SEBELAS

2.8K 183 8
                                    

HAPPY READING

☘️🍀☘️🍀☘️

"Rasa yang sama, sebuah rasa yang tak pernah berubah"

*******

Alina, gadis Tambun itu tergesa-gesa menyelusuri lorong rumah sakit yang sudah mulai sepi karena memang sudah menuju malam. Dengan penampilan yang hanya memakai celana jins sedikit diatas lutut serta kaos seadanya yang menempel ditubuh Tambunnya itu karena memang sebelumnya ia berniat ingin tidur sebelum mendapatkan kabar yang membuatnya takut seketika.

Mata bulat itu tak henti-hentinya mencari seseorang yang berharap ia kenal di rumah sakit ini, Alina berhenti dari lari kecilnya dengan napas yang tak beraturan ia bisa melihat didepan sana seseorang yang ia kenal sedang duduk di kursi sambil sesekali mengusap airmata yang turun dari mata orang itu.

Dada Alina naik turun perlahan ia mencoba mengatur napasnya menguatkan pada dirinya sendiri, perlahan kaki tambun itu melangkah mendekati wanita paruh baya itu.

"Bun_" ucapnya pelan, entah apa yang harus ia katakan otaknya sekarang hanya satu yang ingin ia tahu bagaimana keadaan pria itu.

Kiki yang merasa di panggil mengangkat wajahnya melihat kesumber suara berada, disana gadis yang anaknya sukai berjalan dengan sangat pelan dengan wajah yang sudah sembab karena menangis sama seperti dirinya.

"Alin, sini nak" pintah Kiki pada gadis tambun itu.

Bima yang kebetulan ada disitu tak merasa kaget karena sebelumnya ia mendengar bahwa ibu dari sahabatnya itu menelpon seseorang sambil menyebut nama gadis itu. Dalam otak pria itu hanya bertanya sedekat itukah gadis itu sehingga memanggil ibu dari pria yang sedang sekarat didalam sana dengan sebutan bunda.

Alina tak mampu untuk menahan airmata, ia mencoba untuk tak menangis tetapi tidak bisa airmata itu turus turun sama dengan perasaannya yang semakin takut.

"Bun" Kiki mengerti dengan perasaan gadis yang sudah ia pegang tangan yang dingin. Perasaan yang sama ia rasakan, perasaan takut yang cukup dalam.

Kiki, wanita paruh baya itu tersenyum hangat menghapus airmata yang terus turun dari mata gadis tambun dihadapannya sekarang.

"Abang anak yang kuat, dia laki-laki yang tangguh kamu tau itu kan" Alina tak menanggapi perkataan ibunda Abil ia masih terus melihat pintu berwarna putih yang ada dihadapannya saat ini.

"Dokter sudah menangani Abang, dan nanti mau di pindahkan ke ruang rawat inap" lanjut Kiki.

Hatinya sedikit lega mendengar bahwa pria itu sudah ditangani oleh dokter, tetapi ia masih belum tau bagaimana keadaan pria itu.

"Bun, keadaan kamu Abil bagaimana?" Tanyanya setelah ia cukup bisa mengendalikan tangisnya.

"Abang, mendapatkan sedikit jahitan pada kepalanya dan tangan kanan serta kaki kirinya patah yang sementara harus banyak istirahat dulu" ucap Kiki sambil mengelah napasnya pelan dengan kondisi anaknya yang cukup parah.

Alina terkejut mendengar kondisi pria itu, separah itukah? Tetapi dalam hatinya ia bersyukur masih bisa melihat pria itu dengan keadaan yang cukup baik.

"Ko bisa Bun?" Tanya lagi masih tak puas Dengan apa yang ia dengar. Kiki melihat kearah tempat sahabat anaknya duduk, Bima yang sedari tadi hanya diam mendengarkan kedua wanita itu.

RASA YANG SAMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang