BAB 5

2.3K 367 34
                                    

°°°


Dulu sekali, sewaktu Sakura masih berumur enam tahun, dia adalah seorang penjual tisue cilik yang cerdas. Pandai berhitung karena sering mengunjungi sebuah sekolah di pinggir kota guna mengintip ruang kelas, mencerna dengan baik pelajaran yang diberikan oleh guru yang mengajar. Biasanya setelah beberapa bungkus tisue nya terjual, ia akan pergi ke toko buku dengan pakaian kumuhnya guna membaca buku bergambar yang bungkusnya sudah terbuka. Ia banyak menghafal huruf, menulisnya ulang di atas tanah karena tak punya alat tulis, lalu mengaplikasikannya di toko buku.

Karena terlalu sering mengunjungi toko buku yang berada di pusat kota, petugas keaman yang berjaga di depan sampai bertanya; kau mau mencuri ya? Ayo sana pergi. Nanti ditangkap polisi dan dimasukkan ke dalam penjara anak. Sakura kecil yang sudah sering melihat polisi lalu lintas pun mengerutkan dahinya, menatap si petugas keaman dengan heran. Pak Polisi itu orang baik, sering membantu orang di jalanan. Terkadang aku sering melihat polisi membantu nenek-nenek menyeberang jalan. Tidak mungkin jika Pak Polisi menangkapku hanya karena aku membaca buku yang bungkusnya telah dibuka secara gratis, kan? Itu yang Sakura katakan, membuat si penjaga keaman terdiam hingga akhirnya menjadi teman dekat Sakura ketika anak tersebut datang mengunjungi toko buku.

Hingga suatu ketika, keajaiban datang menghampirinya. Saat ia tengah menjajakan tisue di jalan, sebuah mobil keluaran terbaru di tahun itu berhenti tepat didepannya. Saat jendela mobil terbuka, tak menyiakan kesempatan, Sakura langsung menjajakan tisue nya. Tak tanggung-tanggung ia memberikan diskon semacam beli dua gratis satu. Namun yang ada, Tuhan memberikan lebih banyak rezeki kepadanya. Bukan hanya uang semata, melainkan sebuah tawaran dimana ia akan diangkat sebagai anak. Tentunya saat itu, Sakura yang mendambakan kasih sayang orangtua langsung mengangguk, bersedia menjadi anak angkat yang kerap disapa keluarga Lee tersebut.

Tak membayangkan jika hidupnya seenak ini setelah menjadi bagian dari keluarga Lee. Tinggal dirumah megah, dapat makanan bergizi setiap hari, diberikan pendidikan dengan cara disekolahkan dan dimasukkan ke dalam bimbel, dan yang terpenting ia tidak perlu panas-panas lagi hanya untuk berjualan tisue. Namun, seperti yang bos tisue nya katakan dulu, tidak ada kebahagiaan yang abadi. Tak patut rasanya jika kita terlalu terbuai dengan rasa bahagia yang tak tahu berapa lama singgah. Ingatlah, lawan dari kebahagiaan adalah kesedihan. Lambat laun, orang-orang yang pernah mencecap rasa bahagia pasti akan mengalami kesedihan. Dan Sakura mengalami kepedihan tersebut saat usianya menginjak angka tujuh.

Jungkook memberikan Sakura sebuah bakpao. Karena tak punya cukup uang, ia hanya membeli satu butir lalu membelahnya menjadi dua bagian. Yang paling besar ia berikan pada Sakura yang kini tengah melamun memandang langit senja. Biarlah, tak apa ia telat bekerja, toh hanya sekali. Atasannya pasti akan memaklumi karena Jungkook adalah salah satu pegawai yang rajin dan mempunyai reputasi baik saat bekerja. Yang terpenting sekarang adalah menemani Sakura dikala hati wanita ini tidak tenang.

LO(ST)VETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang