BAB 28

2.2K 355 40
                                    

°°°

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Sakura tersentak ketika suara Seokjin membuyarkan lamunan menyedihkannya di bangku belakang mobil mewah milik si pria. Ia gelagapan, celingukan sesaat, lalu segera menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Apa yang ditanyakan oleh Pak Dosen? Selama beberapa menit ia terdiam, merangsang Seokjin untuk meliriknya dari spion tengah. Terpampang wajah bingung disana, membuat Seokjin menghela nafasnya.

"Saya tanya, kau ingin makan apa?" Ia mengulang, namun masing ditanggapi Sakura dengan penuh gelagapan. Sekarang ini perutnya memang sudah berbunyi minta diisi, namun otaknya tak bekerja dengan baik, tak memberitahu dengan jelas dirinya ingin mengkonsumsi apa agar dapat kenyang. Katakan saja jika Sakura lapar namun tidak bernafsu makan. Bahasan di cafe sungguh membuatnya kehilangan selera untuk mengaduk-aduk makanan.

"Terserah Bapak saja," jawabnya, membuat Seokjin membuang nafas kasar dan memutar bola matanya malas. Kemana Sakura yang selalu tahu ingin makan apa? Wanita ini tak menyukai makanan yang menyehatkan seperti sayuran, lebih suka menghabiskan makanan yang menimbun banyak kalori serta lemak jahat. Jadi, jika Seokjin yang menentukan, pastilah makanan yang terhidang nantinya tidak akan dimakan.

"Bagaimana saya tahu kau ingin makan apa jika jawabannya adalah terserah?" Seokjin membalasnya dengan ketus, membuat Sakura menundukkan kepalanya. Emosinya menjadi tidak stabil karena sejak berada di cafe, Sakura selalu sibuk dengan flip phone miliknya. Membalas gurauan dari Jungkook ataupun nomor asing yang nomornya belum disimpan. Tentunya hal itu memacu Seokjin untuk menarik ponsel keluaran tahun dua ribu dua belas tersebut, menyitanya, membuat Sakura merengek minta dikembalikan.

"Jin-ah, sudah," Jiseo yang duduk di kursi penumpang samping Seokjin pun segera mengusap pundak prianya yang sekarang tengah tak bisa mengontrol emosi. Sejak di cafe tadi, Jiseo sudah sadar betapa protektifnya Seokjin terhadap Sakura. Membuatnya ragu, apa benar Seokjin hanya menganggapnya sebagai adik kecil?

"Aku bahkan tidak mengerti dirinya karena dia tidak bicara, Jiseo!" Sergah si pria, membuat Sakura mau tak mau harus mengeluarkan jawaban jika dirinya ingin makan hamburger. Padahal sebenarnya, ia tak terlalu menyukai roti bulat berlapis tersebut.

"Tidak boleh! Sudah berapa kali saya katakan jika makanan cepat saji seperti itu tidak menyehatkan!" Tolak Seokjin, membuat Sakura kebingungan, tak tahu ingin menentukan makanan sehat yang seperti apa.

"Sudah, sudah. Lebih baik makan dirumah saja. Aku yang akan memasak," lerai Jiseo, merasa pusing saat mendengara racauan Seokjin dan juga prihatin mendengar ujaran Sakura yang ditolak mentah. Mendengar itu, Sakura dan Seokjin akhirnya memutuskan untuk saling diam.

LO(ST)VETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang