BAB 23

2.3K 357 58
                                    

°°°

Kkura terdiam, memandangi Seokjin dengan mata yang membulat sempurna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kkura terdiam, memandangi Seokjin dengan mata yang membulat sempurna. Pandangan yang diberikan Sakura sekarang justru membuat Seokjin menjadi salah tingkah dan mulai mengusap tengkuknya. Apa ajakannya barusan salah?

"Pak Dosen ajak saya kencan?" Tanya Sakura, mengulangi ajakan yang barusan Seokjin lontarkan. Takut telinganya salah tangkap kata, atau halusinasinya mulai keluar dari balik jeruji. Menanggapi itu, wajah dan telinga Seokjin perlahan berubah menjadi merah padam. "Y-ya, seperti itu," ujarnya dengan gagap yang disertai dengan pandangan mengarah kearah lain.

"Tapi hari ini saya ada kencan dengan Namjoon," pernyataan Sakura, Seokjin anggap sebagai penolakan secara halus. Nama Namjoon seolah menjadi sebuah benteng yang kokoh untuk menembus masuk ke dalam hati Sakura. Benar kata orang-orang, jika sudah cinta, maka seseorang tersebut hanya akan melihat lurus ke depanㅡ ke seorang terkasih.

"Pergi dengan saya dan batalkan kencanmu dengan dia," Seokjin memberi usul yang membuat kepala Sakura menggeleng cepat. Ia sudah menunggu momen ini, hari dimana ia hanya menghabiskan waktu berdua dengan Namjoon. Mau dibayar berapapun, ia tidak akan pernah menyia-nyiakan kejadian langka ini. Andai kata ia membatalkan janji temu sore ini, akankah kesempatan bertemu lainnya akan tetap datang? Sakura yakin, jawabannya tidak.

"Tidak mau! Pak Dosen bagaimana sih! Harusnya Pak Dosen mendukung saya pergi dengan Namjoon, bukannya malah mengajak saya kencan," Sakura mengomel sembari berkacak pinggang, tidak seharusnya acara larang melarang seperti ini terjadi. Sebelum menikah, Seokjin sudah sepakat untuk memberikan Sakura kebebasan menikmati masa muda. Dan ini, bukankah sebuah pelanggaran? Harusnya Seokjin mendapatkan sanksi karena sudah melanggar perjanjian.

"Loh, wajar bukan jika saya melarang? Saya suamimu," Seokjin ikut menyahut dengan berkacak pinggang juga. Jika pikiran Sakura terbuka, seharusnya wanita itu sadar jika tidak baik seorang istri pergi berkencan dengan crush nya. Terang-terangan meminta izin kepada suaminya pula. Apakah ini yang dinamakan selingkuh secara baik?

"Pak Dosen kan menikahnya dengan Han Jiseo, bukan saya. Di buku dan akta nikah, nama Han Jiseo tertulis disana,"

Damn it

Seokjin lupa dengan hal yang baru saja Sakura jabarkan. Wanita di depannya ini bukanlah istrinya, hanya pengganti Han Jiseo yang tidak tahu kapan akan kembali. Wanita ini hanyalah bayangannya Jiseo, yang sewaktu-waktu akan menghilang ketika wanita yang asli kembali.

Seokjin mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kamar, sembari berucap, "memangnya, apa bagusnya Namjoon-Namjoon yang selalu kau banggakan?"

"Dia pintar,"

"Saya juga pintar. Dia baru calon Sarjana, saya sudah bergelar Master pula."

LO(ST)VETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang