°°°
"Kenapa Pak Dosen tertawa?" Sakura mengerjapkan matanya ketika melihat Seokjin yang tertawa cekikikan tepat saat pria itu mengarahkan pandangan kearahnya. Sontak, Sakura segera mengusap-ngusap pinggir bibirnya dengan telapak tangan, siapa tahu ia makan buburnya dengan berantakan. Tapi ketika ia melihat telapaknya yang terbuka, tidak ada satupun noda yang berhasil ia sapu disana. Itu tandanya, ia tidak makan dengan belepotan. Lalu, apa yang membuat Seokjin tertawa?
Ditertawakan itu tidak enak, menyebalkan!
"Ih Pak Dosen! Apa sih yang ditertawakan! Saya makannya berantakan, ya? Nodanya disebelah mana, biar saya bersihkan!" Sakura meletakkan mangkuk buburnya di atas meja kayu yang tidak terlalu luas. Bunyi nyaring yang ditimbulkan menyadarkan Seokjin jika Sakura tengah kesal dengannya. Dirinya sadar, hanya saja ia tidak bisa berhenti tertawa sekarang.
Seokjin lantas menggelengkan kepalanya. "Tidak. Hanya saja, ketika melihatmu, saya jadi ingat dengan surat cinta panjangmu," jawaban yang sukses membuat pipi Sakura bersemu. Astaga, ia benar-benar tidak sanggup jika harus disuruh membaca ulang surat panjangnya. Selembar kertas bolak-balik yang berisikan awal pertemuan mereka sampai dirinya yang memutuskan untuk pergi meninggalkan Seokjin. Oh Ya Tuhan, ini baru tiga hari setelah surat itu terbit, dan sekarang dirinya sudah kembali lagi bersama dengan Seokjinㅡ tak jadi menghilang. Eh, tidak! Semua itu bukan salahnya! Seokjin kok yang memintanya untuk kembali dan mengatakan jika ia mencintai Sakura!
Tapi... tunggu!
Alis Sakura sekarang saling menyatu pun dahinya ikut berkerut karenanya. Wanita itu bingung, kapan ia memberikan surat itu pada Seokjin? Setahunya terakhir... surat panjang tersebut masih berada di dalam ransel unicorn nya.
"Pak Dosen mencuri surat cinta dari ransel saya, ya? Ih, dasar maling!" Wanita itu lantas segera menggebuk punggung Seokjin, tak peduli jika pria itu masih belum pulih dari sakitnya. Sakura tidak akan menyimpan surat itu di ransel jika tahu Seokjin akan mengambilnya tanpa izin. Akan lebih baik jika ia meletakkannya di kotak rahasia miliknya atau tidak diselipkan di antara kasur dan dipan. Tahu akan seperti ini jadinya, akan lebih baik jika surat cinta tersebut tidak dibaca. "Pak Dosen tidak boleh seperti itu! Mencuri itu dosa. Dosa, Pak! Memangnya Bapak mau nanti tangannya dipotong Tuhan?" Sakura merengut sebal dan malu, melipat kedua tangannya di bawah dada seraya pipi kanannya menggelembung sempurna.
Menggemaskan.
"Saya tidak mencuri. Suratnya jatuh tepat di depan ruangan saya. Awalnya saya memang berniat mengembalikan, tapi ketika melihat nama saya tertulis berantakan di amplop, saya mengurungkannya dan memilih untuk membacanya," Seokjin tersenyum ketika selesai menjelaskan kronologinya secara detail. "Ternyata kau pandai menulis surat cinta, ya," lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LO(ST)VE
Fanfiction[ COMPLETED ] Ada tiga pria yang mengelilingi Sakura; 1. Jeon Jungkook, sahabat seperjuangannya 2. Kim Namjoon, gebetannya 3. Kim Seokjin, suaminya Pada dasarnya, Sakura tak menyangka jika si dosen galak membuat kesepakatan dengannya, seperti; "Jika...