BAB 43 [ END ]

5.2K 448 84
                                    

°°°

Biarpun Sakura tengah berbadan dua sekarang, semangat untuk terus berkuliah tidak pernah padam dari dalam dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Biarpun Sakura tengah berbadan dua sekarang, semangat untuk terus berkuliah tidak pernah padam dari dalam dirinya. Ia memang masuk ke dalam kategori 'Mahasiswa yang paling dihindari oleh para Dosen' karena kekurangannya, paling dihindari oleh teman-teman kelasnya saat pembagian kelompok belajar, tapi walau begitu semangatnya untuk mendapat gelar sarjana tidak pernah padam. Sakura akui, ia memang sering bolos kuliah demi bermain game online di warnet. Ah, bukan bolos sebenarnya, hanya ingin memanfaatkan batas absensi maksimal. Biarpun begitu, lulus dengan target yang lebih lama dari mahasiswa lainnya sudah terpatri pada otaknya. Sebentar lagi, ia akan menjadi mahasiswa semester enam. Tergolong cukup senior sebab skripsi sudah di depan mata.

Sampai detik ini, belum ada yang mengetahui hubungan Sakura dengan Seokjin. Yang mereka tahu, Sakuraㅡsi anak rektorㅡ telah menikah dengan pria tampanㅡrumornyaㅡyang hidup berkecukupan. Lagipula, tidak ada yang ingin tahu siapa suami Sakura. Gadis ini tidak spesial bagi mereka. Paling mereka hanya akan menebak-nebak rupa si pria, memangnya setampan apa? Tidak bisa dibayangkan bagaimana reaksi para mahasiswa wanita ketika tahu jika suami Sakura adalah Dosen most wanted di Universitas.

Sekalipun Sakura telah menjadi milik orang lain, Jungkook tidak berniat untuk meninggalkannya. Mereka berdua masih sering bergurau di kantin saat jam istirahat. Masih sering bertukar kisah. Keromantisan persahabatan mereka tidak pernah sirna, membuat sebagian menerka-nerka apa sebenarnya Jungkook adalah suami Sakura? Tapi seketika, spekulasi tersebut langsung ditepis mengingat jika Jungkook bukan berasal dari keluarga kaya raya dan gaji paruh waktunya tidak akan cukup untuk menafkahi rumah tangga.

Seperti siang ini, Jungkook dan Sakura masih sempat duduk di ganti sembari menunggu pergantian jam dengan menyeruput milkshake dari sedotan yang sama. Tidak heran, mereka berdua sering berbagi seperti itu yang terkadang membuat para mahasiswi menjerit iri. Memang, rasa iri dengki tidak akan pernah bisa menghilang dari dalam diri manusia.

Tentang perasaan Sakura terhadap Namjoon, semua itu sudah berangsur-angsur menghilang. Ya walaupun cinta pertama itu sangat sulit dilupakan. Ia sudah menyukai Namjoon sejak semester pertama kuliah, itupun adalah kali pertama dadanya berdebar kepada seorang pria. Berharap jika Namjoon membalas perasaannya. Tapi sayangnya, Namjoon menyukai Amara. Dimana faktanya, Amara justru menyukai Jungkook. Takdir yang rumit. Tapi itulah cinta.

"Kau tidak mau mencoba untuk membuka hatimu terhadap Amara? Dia terlihat sangat menyukaimu, Kook," Sakura mencolek dagu Jungkook. Bahagia ketika melihat Jungkook merengut karena digoda habis-habisan. Pria itu lantas mengibas-ngibaskan tangannya ke udara dan kemudian berdecak. "Aku tidak mau bertanding dengan Kim Namjoon. Sudah cukup saling beradu Indeks Prestasi tiap semester. Jangan sampai kami saling mengibarkan bendera perang hanya karena satu wanita," alasan yang cukup masuk akal bagi pria pecinta kedamaian seperti Jungkook.

"Oke baiklah. Kau terlihat mengerikan saat marah," Sakura mengangkat kedua tangannya, tanda menyerah. Ia tidak akan menggoda Jungkook lagi sekarang.

Dan Pak Dosen... Sakura rasa hubungan mereka semakin lengket dari hari ke hari. Pak Dosen yang biasanya kaku, kini mulai ekspresif. Tidak malu-malu lagi untuk menunjukkan rasa cintanya terhadap Sakura. Seperti saat ini, disaat salah seorang mahasiswa memberitahu Sakura jika Seokjin menyuruhnya untuk ke menemui pria itu diruangannya. Ia sudah tahu apa yang Seokjin inginkan.

Biasanya Sakura akan menolak jika dipanggil saat jam istirahat. Tapi sekarang, wanita itu mulai melangkahkan kakinya dengan riang dan ringan menuju ruang dosen yang lumayan sepi saat tengah hari. Tidak menghilangkan kesopanannya saat di kampus, Sakura mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam ruang Seokjin. Kepalanya menyembul dari balik pintu ketika ia mendengar sahutan dari dalam. Saat mata mereka bertemu, keduanya saling menyungingkan senyum disaat yang bersamaan.

Seokjin beranjak dari kursi putarnya. Merentangkan kedua tangan sembari berjalan kearah Sakura. Mendekap sang wanita sembari membelai lembut kepala belakangnya. Tak lupa memberikan kecupan singkat pada kening Sakura. Seakan sudah menjadi kebiasaan, Seokjin dan Sakura memutuskan untuk saling bertemu saat jam istirahat tengah hari. Jika Sakura lupa, maka Seokjin akan mengerahkan salah satu mahasiswa yang tengah berada di ruang dosen untuk memanggilnya.

"Malam ini ingin makan apa?" Tanya Seokjin, merundukkan kepalanya sementara Sakura mendongak. Pandangan mereka bertemu tepat di tengah, membuat atmosfir di ruangan kecil ini mendadak menjadi sejuk seperti musim semi.

"Ingin makan Pak Dosen, hehehe," katanya. Berjinjit dengan cepat guna mengecup bibir penuh milik Seokjin. Sakura tidak berbohong, bibir Seokjin benar-benar kissable. Suatu keuntungan bagi Sakura karena bisa mencium Seokjin tiap harinya. Mendengar gombalan dari Sakura, telinga Seokjin langsung berubah warna menjadi merah padam.

"Siang ini, kau sudah makan? Jungkook merawatmu dengan baik 'kan selama saya bekerja?" Tanyanya. Kembali meragukan perkataan Jungkook yang terang-terangan berkata jika ia akan menjaga Sakura saat di kampus. Sebagai imbalan, Seokjin tentunya akan memberikan Jungkook nilai sempurna.

"Saya sedang tidak nafsu makan, Pak. Jadi tadi saya hanya minum milkshake stoberi," jawabnya. Pola makan Sakura menjadi tidak teratur. Siang-siang selalu enggan untuk mengisi lambung, tapi malam hari banyak sekali keinginannya untuk memilih menu makanan. Bahkan pernah tengah malam ia merengek karena lapar, membangunkan Seokjin dengan teganya yang tengah kelelahan. Sedangkan Seokjin sudah mulai sedikit paham tentang nafsu makan ibu hamil. Tidak ada alasan lagi untuk memarahi Sakura.

Tangan kanan Seokjin yang semula berada pada pinggul Sakura kini mulai beralih menuju perut si wanita. Ia meletakkan tangan di atas perut yang kini sudah mulai terlihat tonjolannya sedikit. "Kata Jungkook, bayinya sudah sebesar stroberi," katanya antusias, membuat Seokjin menarik sudut bibirnya.

"Nanti jika bayinya lahir, Pak Dosen harus pandai membagi kasih sayang. Saya tidak suka diabaikan."

"Saya mengerti. Lagipula bagaimana bisa saya mengabaikanmu? Kau bahkan sama manisnya seperti bayi-bayi kecil."

Sakura tersenyum, lalu segera memeluk Seokjin kembali.

"Pak Dosenㅡ"

"Saya mencintaimu, sangat." Lanjutnya seraya mengeratkan pelukannya pada pinggang si pria.

"Lebih besar dari cintamu terhadap Namjoon dahulu?"

"Lebih, lebih, lebih besar dari cinta saya pada Namjoon," jawabnya.

"Saya juga mencintaimu. Lebih besar dari cinta saya kepada Han Jiseo," ungkapnya sembari mengelus punggung Sakura.

Ah, rasanya bahagia ketika melihat ruangan kecil dingin ini jadi menghangat karena cinta.



END

°°°

LO(ST)VETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang