63. The Truth

4.6K 760 337
                                    

no vote, no komen, no lanjut.

.


.

.



Flashback.

Dang berjalan memasuki sebuah gedung mewah yang terletak tak jauh dari pusat kota Seoul. Pemuda itu menghela nafas sebelum memencet tombol pada lift dan menuju ke lantai dimana dia akan menemui seseorang.

Seseorang yang sudah begitu lama tidak dia lihat, seseorang yang begitu lama tidak pernah dia temui.

Park Seung Jin. Ayahnya, pemilik salah satu kantor penerbitan media cetak, elektronik dan online yang lumayan berpengaruh di Korea.

Ya, pemuda itu sudah meyakinkan diri untuk meminta sedikit bantuan dari sang ayah. Itulah kenapa hari ini Dang memutuskan untuk menemui sang ayah.

Dang keluar dari lift dan berjalan menuju sebuah ruangan yang ada diujung. Itu ruangan ayahnya.

Pemuda itu berhenti saat ada seorang yang wanita yang menghentikan langkahnya. Dang menoleh menatap wanita itu.

"Ya?"

"Maaf tuan, apa tuan sebelumnya sudah membuat janji?"

Dang menghela nafas. "Dangnatip Park Mahayotaruk.." ucapnya menatap wanita yang bisa ia tebak pasti sekretaris ayahnya.

"Eh?"

"Itu tadi namaku, bisa aku masuk ke ruangan itu sekarang? Ayahku sedang menunggu.." kata Dang.

Wanita yang tadi menahannya langsung membungkuk. "Maaf tuan, saya tidak tahu kalau anda adalah tuan Dang.." ucapnya.

"Ya tidak apa-apa.." sahut Dang dan berjalan meninggalkan wanita itu menuju ruangan sang ayah.

Dang menghela nafas sebentar sebelum membuka pintu. Pemuda itu melangkahkan kakinya masuk kedalam ruangan yang di dominasi warna dark blue tersebut.

Dang berhenti tepat beberapa langkah di belakang seorang pria yang tengah memandang keluar jendela. Memandang kota dari tempatnya.

"Appa.."

Pria tadi, Park Seung Jin langsung membalikkan badannya saat mendengar suara Dang.

"Dang?" ucapnya menatap Dang.

Dang sedikit tersenyum saat melihat ayahnya tersebut. "Apa kabar appa?"

Park Seung Jin langsung berjalan menghampiri Dang dan memeluk pemuda itu. Menyalurkan segenap rasa rindunya pada sang putra yang tak pernah ia temui secara langsung.

Hatinya menghangat saat bisa memeluk Dang secara langsung. Menatap wajah putranya itu. Seung Jin selama ini hanya bisa mendengar dan melihat Dang melalui telepon. Namun kini, dia bisa memeluk dan mendengar suara Dang secara langsung.

"Appa sangat senang kau mau kesini Dang," kata Seung Jin melepas pelukannya dan menepuk lengan Dang pelan.

Dang tersenyum. "Seperti yang aku katakan sebelumnya, aku butuh bantuan appa.." kata Dang.

Seung Jin mengangguk pelan. Dia berjalan menuju sofa dan duduk disana. Dang pun mengikuti sang appa dan duduk di sisi sofa yang kosong.

"Ah appa benar-benar senang bisa melihatmu. Kau sudah begitu besar, maaf appa tidak pernah menemuimu.." kata Seung Jin menatap Dang dengan segala macam penyesalan yang menyelimutinya.

Uri Sunny | hanlis | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang