2. Mata

2.7K 216 43
                                    

Terpesona - Isyana Sarasvati feat Gamaliel

DEMI menuruti kemauan kembarannya, Anneth rela datang pagi-pagi sekali ke sekolah. Dengan alasan Joa tidak ingin mendapatkan tempat duduk di barisan belakang di hari pertama masuk sekolah sebagai siswa kelas XI.

Di dalam ruangan bernuansa putih itu, baru terdapat beberapa murid di sana. Terutama adalah murid-murid yang rajin. Anneth yang di ikuti oleh Joa segera menduduki bangku yang masih belum ada pemiliknya di barisan kedua. Posisi mereka sejajar.

"Ternyata ada yang lebih cepet dari kita." Joa meletakkan tasnya ke atas meja lalu menduduki bangkunya.

"Mereka dateng jam berapa coba? Niat banget," ujar Anneth.

"Tidak ada yang dapat di raih tanpa usaha. Mereka ingin mendapatkan hasil, maka dari itu mereka menempatkan usaha terlebih dahulu." Joa berkata dengan nada bijaksana bak seorang motivator.

"Quote google pasti." Anneth menebak tanpa ragu.

Joa menarik ujung bibirnya hingga menampilkan deretan gigi putih yang tersusun rapi. Wajahnya terlihat tanpa dosa. Itu berarti iya.

Bukan sesuatu hal yang asing lagi kalau Joa itu berteman baik dengan google. Setiap detik, setiap menit, setiap jam, Joa selalu siap sedia membuka aplikasi google. Dalam hal apapun, termasuk pr. Jadi jangan heran bahwa Joa adalah cucunya Mbah Google.

"Tanpa google, gua gak bisa apa-apa, Neth. Lo inget waktu gua ngerjain pr tanpa nyontek di google? Jeblok parah!"

"Berarti kemampuan lo memang cuma segitu."

"Ah, elo! Kalau nilai gua jeblok, lo tahu kan dampaknya apa? Bakal di marahin habis-habisan sama mama. Gua nggak peduli sih sama peringkat atau bahkan kenaikan kelas, yang terpenting gua nggak di hukum sama mama," cetus Joa.

"Gua ngerti, Jo. Seharusnya kalau lo nggak mau terus-terusan begitu, lo coba belajar. Berapa kali gua bilang, lo harus terbiasa ngerjain pr sendiri ... bakal gua bantu kok. Tapi lo enggak pernah mau." Anneth menasehati."Dan kalau sampai lo ketahuan nilai lo semakin meningkat setiap harinya tapi nggak murni dari otak lo sendiri, mungkin dampaknya akan lebih besar."

Joa menghela napas panjang."Gimana mau belajar sama lo, gua kalau dengerin suara lo aja ngantuk. Lo tuh ya kayak obat tidur."

"Terserah. Yang penting gua udah ngasih tahu. Mau lo lakuin atau enggak nya itu bukan urusan gua."

Sedari dulu, sikap Anneth yang begitu cerewet dan perhatian kepada Joa memang tidak pernah berubah. Anneth tidak pernah luput dari nasihat-nasihat nya yang bersifat menyarankan. Sebagai kakak yang hanya terbeda umur sepuluh menit lebih tua, Anneth enggan adiknya terjerumus ke jalan yang salah. Keras kepala dan bebalnya Joa membuat Anneth selalu khawatir.

"Sama siapa lagi gua dapet perhatian kayak gini kalau bukan lo. Bahkan ma—" ucapan Joa terpotong oleh Anneth.

"Jo, nggak usah di bahas. Gua ini kakak lo, wajar gua begitu."

Diliriknya jam dinding yang terpajang di atas poster kelas yang bertuliskan "Jangan buang-buang waktumu! Time is money." Masih sangat pagi. Seperti biasa, Anneth akan menggunakan waktunya sebaik mungkin. Tangannya bergerak merogoh tas yang berisikan bermacam-macam barang bawaan.

"Jo, novel gua udah gua masukin belum sih?" Anneth bertanya sembari meraba-raba seisi tasnya. Ia tengah mencari benda itu.

"Kayaknya belum, Neth. Seingat gua, tadi masih di atas meja belajar."

"Shit!"

Anneth memutuskan untuk mengambil ponselnya. Ada alternatif lain jika dirinya lupa atau memang sengaja tidak membawa novel. Biasanya Anneth membaca cerita sejenisnya melalui si orange alias aplikasi Wattpad.

THE DEEPESTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang