Berawal Dari Tatap - Yura Yunita
"Dia siapanya lo?" tanya Deven to the point.
"Calon tunangan gua."
Deg.
Alis kiri Deven terangkat. Percaya tidak percaya, kata-kata itulah yang terlontar dari mulut Anneth.
"Serius?" tanya Deven ragu.
"Emang muka gua kelihatan bercanda?" Anneth bertanya balik dengan tatapan datar.
Melihat ekspresi serius yang kentara sekali di wajah Anneth membuat Deven semakin yakin dan percaya."Kok bisa tunangan?" tanya Deven.
"Orang tua kami yang ngejodohin."
"Dan lo mau?"
"Mau nggak mau sih. Gua enggak bisa nolak keputusan orang tua gua."
"Jadi itu alasannya kenapa lo enggak pernah mau deket sama cowok?"
Anneth menggedikan bahunya."Entahlah."
Deven membulatkan bibirnya hingga membentuk huruf o kecil. Kepalanya manggut-manggut menanggapi pertanyaan Anneth.
Anneth terus memperhatikan ekspresi Deven yang begitu jelas perubahannya. Anneth tidak tahu apa yang sedang Deven pikirkan, lelaki di sebelahnya itu tak lagi menatapnya.
"BUAHAHAHAHAH!!" Anneth tertawa lepas sambil memukul-mukul pahanya. Anneth benar-benar sudah tidak dapat menahan tawanya lagi. Tawa ini adalah tawa yang langka.
Mendengar suara tawa Anneth yang begitu renyah di indera pendengaran Deven sontak ia menoleh ke wajah Anneth. Deven sejenak terdiam dan menerka-nerka apa yang sebenarnya terjadi.
"Lo kenapa, dah?" tanya Deven bingung. Anneth tidak menjawab karena masih tertawa.
Deven menyipitkan kedua matanya. Ia sedang mencari-cari penyebab dari tawa Anneth yang terdengar tak biasa di telinganya. Setelah lima detik ia mengamati sambil berpikir, barulah ia sadar bahwa dirinya sedang di bohongi oleh Anneth.
"Lo nipu gua, ya?" tanya Deven sembari tersenyum bahkan hampir tertawa.
"Menurut lo?" kata Anneth di ikuti oleh tawanya.
"Lo ..." Deven mengarahkan tangan kanannya ke wajah Anneth. Mencoba meraih hidung Anneth yang siap ia capit karena ia benar-benar merasa geram dengan tingkah Anneth.
Anneth mencoba mengelak dari gerakan Deven. Ia masih terus tertawa terbahak-bahak."Iya, iya sorry." kata Anneth yang masih terus menangkis tangan Deven."Dev! Deven! Deven! Gua kan udah minta maaf," lanjutnya.
Deven tidak mempedulikan kata-kata yang terlontar dari mulut Anneth. Ia masih terus mencoba meraih hidung Anneth."Bodo amat!"
"Yang gua mau hidung lo! Mau gua pesekin," lanjut Deven.
"Nanti gua jadi jelek."
"Biar kita sama-sama jelek."
"Lo aja kali, gua ogah."
"Sssttt!"
Hap.
Akhirnya Deven mampu meraih hidung Anneth. Ia langsung mengapit hidung Anneth dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jarinya. Kini Deven tertawa puas karena berhasil membalaskan dendamnya.
Anneth meringis sambil berusaha melepaskan apitan jari Deven dari hidungnya. Anneth berteriak-teriak meminta Deven untuk melepaskannya.
"DEVEN LEPASIN!" Anneth berteriak keras tetapi suaranya terdengar sengau.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DEEPEST
Dla nastolatkówPernah merasa terganggu karena kedatangan seseorang? Yang membuatmu tidak bisa hidup damai seperti sebelumnya. Seperti yang di rasakan oleh gadis yang satu ini. Anneth Elvarette. Si pendiam dan tertutup. Namun siapa sangka ternyata cowok yang di cap...