HAPPY READING
🍀☘️🍀☘️🍀
Langit pun tak menjelaskan kenapa ia biru, seperti aku pun tak bisa menjelaskan kenapa aku mencintaimu
******
"Materi sampai disini dulu, sekian dan terimakasih" ucap dosen yang ada didepan kelas Pertama Alina dan kedua sahabatnya yang duduk disamping tak jauh darinya.
Setelah dosen keluar dari ruangan para mahasiswa maupun mahasiswi berhamburan keluar ruangan yang menyisakan hanya beberapa orang yang masih berada didalam ruangan itu termasuk ketiga gadis itu.
Alina menyembunyikan wajahnya ditumpukkan kedua lengan yang berada diatas meja tempat duduknya, ia merasa kepalanya saat ini sangat berdenyut-denyut memikirkan materi yang barusan sang dosen terangkan yang membuatkan sakit kepala.
"Gila, gue kira masuk kejuruan bisnis kaga ketemu ma ngitung menghitung" keluh Ajurah dengan Posisi sama seperti yang Alina lakukan.
Delisa gadis berkacamata itu hanya tersenyum manis melihat kedua temannya terlihat sangat lemas sekarang.
"Dimana-mana semua jurusan itu pasti ada tentang ngitung menghitungnya Rah, kan ilmu penghitungan itu sangat penting bagi kehidupan kita kelak" ucap Delisa pada Ajurah yang hanya direspon oleh gadis itu sebuah dengusan.
"Iye iye Bu dosen, terserah deh iya. Pala gue pusing. Cus aahh, cabut butuh amunisi ini gue biar cetar lagi otak gue"
Alina bangun dari tengkurepnya mengikuti kedua temannya yang menuju tempat favorit mereka dimana lagi kalo bukan kantin tercinta.
Sambil berjalan bertiga membicarakan berita-berita yang sedang viral di kampus mereka dan melihat banyak anak-anak pengurus organisasi berseliweran sepertinya kabar yang sudah beredar tentang rencana demo besar-besaran yang akan dilakukan mahasiswa para pengurus setiap organisasi akan benar adanya.
"Gue mah masih ngga paham deh, demo apaan sih?" Tanya gadis tambun itu pada kedua temannya.
Ajurah merangkul pundak Alina "katanya sih demo meminta keadilan untuk para rakyat kecil yang ngga dapat kesejahteraan atau dirugikan dengan limbah-limbah dan kurasakan lingkungan sekitar yang terjadi beberapa daerah akibat sebuah perusahaan besar yang hanya bisa berjanji tetapi tidak ada bukti sama sekali sehingga banyak di tempat mereka yang mengeluh" ucap Ajurah panjang lebar dengan tingkat sok taunya.
Alina mengangguk-angguk kepalanya walau sedikit ada keraguan yang Ajurah katakan tetapi mungkin anak itu sedang tidak ada setannya.
"Lebih tepatnya memperjuangkan keadilan yang tertindas" celetuk Delisa.
Ajurah gadis kurus itu cengengesan "nah itu intinya Lin hehe" ucapnya kembali.
Alina memutar matanya malas, baru aja ia akan percaya dengan perkataan anak itu tetapi ada benarnya juga sih apa yang dikatakan Ajurah.
"Emangnya yang ikutan banyak gitu Del?" Tanya Alina pada Delisa.
"Yang aku denger sih seluruh partai kampus serta para jurusan dari semua fakultas atau organisasi sekampus Lin" ucap Delisa.

KAMU SEDANG MEMBACA
RASA YANG SAMA
FantastikWarning!!!! 18+++ Eehh... Busyeett. Mampus mampus lu Lin. Kenapa dia ada disini? Ko dia bisa disini sih? Makin ganteng pula tuh tuyul.. Gimana mau move on kalo begini caranya. Iyaa... Tuhan, dia bukan Abil yang cungkring kering tinggi kaya tiang lis...