Part 42

1K 104 5
                                    

Jangan lupa follow my akun Ji_Cyna

Berteman itu indah gaes....
.
.
.
....
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
.

Jin memutar bola matanya malas. Semenjak tadi malam, tepatnya sejak ia pulang ke rumah, Jin sama sekali tak bergurau dengan y/n, berkata hanya seperlunya saja. Rasa kecewa membuat sesak di dada, ingatan akan sebuah pengkhianatan yang dilakukan y/n menurutnya terus berputar di benaknya. Ia menghela napas seraya melepas beban di dada.

"Minumlah kopinya." Y/n mencoba mencairkan suasana sembari menyuguhkan secangkir kopi kepada Jin. Sungguh, ia tidak tahu mengapa sikap Jin berubah sedemikian.

"Terima kasih," ucap Jin acuh tak acuh. Ia masih dengan kegiatan awal menyuapi ramen ke mulutnya.

"Bagaimana dengan bisnisnya?" tanya y/n duduk di seberang sambil meletakkan kedua tangan di atas meja.

Jin membuang pandang setelah melihat cincin itu masih tersemat di jari y/n. Muak rasanya. Mengapa y/n masih memakai cincin itu?

"Hmzz ... Sukses!" sahut Jin.

Kemudian Jin beranjak dari ruang makan untuk bersiap ke kantor. Menyiapkan dokumen-dokumen dan memakai jas hitam kebesarannya.

Di ruang lain, y/n sedang membereskan ruang makan. Dari mencuci piring bekas Jin makan, hingga mempersiapkan bekal untuknya. Setelah semuanya siap, y/n beranjak keluar. Baru ia menampilkan dirinya di ruang tengah, namun ia sudah mendapati Yoona mendekati Jin, berjinjit untuk merapikan dasi Jin, lalu mengibas-ibasnya dari debu.

 Baru ia menampilkan dirinya di ruang tengah, namun ia sudah mendapati Yoona mendekati Jin, berjinjit untuk merapikan dasi Jin, lalu mengibas-ibasnya dari debu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bagaikan disabet dengan sebilah pedang hati y/n saat ini. Sakit, perih tak sanggup menahan cemburu. Air mata y/n menggenang melihat pemandangan yang cukup menyakitkan.

Jin melihat itu, namun ia sengaja membiarkan Yoona merapikan pakaiannya walau ia merasa tidak nyaman dengan wanita di hadapannya. Sebab, Jin juga ingin agar y/n bisa merasakan betapa sakitnya ketika sang kekasih bersama dengan orang lain. Ia ingin melihat seberapa besar kecemburuan y/n terhadap Yoona.

"Sudah?" ujar Jin.

Yoona mengangguk.

"Apa sudah rapi, Yoona?" sergah y/n dengan penuh emosi.

Yoona menunduk. "Eh, maaf, Nyona. Aku hanya--"

"Tidak apa, Yoona. Terima kasih." Jin berlalu membiarkan y/n.

"Jin," panggil y/n.

Jin menghentikan langkah. "Apa?"

"Bekalnya."

My Boss Is Worldwide Handsome [END/1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang