BAB 25

2.2K 328 20
                                    

°°°

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Jeon Jungkook, kumpulkan punyaku sekalian, ya," Sakura memberikan selembar kertas yang dua hari lalu diberikan oleh panitia kegiatan pada Jungkook. Ia tersenyum lebar, memamerkan deretan-deretan gigi putihnya. Oh Tuhan, bisakah Sakura berhenti tersenyum padanya? Bagaimana bisa dirinya cepat move on jika si wanita selalu bersikap ramah dan manis padanya? Rasanya Jungkook ingin tetap memaku hatinya hanya untuk Sakura. Tapi seketika dirinya sadar bahwa Sakura tidak mencintainya. Definisi dekat namun tidak tersentuh. Yaah, namanya juga kehidupan, pasti ada kalanya tidak berjalan mulus sesuai harapan.

"Memangnya kau diberi izin oleh Dosen Kim?" Jungkook mengernyit ketika mendapati cengiran Sakura. Kedua mata si wanita menyipit, seperti bulan sabit, dan sangat indah. Fakta bahwa Jungkook menyukai senyuman sabit tersebut. Haah, lagi-lagi Jungkook galau. Apa ada wanita lain yang lebih manis Sakura? Untuk saat ini Jungkook rasa... tidak.

"Oh tentu saja. Lihat, ini tanda tangannya," Sakura menunjukkan coretan yang berupa tanda tangan tersebut dengan telunjuknya. Merasa puas karena telah berhasil mematahkan pemikiran Jungkook tentang masalah pemberian izin. Tapi sepertinya, Jungkook bukanlah seseorang yang mudah untuk ditipu, dan Sakura lupa akan hal itu.

"Ternyata kau pandai sekali memalsukan tanda tangan, ya. Belajar dari siapa, huh?" Jungkook bertanya seraya terkekeh ketika menelisik coretan tersebut. Agak miring-miring, mungkin terlalu kesusahan untuk meniru karena Kim Seokjin memiliki keunikan dalam tanda tangannya. Wajah Sakura menegang beberapa saat ketika Jungkook tahu bahwa dirinya telah memalsukan tanda tangan, dan sejurus kemudian, ia tersenyum malu.

"Ayolah, Kook. Hal semacam ini tidak perlu diungkit dan diperpanjang, kan? Memangnya kau mau camping sendirian tanpa aku?" Bisik Sakura, dan tentu saja perkataan si wanita ada benarnya. Jika saja Sakura tidak pergi camping lagi tahun iniㅡ seperti tahun-tahun sebelumnya, ia juga tidak akan ikut acara tahunan ini. "Kau benar-benar licik," gumam Jungkook, pria itu memandang Sakura tajam dan beberapa detik setelahnya mulai tersenyum seraya mengacak-acak anak surai si wanita.

"Tapi aku mendukung kelicikanmu kali ini," imbuhnya dan langsung mendapat senyuman sebagai balasan dari Sakura. Wanita itupun segera membereskan bukunya, memasukkannya kembali ke dalam ransel kekanakkan pemberian si Dosen tampan beberapa minggu lalu, dan kemudian beranjak dengan cepat, membuat Jungkook mendongak.

"Jam empat sore bertemu di tempat biasa untuk menyerahkan tiket keretanya padaku ya, Kook!" Katanya, hendak pergi meninggalkan kelas yang mulai sepi. Jungkook mengangguk dan bergumam, tanda mengiyakan.

"Kalau begitu, aku pergi ke ruang klub tennis dulu. Sampai nanti," pamitnya, benar-benar pergi meninggalkan Jungkook di dalam kelas yang perlahan mulai menyepi.

Sakura punya banyak alasan kenapa ia sampai nekat memalsukan tanda tangan Seokjin. Pertama, pria yang tinggal serumah dengannya akhir-akhir ini terlihat sibuk dan selalu bermalam di ruang kerja. Kedua, melihat bagaimana perlakuan Seokjin padanya, ada kemungkinan jika dirinya tidak akan diizinkan. Wanita itu tidak mau kehilangan kesempatan untuk menikmati camping tahun ini. Mumpung gratis, dan hanya orang-orang bodoh yang mau menyia-nyiakan kesempatan. Belum lagi camping selama tiga hari dua malam ini dilaksanakan di luar Seoulㅡ Busan. Pasti sangat menyenangkan dan tidak akan terlupakan.

LO(ST)VETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang