22

27 1 0
                                        

"Ma… maaf om…"

"He… he' bahkan aku gak tau, kalau kau lebih agresif soal ciuman…"
Yang membuatku kaget, dia memukul kepalaku.
"Aduuh…"

"Ea… ap… apa sakit om, maaf…"

Dia mengusap kepalaku' wajahnya nampak khawatir, sedangkan mataku melihat kearahnya dengan senyuman bodoh yang terus terpam-pang di bibirku.
"Honey, kau terlalu khawatir' oh ia… boleh aku tau' kau punya berapa mantan…"

"Em… zero…"

"Zero, maksudmu' kau gak pernah pacaran…"
Malahan di ketawa dan menganggukan kepala.
"Ja… jadi' a… aku yang pertama…"
Jessika menganggukan kepalanya lagi, di karnakan senang' jadinya… aku memeluk tubuhnya.
"Sekarang kita pacaran, iakan…"
Dia menganggukan kepalanya' untuk yang ketiga kalinya.
"Aku senang, karna aku mempunyaimu. Aku senang' kau belum di sentu sama oranglain…"

"He… he, dasar mesum…"

"He… he, aku hanya bercanda jess…"
Kedua tanganya berlahan mengelus punggung belakangku' itu berarti dia membalas pelukanku.

"Om… punya manta ataukah' apa sekarang om sedang selingkuh?…"

"He… he, bukan tipeku' untuk selingkuh. Aku setia tau, ya… kadang- kadang para mantanku selalu memutuskanku karna mereka muak akan sifatku yang amat jutek ini…"

"He… he, jadi om selalu di putusin… om jangan sedih' kan sekarang udah ada aku, aku akan selalu ada untuk om…"

Aku memeluknya cukup erat, sampai-sampai di bilang' sesak… aku melepaskan pelukan ini dan mencium bibirnya sebentar… dia berpamitan mau pulang setelah selesai mencium tanganku???? Aku ngerasa seperti suaminya! Ahh…………… senangnya? Ngapain juga aku ngelamun, dia keluar dari mobilku dan pulang ke rumahnya dengan jalan kaki' aku memutar arah menuju untuk balik ke rumah, sampai di rumah dan dan membuka pintu… ibuku berlari sambil menceramaiku.
"Assalamualaikum…"

"Waalaikumsallam, nah anak bandel pulang juga akhirnya' aku dapat telpon dari bossmu, kalau kau sakit mag dua hari ini. Kenapa gak bilang ke ibu, kalau kau sakit mag… tuhkan jarang makan? Banyak makan sana, selalu sibuk terus… bukanya istirahat di rumah… ini mala keluyuran di luar…"

Yang kubisa mengusap wajahku saja.
"Kak yobbi nelpon, em… ea… maaf bu' aku gak mau khawatir jadi aku minta di temenin sama arifi ke rumah sakit…"

"Jadi kau agap, ibu apa ha… kau lebih penting mikirin temanmu di bandingkan ibumu sendiri…"

Aku memeluk tubuhnya' ibu selalu cemburu jika aku membandikan dia dengan temanku sendiri.
"He… he, gak usah cemburuan bu' lagian. Aku gak apa-apa lagi kok, aku langsung ke lantai atas ya' tadi aku udah banyak makan sama arifi di luar. Oh ia… dimana ayah?…"

"Biasa… sip malam di tempat kerjanya…"

"Ayah masih kerja disana, yaampun… ayah tuh polos bener ya' udah beberapakali dia selalu di bodohi sama rekan kerjanya di pabrik elektronik sana. Ayah tuh terlalu rajin jadinya mudah untuk di pekerjakan. Mendingan aku cariin kerja lain aja untuk ayah dari pada aku harus mendengar keluhan ayah di rumah karna capek…"

"Nak… bukanya' kau udah dengar sendiri. Ayahmu susah untuk cari kerja lagi. Di karnakan usianya yang gak muda lagi dia udah sadar' siapa juga yang mau memperkerjakan orangtua hampir lanjut umur kayak ayahmu. Emang ayahmu dari dulu selalu keras kepala' percuma di nasehati kalau dia gak mau berhenti kerja. Cepat, mandi sana…    Oh ia… tunggu dulu…"

Waktu aku mau melangkahkan kakiku menuju ketangga.
"Ea… apa lagi bu, katanya tadi' nyuru mandi?…"




Gak Di Sangkah Ternyata' Aku Di Jodohkan Dengan DirinyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang