"You are a doctor, Lisa. You should've known better. Kamu masih muda, tentu saja kamu bisa sembuh. Dan kamu masih berada di Stage II. Dan lihatlah dirimu sekarang, kamu terlihat lebih fit dibanding pertama kali kamu datang tidak sadarkan diri kemarin. Kurasa kemarin itu adalah gejala awal" ucap Wendy dihadapan Lisa, selain karena rekan sejawat, ia datang mendukung sebagai teman yang baik.
"Thank you, Wendy unnie. Aku belajar untuk menerimanya, kurasa aku bereaksi berlebihan kemarin. Kau benar, seharusnya aku lebih tahu"
"Tidak, Lisa. Itu bukan salahmu, itulah adalah hal yang wajar, jika aku menjadi dirimu akupun akan bereaksi yang sama bahkan lebih buruk. Dan untuk pasien kanker, dirimu terlihat sehat. Tetapi mungkin kamu akan membeli lipstick yang lebih merah, agar menutupi pucatnya wajahmu" Wendy dengan nada bercanda.
Lisa terkekeh mendengar ucapan rekannya itu.
"Iya, Unnie aku merasa lebih baik sekarang. Hanya saja aku terkadang merasa pusing, mual, dan sendi-sendiku terasa kaku"
"Aku akan memberimu obat untuk mengurangi gejala-gejala itu. Dan ingat Lisa terkadang bukan penyakit itu yang membuat kita lebih buruk melainkan keadaan psikologi kita sendiri. Kuharap kamu bisa memanajemen stress dengan baik agar terhindar dari emosional yang memicu penyakitmu"
...
Lisa terbangun pada pagi hari karena mendengar banyaknya bisikan-bisikan disekitaran dirinya. Ia lalu membuka matanya. Dan benar saja, ruangannya dipenuhi banyak wajah yang ia kenali. Tenang saja, jika pun mereka ribut, orang diluar mereka tidak akan mendengarnya karena ruangan yang Lisa tepati adalah ruangan VIP.
"Selamat ulang tahun, Lisa!" Chaeng berdiri dihadapannya sembari memegang kue yang diatasnya sudah ada lilin menyala.
Banyak sekali orang, Lisa sangat heran. Lisa bukanlah tipe orang yang suka merayakan ulang tahun nya. Tetapi tentunya tahun ini orang-orang yang sangat menyayangi nya tidak akan membuat biasa saja.
"Wah..." hanya itu yang Lisa bisa katakan.
Disana bahkan ada Bambam datang bersama Somi, Seulgi, Wendy, dan Chaeng.
"Sekarang buatlah harapan, Lisa" pinta Chaeng.
Please God, I'm begging you to give me longlife so i can return their kindness toward me. Because i love them so much. But if i can't living my life anymore, please don't make them suffer because of me. Itulah doa Lisa dari relung hatinya yang terdalam.
"Lisa..." dekapan kuat Lisa terima dari temannya, karena tanpa sadar ia telah menitikan air mata.
Lisa tertawa "I'm fine, Chaeng" kemudian ia tiup lilin itu.
Pemandangan itu sesungguhnya sangat mematahkan hati setiap orang diruang itu.
"Noona..." Bambam menghampiri Lisa dan langsung memeluknya. "Mengapa kau menangis?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Heart Belongs To You (JENLISA) ✔
Fanfic[COMPLETED] Ketika seorang Jennie yang keras kepala bertemu dengan perempuan bernama Lisa. Pertemuan mereka dipenuhi perseteruan satu sama lain. Jennie yang seorang pengacara tidak menyangka, ternyata Lisa adalah seorang dokter yang menyelamatkan so...