Chapter 6
Di meja nomor 2
"Ray,, kalo gua boleh tau, alasan kenapa lo sampe sekarang belum punya pacar kenapa sih? Sorry nih kalo gua nanya kaya gitu, karna menurut gua, kayanya kecil kemungkinan cewe itu gak mau pacaran, pasti pada mau pacaran.. " tutur boy.
"gini ya Boy.. Jujur, gue sih emng gak pernah pacaran, karna menurut gue,,pacaran itu sama sekali gaada gunanya bagi gue saat ini, lo mau tau kenapa? " ujar raya sambil melontarkan pertanyaan ke boy.
"kenapa? " tanya boy singkat.
"karna menurut gue, untuk saat ini gue cuma mau fokus sama profesi gue sebagai penari, ya lo tau lah boy, kan reva pernah jelasin ke lo.. Gue gak mau, gara2 gue punya cowo, waktu dan sekolah gue jadi ke ganggu. Karna dengan 2 kegiatan yang gue jalanin skrg aja itu udah menyita waktu gue bgt. Jadi gue gak mau waktu itu terbuang sia2 cuma karna gue sibuk pacaran,itu sih alasan gue. " tutur raya panjang lebar.
"ooh,, jadi maksud lo, lo mau mengejar impian lo dulu sbg penari profesional, gitu? " tanya boy.
"iyaa! " jawab raya singkat sembari meminum jus jeruknya.
"okee,,, tapi Ray.. Kalo misalkan nih, ada cowo yang berusaha deketin lo dan dia berhasil menjelaskan ke lo, kalo cinta itu sebenarnya udah ada sama diri lo, tapi lo sendiri yang belum mau buka, gimana?.. Apa yang bakal lo lakuin kalo itu sampe kejadian? Lo gak mungkin diam biasa aja dong, pasti ada respon lah sedikit dari hati lo.. " ujar Boy panjang lebar.
Raya sempat terdiam, lalu dia pun menjawab seadanya..
"hehe, gue gak tau boy. " singkat dan datar, tapi setelah itu dia tersenyum tulus.
Boy tersenyum menjebak tapi raya tidak menyadari nya sama sekali. Itu lah kesalahan fatal raya yang terlalu cuek dan santai menanggapi segala sesuatu, dia terlalu mudah menerima dan terlalu bodoh menyampaikan isi hatinya. Sampai2 orang akan menjebak dia saja dia sama sekali tidak merasakannya.
***
Akhirnya beberapa menit lagi, Reva akan segera tampil untuk menyanyi kan sebuah lagu, ketika Reva dan Mondy keluar dari backstage Cafe itu, mereka pun melihat Raya yang sedang bersama boy. Betapa terkejutnya mereka melihat Raya bersama boy, Dalam hati reva mengatakan " raya? Dia masih berhubungan baik sama boy? Ya tuhan ! gue lupa, gue belum cerita ke Raya soal boy, karna dianya juga sibuk bgt. " dan dalam hati Mondy " boy?! Dia deket sama Raya? Apa Raya tau gimana boy sebenarnya? " .
Mereka melihat pemandangan itu cukup lama, hingga akhirnya nama Reva dipanggil untuk naik keatas panggung untuk bernyanyi.
"Mon.. Aku naik dulu ya.. " ucap raya.
"oke sayang.. " jawab mondy sambil mencium kening Reva,dan Mondy pun duduk do kursi nomor 5, kenapa di nomor 5,karna mondy tidak ingin Boy melihatnya karna dia yakin itu pasti memancing keributan lagi, mondy tidak mau itu terjadi, karna ini adalah acara Reva pacarnya,oleh karna itu, Raya dan Boy pun tidak melihat Mondy yang ada di kursi nomor 5.
Selama reva bernyanyi, Matanya selalu tertuju pada Raya dan boy, ada perasaan takut disana, antara takut Boy akan mengganggu nya lagi, dan takut kalau boy berbuat yang aneh2 pada Raya karna salahnya. Ternyata tidak hanya Reva, Mondy pun merasakan hal yang sama seperti reva, dia tau boy seperti apa, dan raya cewe seperti apa, menurut nya dengan kedekatan Raya dan Boy, itu tidak baik sama sekali,tapi mereka ber2 hanya bisa diam melihat keadaan itu sampai acara selesai.
Saat mendengar nyanyian reva, raya bertanya pada hatinya sendiri.
"Apa gue salah karna gue gak bisa menerima cowo dalam hidup gue? Apa gue salah, karna selalu menyepelekan soal perasaan? Apa yang dibilang boy itu benar, kalo cinta itu gak seburuk yang gue bayangin? Rayaaa..!!! Kenapa sih lo?! " tutur raya dalam hati yang marah pada dirinya sendiri.
Hmm.. Jadi menurut kalian yang baca cerita aku ini, apa sih cinta itu sebenarnya?
Hehe..
Gimana guyss??Lanjut gak nih? 😜😏🙏🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Di Lain Waktu [ Slow Update ]
Romance• mengubah perasaan yang salah menjadi tepat •memulihkan hati yang telah rusak •rasa yang mengubah segalanya •mengobati luka yang amat sakit •mencintai tapi harus melepasnya.. Aku lelah dengan perasaan aneh itu! Sungguh! "gue ga mau egois, Maka...