24. Masalah Hati

1.2K 104 69
                                    

Yang dulu mendukung ternyata bisa menikung.

Deven Arkharega

*

"Lo marah sama gua?" tanya Deven yang kini tengah fokus mengemudi mobilnya.

"Nggak," jawab Anneth tanpa menoleh. Pandangannya tajam menatap ke depan.

"Hari ini lo beda." Deven berkata terus terang. Sesuatu yang sedari tadi ingin Deven katakan.

"Beda gimana?" tanya Anneth dingin.

Deven melirik sekejap ke sebelah kiri."Lo kayak dulu lagi. Cuek sama gua," ujar Deven, pelan. Takut kalimat yang ia ucapkan salah.

Ternyala lo ngerasa gitu. Lo peka banget sih! Batin Anneth.

"Perasaan lo aja kali," sanggah Anneth. Padahal yang di katakan Deven benar. Anneth memang mencoba menghindar.

Kepala Deven bergerak mengangguk."Mungkin," katanya lalu tersenyum.

Keheningan mulai melanda mereka. Biasanya Deven yang akan sibuk mencari topik pembicaraan. Tetapi semenjak ia merasa bahwa Anneth menghindarinya, ia menjadi sedikit canggung. Ia takut membuat Anneth semakin tidak nyaman saat berada di dekatnya. Sekarang ia menjadi lebih berhati-hati saat berbicara dengan Anneth.

Tangan Deven terulur menekan tombol untuk memutar musik. Detik berikutnya, suasana menjadi lebih hidup berkat musik yang Deven putar. Suara alunan musik telah memenuhi seisi mobilnya.

"Kok nggak nyampe-nyampe? Emang rumah Friden sejauh itu?" tanya Anneth memulai.

"Tujuan kita bukan ke rumah Friden. Percuma kita kesana. Friden nggak bakal ada di rumah kalo lagi kacau begini," jawab Deven. Ia menjelaskan tanpa Anneth minta.

"Trus kemana?"

"Liat aja nanti."

"Kenapa lo yakin Friden nggak di rumah?"

"Dia jarang pulang ke rumah."

"Keluyuran?"

Deven terkekeh."Nggak lah. Dia ke rumah neneknya. Kalo nggak ke sana ya dia ke rumah gua."

"Kenapa dia jarang pulang ke rumah?"

"Dia nggak mau ketemu bokapnya."

"Kok gitu?"

"Bokapnya kasar. Keras. Hampir sama kayak Friden. Dari kecil Friden selalu dapet kekerasan dari bokapnya. Bukan cuma Friden, tapi nyokapnya juga. Sampe nyokapnya nggak tahan terus minta cerai. Parahnya lagi, hak asuh Friden jatuh ke bokapnya. Jadi mau nggak mau dia harus tinggal sama bokapnya. Mungkin itu yang bikin dia terbiasa jadi anak pendiem, dingin, kadang kasar."

Anneth mengangguk paham.

"Kalo udah sampe level segini, udah sampe mukulin orang. Dia pasti punya masalah," ucap Deven memberi tau.

Anneth menoleh menatap dalam mata Deven yang tengah menatap ke depan. Lelaki itu tidak tahu-menahu tentang perasaan Friden.

Kalo ternyata Friden ngelakuin itu karena gua, perasaan lo gimana, Dev?

***

Akhirnya mereka sampai di tempat yang Deven maksud. Memang agak jauh dan terpencil. Tempatnya juga tenang. Benar-benar cocok untuk seseorang yang suka dengan ketenangan dan kesunyian.

Anneth berjalan mengekori Deven yang menyelinap masuk ke dalam lahan kosong. Tempat yang terlihat asri karena beralaskan rerumputan berwarna hijau muda. Namun sayangnya sangat sepi.

THE DEEPESTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang