BAB 9

2.1K 370 19
                                    

°°°

Sakura memperhatikan selebaran kertas yang disodorkan oleh Amara, salah satu mahasiswi yang jauh-jauh datang Ke Seoul dari Indonesia hanya untuk menempuh pendidikan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sakura memperhatikan selebaran kertas yang disodorkan oleh Amara, salah satu mahasiswi yang jauh-jauh datang Ke Seoul dari Indonesia hanya untuk menempuh pendidikan. "Anggota tim nya kurang satu. Kuharap kau mau bergabung sebagai rekan terakhir," jelasnya dengan lebih detail lagi setelah sempat mengutarakan maksudnya secara singkat beberapa menit lalu. Selebaran tersebut bukanlah sebuah formulir pendaftaran sebuah klub mahasiswa, atau persyaratan dalam mengikuti olimpiade tingkat nasional. Tidak mungkin orang sekelas Sakura ditawari oleh hal-hal yang sangat penting untuk mengharumkan nama Universitas. Alih-alih mendapat juara, Universitas mereka mungkin akan menelan malu secara bulat-bulat.

"Tapi aku tidak pandai berlari. Bukannya menolak, aku hanya tidak ingin timmu menanggung malu dan harus menunduk karena kalah," Sakura memaksakan sudut bibirnya terangkat. Apalagi yang bisa ia serukan selain keburukannya? Tidak mungkin juga ia berbohong tentang betapa hebatnya ia dalam olahraga lari. Amara menggeleng pelan seraya menarik tangannya yang memegang selebaran poster lomba lari estafet guna memeriahkan festival musim panas kampus. Wanita bersurai hitam pekat itu segera mengambil duduk di samping Sakura, dan kemudian segera berujar.

"Menang dan kalah adalah sesuatu hal yang wajar dalam perlombaan. Lagipula kita mengikuti ini hanya untuk bersenang-senang, sekaligus perwakilan dari angkatan di jurusan kita. Ayolah, kau harus menghabiskan musim panas yang hanya datang setahun sekali dengan baik!" Amara terus membujuk. Ia tidak akan berhenti sebelum Sakura setuju untuk bergabung dengan tim angkatan jurusan Akuntansi. Sedangkan Sakura, wanita itu terlihat sangat terbebani. Disatu sisi, ia sangat ingin mencoba hal baru di musim panas. Alih-alih sebagai pesorak, Sakura juga ingin berkontribusi sebagai pemain. Tapi, dilain sisi, ia tidak ingin orang-orang mencemoohnya karena tidak bisa memberikan kemenangan untuk tim.

"Aku penasaran, dari sekian banyaknya mahasiswa angkatan dua ribu tujuh belas, kenapa kau malah memilihku?" Tidak, bukannya mau berprasangka buruk terhadap Amara, hanya saja ini pertama kalinya Sakura ditawari untuk berpartisipasi dalam pertandingan olahraga guna memeriahkan festival musim panas tahun dua ribu sembilan belas ini. Mendengar itu, Amara segera meraih kedua tangan Sakura, menggenggamnya dengan erat. Kedua manik mata dua orang wanita itu pun saling bertabrakan. "Karena kau spesial. Aku yakin kau bisa menjadi bagian dan melengkapi tim kami," Amara hanya mengatakan itu, tidak spesifik dan masih membuat Sakura bimbang. Tapi, pancaran mata Amara akhirnya mampu membuat kepala Sakura mengangguk, menerima ajakan Amara untuk bergabung ke dalam tim nya.

Sontak, wanita itu tersenyum senang dan mengucapkan banyak terima kasih pada Sakura. Hati Amara bergejolak, dengan bergabungnya Sakura ke dalam tim mereka, otomatis, saat pertandingan olahraga dilangsungkan, Jeon Jungkook pasti akan datang! Amara hanya ingin memperlihatkan kemampuan baiknya dalam berlari di hadapan orang yang ia suka.



°°°





"Pak Dosen!" Seruan Sakura membuat Seokjin berhenti melangkah. Pria itu baru saja pulang setelah menghadiri seminar yang diadakan oleh Universitas dengan rasa lelah yang menggelantung pada bahunya. Dilihatnya Sakura yang saat itu tengah melompat dari sofa, berlari kecil menghampirinya. "Apa yang ingin kau katakan?" Seokjin bertanya, sebab sedari tadi ia hanya melihat Sakura yang berdiri sembari menggaruk kepalanya. Ia lelah, butuh istirahat. Melihat Sakura yang hanya diam sedari tadi membuat ia merasa waktu istirahatnya akan terbuang dengan sia-sia.

LO(ST)VETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang