14. Masalah Baru

1.3K 137 37
                                    

Setelah sekian lamaaa.... Update nih
Happy reading ^_^

***

Trouble Is A Friend - Lenka

Anneth masih tertidur pulas di atas sofa dengan selimut yang menutupi ujung kaki hingga ke leher jenjangnya. Tunggu-tunggu ... Sejak kapan ada selimut di tempat itu? Bukankah Anneth pergi ruang tengah dengan tangan kosong? Lantas siapa yang menyelimuti dirinya?

Mungkinkah Deven?

Atau Friden?

Kedua mata indah itu mulai terbuka. Anneth mengerjapkan kelopak matanya berkali-kali. Betapa terkejutnya saat menyadari bahwa dirinya tertidur di tempat ini. Bukan hanya itu, ia iuga terkejut saat melihat Deven, Alde, dan William tidur di bawah yang beralaskan karpet secara berdesakan. Parahnya lagi, televisi yang menampilkan video game itu masih memancar dan menyala. Juga stick PlayStation masih senantiasa mereka genggam.

Anneth geleng-geleng kepala."Astaga."

Di kala Anneth menyingkap selimut yang menutupi seluruh tubuhnya, ia merasa ada yang aneh. Anneth terdiam sejenak. Lalu kemudian otaknya kembali berjalan dengan lancar.

"Selimut?" tanyanya kepada diri sendiri. Anneth memegangi selimut tebal itu.

"Siapa yang nyelimutin gua?" tanyanya lagi.

Pandangan mata Anneth mengarah kepada Deven. Dugaan Anneth tertuju kepada Deven. Tapi Anneth tidak yakin sepenuhnya.

PLAK

Satu tangan Alde mendarat di pipi William, bisa di bilang sebuah tamparan tidak sengaja tetapi terdengar nyaring. Sedangkan yang di tampar kini tengah mengerang keras akibat tidurnya terganggu. William menggaruk belakang kepalanya sambil perlahan membuka kedua matanya. Sempat juga ia menggeliat.

"Woi! Siapa sih yang ganggu mimpi indah gua, njeng!" teriak William dengan suara parau. Ia bangkit dari posisi tidurnya.

Begitu mengetahui bahwa tangan yang menamparnya tadi adalah tangan Alde, William langsung berteriak lagi,"ALDEE!!!" teriaknya kesal lalu membalas perlakuan Alde dengan cara yang sama.

"Anjing! Sakit goblok!" rintih Alde sambil mengelus-elus pipinya. Kini Alde sudah dalam posisi duduk.

"Heh kalian ini! Pagi-pagi udah ribut," tegur Anneth sambil geleng-geleng kepala.

"Sakit ini sakit," kata Alde sambil menunjuk pipinya."Si William main nampar-nampar aja!"

"Eh kaleng sarden! Lo duluan yang mulai. Jangan memutar balikkan fakta, njer!" William membantah.

"Kan gua gak sengaja, lagipula gua kan dalam keadaan gak sadarkan diri," kilah Alde.

"Ngeles aja lo bisanya," sahut William tak terima.

Suara cekcok antara keduanya membuat Deven terbangun. Terdengar berisik sekali di indera pendengarannya. Deven mendesah berat lantaran tidur nyenyaknya harus terganggu. Dengan keadaan yang setengah sadar, ia mengangkat tangan kirinya lalu meneliti jarum pada sebuah jam melingkar di tangannya.

"Woi! Pagi-pagi udah ribut ae. Keluar aja lo berdua dari apartemen gua!" sentak Deven dengan kedua mata yang masih tertutup.

"Keluar lo, De!" perintah William sembari menabok pipi kiri Alde.

"Lo juga, Will!" sahut Deven tiba-tiba.

"Lah? Kok gua sih anjeng. Sumber keributannya kan si Alde," tuding William kepada Alde.

THE DEEPESTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang