Part 36.

1.3K 147 1
                                    

Setiap sudut bibir tertarik ke atas saat melihat kertas hitam bersulam kuning emas di tangannya. Ia menyunggingkan senyum, senyum bahagia. Tak sadar jika ada seseorang yang memerhatikannya dari sana.

"Hei! Mengapa kau mengabaikanku?! " teriaknya.

"Bisakah kau menurunkan volumenya? Telingaku bisa rusak hanya gara-gara teriakanmu. " Kesal Jin.

Y/n menilik benda yang di pegang Jin. "Apa itu? "

"Surat undangan. "

"Dari? "

"Jungkook, "

"Oh, dia sudah mau menikah."

"Ya, tentu saja. Memang kau pikir hanya kau yang ingin menikah. "

Y/n mengangkat sebelah alisnya dan melipat lengan di dada. "Aku tidak pernah berniat untuk menikah denganmu. Kau yang memaksaku. " Ketusnya.

"Aku tidak memaksamu, kau saja yang tidak bisa menolakku. " Goda Jin sembari memainkan alisnya. Y/n kesal, kedua alisnya menyatu, ia sudah seperti induk ayam yang siap menyerang.

"Benar 'kan?" Imbuh  Jin.

Y/n mendengus, "Tidak! " lalu membuang pandangan.

"Kau mencintaiku 'kan? Aku tahu kau malu mengakuinya. " Jin menatap y/n tajam.

"Tidak! Aku tidak mencintaimu. "

"Jika kau tidak mencintaiku, mengapa malam itu kau tidak menola-"

Mata y/n membulat, menghela napas panjang dan membuangkannya kasar, ia mengulanginya beberapa kali. "Stop! "

Jin tertawa terpingkal-pingkal, tak peduli dengan ekspresi yang diberikan y/n.

"Mengapa kau menghentikanku? Apa kau malu? "

"Rasakan ini! " y/n melempar beberapa bantal kecil yang ada di sofa.

"Sudah jangan bertingkah seperti anak kecil. Apa kau tidak malu pada Micha? " tanya Jin sambil memandang ke arah putrinya.

"Kau yang memulai duluan! Lagi pula, sebenarnya malam itu aku tidak mau. " Elak y/n yang pipinya sudah merona karena malu.  Jin menyadarinya.

Jin berjalan ke arah sofa dan duduk disamping putrinya.

"Bayangkan saja jika malam itu kau menolakku," ucapnya terhenti. Y/n mengernyit.

"Mungkin Micha tidak lahir ke dunia. " Lanjutnya.

Pipi y/n memanas, malu dan merasa geli dengan perkataan Jin. Rasanya tak sanggup ia menahan senyum di bibirnya. Ia berbalik badan dan berlalu sambil cengar-cengir.

Jin mengetahuinya tanpa harus melihatnya. "Dasar!" gumam Jin memandangi punggung y/n.

"Mom-mu memang seperti itu, Cha." Ujarnya sejenak mengalihkan pandangan pada putrinya, lalu kembali memandang y/n.

"Mom, " Micha tersenyum seraya menggigiti jari telunjuknya. Pandangan polosnya masih tertuju pada punggung sang ibu yang sudah menjauh.

Jin berbaring di sofa sembari mendudukkan putrinya di atasnya. Ia mulai menuntun Micha.

"Daddy,"

"Jejjy..."

"Kau, "

"Au... "

"Sangat, "

"At... "

"Tampan."

"Pan..."

"Daddy, kau sangat tampan. "

"Jy empan...."

"Hahaha ... Kau sangat pintar!"

"Dasar gila." Cecar y/n sesaat ia melintas di ruang tengah.

________________________________________________

My Boss Is Worldwide Handsome [END/1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang