part 1

7.9K 260 11
                                    

_______________________________________________

Trailer
(Park Yun Hee/Y/n)

:::

Keringat di kening mengalir begitu saja, menyaksikan rasa lelah. Lelah? Ya, aku lelah. Ketika harus mengikuti langkah kaki yang terus menyusuri lorong-lorong di antara dua bangunan besar tanpa tujuan pasti. Keringnya tenggorokan memang sudah sejak tadi menemaniku, ditambah perut kosong yang mulai menyapa. Haus, lapar yang kurasa. Entahlah, bagaimana aku harus mengakhiri semua ini? Kesana-kemari mencari pekerjaan dan tak kunjung dapat. Beberapa toko telah kudatangi, mereka menolak tanpa belas kasih.
Batinku bertanya, masih adakah di dunia ini manusia yang memiliki hati? Atau memang takdirku saja yang mengharuskan begini.

Nasib? Nasibku sangatlah buruk untuk kuceritakan. Disini, di kota ini, aku harus berjuang demi pengobatan ibuku yang terkena kanker tulang. Aku tidak mau hal buruk terjadi pada ibuku. Tidak! Aku tidak mau. Aku akan melakukan apapun demi ibu.

Aku menyayangi ibuku....

Sebentar! Aku sedang memerhatikan bangunan besar di seberang sana. Entah bangunan apa? Aku pun tidak tahu. "Aku harus kesana dan meminta pekerjaan," tekadku sangat mantap. Langkahku bergegas menyeberang ramainya jalan bercabang.

Aku berdiri di depan bangunan besar itu dengan lembar-lembar kertas di genggeman yang ada depan dada. Aku mengamati bangunan besar itu, dari lantai bawah hingga atap paling atas. Wah ... Luar biasa, bangunan itu tinggi menjulang. Temboknya bercat putih, ada aksen hitam di setiap kusen-kusen jendela, kaca jendelanya lebar-lebar, aku terkesima.

Tak kusadari tepat di depan pintu masuk. Ada seseorang yang sedari tadi memperhatikanku aneh. Yah, dia security disini. Aku yakin itu.

"Aku harus bisa." Aku bergumam dan menerobos pintu masuk.

Wah ... Tongkat besi menghalangiku.

"Nona, kau mau ke mana?" tanyanya bernada ketus padaku, jelas aku tak terima. Memang dia siapa berani-beraninya menghalangiku. Hanya seorang security, nanti jabatannya juga lebih tinggi aku.

"Aku mau masuk Tuan, kau menggangguku saja," jawabku cuek. Aku malas berurusan dengannya. Aku tidak punya banyak waktu untuk meladeni orang-orang seperti dia, gerutuku dalam hati.

Security itu menelitiku dari ujung kaki sampai kepala. "Kau bukan karyawan di sini. Mau apa kau mau masuk ke dalam?"

"Aku memang bukan karyawan disini, tapi aku calon karyawan," aku membalas dengan intonasi tinggi, darahku mulai memanas. Apa dia belum mengerti jika aku sudah mulai mengumpatnya?

"Kau mau kerja?"

"Ya. Kau tahu dari mana? Apakah Tuan bisa meramal?"

"Hm ... Disini tidak ada lowongan kerja, Nona. Sebaiknya kau pulang saja," katanya, sambil menggeleng-geleng dan menatapku seperti orang bodoh.

"Hahh ... Kau ini hanya security. Dari mana kau tahu jika disini sudah tidak ada lowongan pekerjaan?" aku menampiknya.

"Sudahlah, sana kau pergi. Aku malas bicara dengan orang gila sepertimu," dia membentakku. "Membuang-buang waktuku saja," lirihnya lagi, aku dapat mendengarnya.

"Kau bilang aku gila? Kau lah yang gila!" Kali ini, aku sudah benar-benar marah. Dia sudah menguji kesabaranku.

Aku tetap memaksa masuk ke dalam. Namun, security itu bersikukuh menghalangiku, hingga datang sebuah mobil mewah berwarna merah. Pria yang baru saja turun dari mobil itu berjalan tegap menuju pintu masuk. Ia terlihat tampan sekali dengan setelan jas hitam kebesaran yang ia kenakan. Serentak security itu memberikan hormat padanya. Aku semakin yakin jika dia bukan karyawan disini, melainkan dia seorang boss.

My Boss Is Worldwide Handsome [END/1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang