Part 18. Hamil

2K 150 3
                                    

Vote

Dulu deh

Biar gk lupa

.

.

.

.

____________________

Y/n.

Aku berbaring bersiap untuk tidur. Lelah rasanya setelah seharian aku menjadi foto model di perusahaan Jimin.

Memejamkan mata dengan posisi telentang dan kedua tanganku di dada. Tanpa sengaja tanganku merabah tangan yang lain. Dan, yah ... Terdapat cincin di jari manisku. Aku mengerjap-ngerjapkan mata kembali, seraya memandangi cincin di jariku.

"Hatiku sudah lama bertanya-tanya tentang cincin ini. Somii, siapa sebenarnya kau? Dan apa statusmu dibalik cincin ini? Tunangan atau istri?" tanyaku pada diriku sendiri. Mataku rasanya sudah berat, tak terasa mulai terlelap.
Kepalaku pening, badan panas, selera makan hilang, dan mual-mual, itu lah yang aku rasakan pagi ini. Apa mungkin aku kelelahan karena jadwalku kemarin sangat padat? Heeh ... Entahlah aku juga tidak mengerti.

Selamam tidurku sangat nyenyak. Tapi mengapa pagi ini aku merasa pening. Oh Tuhan! Aku sudah tidak tahan lagi. Kenapa aku? Aku segera masuk kamar mandi dan mengeluarkan semua isi perutku. Ini benar-benar sangat menyakitkan.

"SOMII, APA KAU BAIK-BAIK SAJA?" itu suara Jimin dari balik pintu, mungkin ia khawatir karena mendengarku terus mual-mual.

"IYA SEBENTAR!" ucapku menanggapi Jimin yang terus mengetuk-ngetuk pintu. Aku masih berdiri di depan wastafel.

"Kau sakit? Wajahmu pucat sekali." Tanyanya sambil menempelkan tangannya di keningku, setelah aku membuka pintu kamar. Aku bisa melihat kecemasan yang terpancar dari manik matanya.

"Wah! Badanmu panas sekali. Aku akan antarkan kau ke rumah sakit." Tanpa menunggu jawaban dariku, Jimin langsung menarik tanganku.

Sampai kami di rumah sakit. Dokter mulai memeriksaku, sementara Jimin berdiri di samping ranjang.

"Bagaimana, Dok?" tanya Jimin setelah melihat dokter selesai memeriksaku.

"Silakan duduk dulu, Tuan." Dokter sedikit mendorong punggung Jimin. Aku dan Jimin duduk bersebelahan di depan meja dokter, ku lihat dokter itu tersenyum manis pada kami berdua. Sungguh aku tidak mengerti mengapa ia tersenyum begitu pada kami.

"Selamat, Tuan, kau berhasil." Ucap dokter sembari menjabat tangan Jimin.

"Berhasil apa, Dok?" ia terlihat bingung, sama sepertiku yang juga kebingungan.

"Kau hebat, Tuan, istrimu hamil 2 bulan dan sebentar lagi kau akan menjadi seorang Ayah."

"Haah? Hamil...?" kaget kami berdua dengan mata melotot ke arah dokter dan mulut menganga. Sedetik kemudian kami bertiga saling pandang satu sama lain. Hening.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Boss Is Worldwide Handsome [END/1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang