Votmen.
....
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Setelah beberapa kali y/n mengetuk pintu, akhirnya si penghuni rumah itu membukanya. Namun siapa sangka jika beberapa jam sebelumnya Jin merasa senang karena kembalinya y/n, tapi mengapa senyum manisnya tiba-tiba lenyap ketika melihat siapa orang di balik pintu itu.
Jin ingin melayangkan pukulan pada Jimin, karena ia ingat kejadian beberapa bulan lalu, di mana ia menemukan kekasihnya, Yura yang sedang bermesraan dengan pria lain yang tak lain adalah Jimin. Namun dengan cekatan Jungkook menahan tangan Jin.
"JIIN JANGAN!!!" Bentak Jungkook menahan tangan Jin.
"LEPASKAN AKU!" Jin menepis tangan Jungkook.
"CUKUP, APA-APAAN INI?!!" Sergah y/n.
Jimin masih tak bergeming di tempatnya. Ia hanya memperhatikan tiga orang yang sedang bercekcok di hadapannya.
"Dia selingkuhan Yura." Ucap Jin pada Jungkook seraya menunjuk ke arah Jimin.
"Waktu itu aku tidak tahu jika Yura memiliki kekasih." Timpal Jimin.
"DIAM KAU!!" Bentak Jin pada Jimin.
"KAU JUGA DIAM!!" Bentak Jungkook pada Jin. Memang baru kali ini Jungkook berani membentak Jin. Ya... Mungkin saja karena dirinya sudah terlalu kesal pada Jin.
Jin mengerling pada Jungkook yang masih menatap nanar dirinya. Baru saja ia mau bicara tapi Jungkook sudah angkat bicara terlebih dahulu.
"Apa kau tidak malu, Jin? Dia orang yang telah menolong y/n, dan ikut menjaga calon anakmu selama kau tidak ada di sampingnya. Dan sekarang kau ingin memukul dia bukan karena murni kesalahan dia, tapi melainkan hanya karena wanita pengkhianat itu." Jungkook berusaha untuk menahan emosinya sendiri. Jin yang mendengarnya terdiam seribu bahasa , sepertinya ia terus mencerna perkataan Jungkook yang baru saja ia telan mentah-mentah.
"Aku minta maaf." Ucap Jin pada Jimin.
***
Y/n merasa bingung kenapa ia harus tidur di kamar yang berbeda dengan Jin yang tak lain adalah suaminya sendiri. Itulah yang ada di pikiran y/n. Tapi ia tidak ingin berpikir keras, bukannya selama ini ia ingin segera berkumpul bersama dengan ayah dari calon bayinya itu. Y/n menaiki tangga menuju kamar Jin. Tanpa mengetuk pintu dan tanpa kata, ia langsung merebahkan dirinya di samping Jin.
"Sedang apa kau di sini?" Tanya Jin bingung.
"Memang apa salahnya? Dan mengapa kita harus pisah ranjang?" Pertanyaan y/n membuat Jin kebingungan harus jawab apa.
"Sudahlah, aku mau tidur." Imbuh y/n yang membelakangi Jin.
"Tapi...."
"Ya, ya, ya, aku tahu, kau menyuruhku untuk memelukmu 'kan? Baiklah!"
Y/n merubah posisi menghadap Jin yang telentang, dengan kepala yang berbantal lengan Jin sedangkan ia sendiri memeluk erat tubuh Jin. Y/n berpikir meskipun ingatannya belum pulih, namun ia yakin bahwa sebelumnya mereka adalah dua insan yang saling mencintai.
Jika di pikir-pikir, hilang ingatan yang dialami y/n memang membawa berkah. Benar begitu, kan? Andainya ia masih ingat, pasti ia tidak akan melakukan hal memalukan seperti itu. Begitu juga dengan Jin, andainya y/n tidak hilang ingatan, mungkin y/n telah ditendang karena kelakuannya yang menurutnya tidak sopan. Ya ... Untuk saat ini mau tidak mau Jin juga membalas pelukan y/n.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss Is Worldwide Handsome [END/1]
Fiksi Penggemar@Ji_Cyna.22619 (Belum direvisi) "Secepatnya ceraikan aku. Dan berbahagialah bersama wanita yang kau cintai." Warning! Cerita ini sangat bar-bar dan garing. _________________________________________