Kak Salman menunduk.

Aku melepas pelukan bang Dean. Lalu, berjalan menghampiri kak Salman.

Aku tersenyum. "Ngak papa kok kak. Yang penting, sekarang kakak udah kembali" "Dan, tolong kembalilah menjadi kak Salman yang aku kenal dulu"

Kak Salman tersenyum. Lalu mengangguk.

"Terimakasih..., Dea..."

MY KAKEL MY HUSBAND {COMPLETE}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang