17

39 1 0
                                    

Besoknya…

"Maaf telat…"
Aku dan arifi duduk berhadapan dengan mereka berdua, kulihat arifi memanggil pelayan.

"Seperti biasa, mbak dini…"

"Okay… mas arifi…"

Mataku gak pernah lepas waktu melihat ella, kulihat dia memberikan kotak belanja kepadaku' dan ternyata jasku… untuk apa dia pakek kotak belanja segala! Cukup jas aja udah beres kok! Apa dia mau terlihat sopan makanya dia memberilanya agak berlebihan, bahkan jasku di strikanya yang membuatku senang… jasku juga wangi' apa di cucinya ya.
"Makasih…"

"Ea… eng… enggak' ea… ma… makasih banyak udah menolong saya kemarin… saya gak tau harus membalas kebaikan anda dengan cara apa…"

"Cukup jadi temanku saja, itu lebih dari cukup kok…"senyum.
Wajahnya yang sedari tadi terus melihat kebawah, kini berlahan melihat kearahku.
"Boleh aku minta no hpnya…"

"Maaf om… saya gak punya hp…"

"Ea… yaampun' ma… maaf saya… saya gak tau, saya benar-benar gak tau sama sekali…"
Dia tersenyum kearahku' dan senyumanya membuat siapa saja pasti akan langsung jatuh hati padanya.

"Gak apa-apa' om… he… he, aku rasa sifat om suka kewalahan ya…"

"Ha… ha, kau benar' emang orang bodoh ini suka kewalahan kalau kena masalah…"

Arifi… orang ini emang gak bisa ngejaga ucapanya apa? Saking kesalnya' aku langsung memukul perutnya.

"Silakan di makan mas, dan ini minumanya…"

"Ea… hi… ma… makasih mbak dini…"

"Mas arifi' gak apa-apakan, kok megangi perutnya mulu. Sakit mag ya, makanya jangan terlalu telat mas…"

Yang kubisa menahan tawahku saja, kulihat' mereka hanya memesan kue coklat dan jus mangga.
"Kalian' hanya memesan itu doang?…"

"Ia…"

Mereka kompak bener, dua orang yang ada di depanku sekarang mala tersenyum gak jelas karna aneh dengan perkataanya mereka sendiri' kulihat arifi udah makan duluan.
"Jadi, namamu… ella, kalau boleh tau! Kepanjanganya…"

"Ella jessika…"

Senyumanku kembali hadir.
"Em… gimana kalau aku panggil nama belakangmu…"
Dia mengangkat alisnya sebelah.

"Kok… nama belakang…"

"Biar, aku berbeda dari yang lain… orang lain suka memanggilmu ella… bukan berarti aku harus memanggilmu ella juga. Di karnakan aku suka namamu jadi! Aku mulai sekarang akan menyebutmu jessika… apa boleh…"
Bahkan dia kembali tersenyum dan beberapakali menganggukan kepala.

"Ha… ha, biasa ja lla, masa segitunya menganggukan kepala. Loh senang amet bisa ketemu om fedopil ini…"

"Ha…… haahhh… woi, bro' lizy bilang loh fedopil. Apa kata gue! Emang loh fe-woi… sa… saaaaa…sakit…"

Langsung kujewer telinganya' dia emang gak bisa jaga kalau ngomong.
"Kau sama lizy' sama-sama besar mulut amet ya…"

"Haah… siapa yang kau bilang besar mulut dasar pak tua…"

Malahan sekarang, aku gak memarahi arifi lagi dan' sekarang aku berganti memarahi lizy.
"Jangan bilang pak tua, dasar bocah. Pacaran saja sana sama arifi' biar serasih sama-sama besar mulutkan…"

"MAAF YA… PAKTUA, aku udah punya pacar' jadi gak bisa…"

"Paling-paling, gantengan temanku…"
Yang membuatku kaget' arifi kesedak karna minum kopinya sendiri.

"Emang, gantengan om arifi di bandingkan pacarku' kenapa protes karna pacarku jelek…"

Untuk dua kali arifi kesedak dan beberapakali dia memukul dadanya karna sesak, yang membuatku bingung' jessika berali duduk di sampingnya arifi dan menyodorkanya air minum tak lupa dia mengelus punggung belakangnya arifi.

"Nah… nah… nah' siapa yang memberontak sekarang. Kyaknya ella lebih perhatian ke om arifi dari pada anda om aryadi…"

Aku hanya bisa diam memperhatikan mereka yang sedang mengobrol, tapi senyuman sekilasku datang' karna apa… aku bersyukur jika ella bisa di takdirkan untuk arifi, bahkan aku udah bisa menduganya' kalau ella hanya tersenyum berpura-pura.

Gak Di Sangkah Ternyata' Aku Di Jodohkan Dengan DirinyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang