Part 8

1.8K 181 3
                                    


•Y/n.

Syukurlah, akhirnya ibuku bisa berobat dengan baik tanpa harus memikirkan biaya terlebih dahulu. Aku senang meski disisi lain aku harus mengorbankan masa depanku, untukku yang terpenting saat ini adalah kesembuhan ibuku. Hanya itu.

Aku berjalan menelusuri jalan aspal setelah selesai dengan tugasku mengirimkan uang untuk ibu. Tak terasa matahari sudah terik. Peluh mengalir bercucuran di pelipis. Hah ... Aku sangat lelah. Sangat.

"Hei, aku mau ice cream rasa coklat satu. " ucapku pada penjual es krim di pinggir jalan.

"Ini ice creamnya. "

"Baik, terima kasih! " ucapku berlalu, tapi penjual es krim itu menahanya.

"Ada apa lagi? " tanyaku.

"Kau belum membayarnya, Noona."

"Hah, kau ini sangat pelit. Tidak mau berbagi. " aku merogoh uang di saku rokku dan memberikannya, "Ambil semua. Aku sedang banyak uang, jadi aku tidak butuh kembalian."

"Tapi ini masih kurang, Noona. "

Aku melogo, "Wah, ice cream-mu mahal sekali. "

"Sudahlah. Kurang berapa? Aku bayar nanti saja. Bukannya aku sudah berlangganan padamu? Kau tau kan bosku itu orangnya sangat kaya? " sambungku.

"Aku bayar hutangnya. Cukup, bukan? " ucap Tuan Jin dari belakangku sambil memberikan beberapa peser uang kertas.

"Tuan? Untung saja kau ada di sini. " aku mendongak melihat wajahnya.

"Kau sangat memalukan. Ayo pulang! " Tuan Jin menarik lenganku.

                                 *****

Taehyung. Nama itu terus memenuhi otakku. Tak pernah terbayangkan bagaimana kecewanya dia jika mengetahui semuanya. Keadaan ini benar-benar sangat membingungkan. Kepalaku seperti mau pecah saja jika terus menerus memikirkan hal itu. Bagaimana tidak? Jika Taehyung lah pria pertama yang menjadi harapan masa depanku.

"Y/N....!"

Hah ... Panggilan itu lagi. Memang ia tidak tau apa? Jika aku sedang memikirkan sesuatu. Mau tidak mau, aku harus ke sana memenuhi panggilannya sebagai bawahannya. Menyebalkan! Sangat menyebalkan!

"Ada apa, Tuan? " tanyaku lesu menampilkan mimik muka masam.

"Hei, seharusnya kau senyum padaku. Kau akan sangat terlihat jelek jika begitu. "

"Aku tidak ingin becanda. Cepat katakan apa yang kau inginkan? "

Tuan Jin hanya memicingkan mata melihatku, "Aku tidak menginginkan apa-apa. " lalu menggeleng-geleng.

Lalu jika ia tidak menginginkan sesuatu. Untuk apa aku dipanggil? Entah apa maksud dia.

"Lalu untuk apa kau memanggilku? " tanyaku kesal. Tuan hanya mengedipkan bahu.

"Aku tidak memanggilmu. Aku hanya meneriaki namamu. Aku bebas melakukan itu, bukannya kau asistenku. " ujarnya dengan santai. Santai sekali. Saking santainya, ia tidak peduli jika aku mengumpatnya.

Setelah tujuh hari aku tidak bertemu dengan Taehyung, atau lebih tepatnya satu minggu. Aku mendapat pesan dari seseorang. Hmm... Siapa lagi kalau bukan dari seorang pangeran tampan, si pemilik nama Kim Taehyung. Tapi kali ini pesannya sangat singkat. Singkat sekali.

Taehyung

"Rindu."

                   "Kau memang pandai menggombal. "

"Oh ya? Bisa kita bertemu hari ini? "

                                 "Bisa. Di tempat biasa ya.... "

"Tidak. Aku ingin mengajakmu jalan-
Jalan ke tempat yang luar biasa. "

                  "Heh, kau ini. Terserah kau saja lah. "

Aku segera mempersiapkan diri untuk menemuinya. Hingga aku tak menyadari jika aku melewati tuan Jin di ambang pintu.

"Bersikap sopanlah sedikit, jika sedang melewati majikanmu!"

Langkahku terhenti, sembari menyingkir dari kerumunan semut. Aku menelan ludah kuat-kuat. "Maaf, Tuan. Aku tidak melihatmu." aku menunduk dan membalikkan tubuhku. Menghadapnya.

"Heh, semut saja bisa kau lihat. Aku yang berdiri di depan pintu tidak bisa kau lihat."

"Sekali lagi maafkan aku."

"Ya." ia berlalu. Aku juga melanjutkan langkahku.

Di sebuah tanah kosong, luas, beralaskan rumput hijau setinggi 3 cm. Terbentang aliran air kecil, bersih, ikan-ikan kecil juga menghiasi sungai kecil ini, yang memperindah pemandangan sekitar. Inikah tempat yang dimaksud Taehyung?
Memang sangat indah.

"Bagaimana? Apa kau suka? "

"Aku suka sekali," balasku antusias.

"Tunggu di sini, aku akan membawakan sesuatu untukmu. "

Aku mengangguk kecil melihat punggung Taehyung yang sudah menjauh. Kuhirup udara sore, segar sekali. Aku meluruskan kakiku yang terasa pegal, hingga aku tak menyadari sesuatu dingin menempel di pipiku.

"Halo, Baby.... " ucap Taehyung duduk di sebelahku. "Ini untukmu." katanya memberikan es krim coklat.

"Terima kasih! " ucapku, Taehyung menggeleng tak terima, aku mengernyit tak mengerti, lalu ia mengetuk pipinya dari telunjuknya.

"Aku tidak mau. " aku menggeleng menolak.

"Dasar pelit. " desisnya tanpa permisi menciumku. Dia memang pandai membuat pipiku merona, aku malu dibuatnya.

"Pipimu merah, Sayang! " ucapnya sembari membelai pipiku yang merah. Aku memukul lengannya kuat.

Seharusnya ia tidak perlu mengatakan hal itu. Bukannya itu tambah membuatku malu?
Dasar!

"Seharusnya, kau tidak perlu malu lagi padaku. " Taehyung memelukku dari samping, lalu menyimpan dagunya di pundakku. Kami menatap lurus ke sungai kecil sana, sambil sesekali kami menyendok es krim yang sama.

Aku sangat menikmati momen-momen seperti ini, sebelum semuanya berakhir. Ya, aku tahu ini akan segera berakhir: Berakhir karena kebohonganku sendiri. Ingin rasanya aku menitihkan air mata, bila mengingat kecerobohan yang kulakukan.

Waktu begitu cepat, aku mengajak Taehyung pulang. Dalam perjalanan, ia tak lupa melukis kemesraan sederhana, namun mampu menciptakan kebahagiaan yang luar biasa. Dia selalu begitu. Selalu.

                                  ****

"Selamat malam, Tuan. Ini kopinya. " ucapku. Aku memberi hormat sebelum pergi.

"Apa kau mau meracuniku?! " Tuan Jin menatapku membunuh. "Apa yang kau masukkan dalam kopiku? "

Ada apa lagi ini. Apa mungkin aku telah membuat kesalahan?
Aku mencicipi kopi Tuan Jin yang masih tak mengalihkan pandangan dariku.
Asin. Apa! Kopinya asin?!
Aku benar-benar ceroboh dalam melakukan suatu hal.

"Maaf, Tuan. Biar aku ganti kopinya,"

"Tidak. Tidak perlu. Setelah garam, kau akan memasukkan apa lagi dalam minumanku, huh? " Tuan Jin berlalu.

Aku mendesah, mengapa aku seperti ini. Apa mungkin karena aku terus mengingat kejadian tadi sore bersama Taehyung, hingga aku tidak fokus bekerja? Hah ... Sudahlah, lupakan saja.









Cuma mau bilang, vote itu gak sesusah nikah sama bias. Thank's....

My Boss Is Worldwide Handsome [END/1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang