BAB 38

2.5K 404 37
                                    

°°°

Halo, Pak Dosen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halo, Pak Dosen.
Saya mahasiswa yang mungkin selalu menyusahkanmu dalam pemberian nilai, ya walaupun selama dua semester terakhir kau selalu memberi saya nilai D, dan membuat saya mengulang mata kuliah yang Bapak ajarkan.
Nama saya, Lee Kkura, dengan nomor induk mahasiswa 3021711080.

Kedua sudut bibir Seokjin tertarik ketika membaca baris pertama surat yang dituliskan Sakura untuknya. Kenapa dia menulisnya seformal ini? Seolah-olah ada batasan diantara mereka?

Pertama-tama, saya ingin minta maaf pada Bapak karena saya selalu mendapat nilai kecil di mata kuliah yang Bapak ajarkan, sehingga membuat Bapak emosi karenanya. Saya sebenarnya juga tidak ingin hidup dengan kapasitas otak di bawah rata-rata. Jika mesin waktu itu ada, maka saya akan pergi kembali ke masa lalu, memilih untuk menjadi orang jahat yang menyelamatkan diri sendiri sewaktu kecelakaan mobil itu terjadi. Padahal ya Pak Dosen, saya bercita-bercita menjadi seorang dokter yang hebat, bekerja di rumah sakit terbaik bintang lima, dan membanggakan kedua orangtua angkat saya. Huh, saya merasa sedih jika mengingat cita-cita saya yang gagal tercapai.

Bibir tebal Seokjin terkatup ketika membacanya. Ia baru tahu fakta bahwa Sakura pernah mengalami kecelakaan yang membuat otaknya mengalami penurunan fungsi. Ingatan di semester tiga, dimana ia memarahi si wanita di hadapan teman-temannya karena tidak mampu mengerjakan makalah dengan baik dan benar. Terkadang, tanpa sadar, kita sering berpapasan dengan orang-orang yang terlihat sempurna di luar namun menyimpan sejuta kepahitan di dalam.

Pak Dosen masih ingat tidak bagaimana kita berdua bisa terlibat di dalam skenario rumit ini? Haha, harusnya waktu itu saya tidak menerima tawaran menggiurkan Pak Dosen yang mengiming-imingi saya nilai A. Seharusnya saya menolak, jadi saya dan Pak Dosen tidak harus saling terikat seperti sekarang. Pernyataan saya diatas seperti menggambarkan sebuah penyesalan, benar? Tapi Bapak harus yakin, penyesalan saya cuma sekitar satu persen, hehe. Karena Pak Dosen orang baik, saya jadi tidak sebegitu menyesal. Ya setidaknya saya menjatuhkan diri pada seseorang yang dengan sukarela merawat saya, tanpa pamrih.

Seokjin kembali tersenyum ringan. Tentu ia masih menyimpan dengan jelas perjumpaan pertamanya secara intens dengan Sakura. Waktu itu, si wanita membuat ulah, menuliskan jawaban kuis menggunakan lipstik merah muda yang membuat Seokjin murka. Wajah polos Sakura sukses mendorong Seokjin untuk menawarkan suatu kerjasama yang saling menguntungkan, dan berakhir disini, dimana hati Seokjin telah terkunci rapat untuk si wanita dan mendepak Jiseo secara perlahan.

Cinta tidak mudah ditebak dan datang mengejutkan.

Selanjutnya, saya ingin berterima kasih pada Pak Dosen. Terima kasih karena telah menjaga saya dengan baik selama empat bulan terakhir ini. Saya selalu diberi makan tiga kali sehari, bergizi pula. Diberi hadiah jika saya menjadi seorang wanita baik, dan diberi perhatian lebih. Saya sungguh berterima kasih, dan sekarang saya sedang bingung bagaimana caranya saya membalas kebaikan yang Pak Dosen berikan secara percuma.

LO(ST)VETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang