18. Care

1.6K 127 25
                                    

Cinta Butuh Waktu - Vierra

Teriakan demi teriakan dari dalam kamar menggema keseluruhan ruangan. Pagi ini Joa di sibukkan oleh kaus kakinya. Tanpa ia duga benda sakral itu hilang begitu saja. Apalagi ini hari senin, pasti akan ada pengecekan atribut pada saat upacara bendera berlangsung.

"Anneth!!!"

Teriakan itu menggelegar dari arah kamarnya. Sementara yang di teriaki malah menutup rapat-rapat telinganya sambil mengunyah sandwich nya.

"MASYAALLAH!! NETHYYY!!!" panggil Joa tak lebih nyaring dari sebelumnya.

Kepala Anneth pusing mendengar teriakan dari kembarannya itu."APAAN SIH JO! BERISIK TAU GAK?" balas Anneth tak kalah nyaring.

Joa berjalan tergopoh menuju ruang makan. Raut wajah panik begitu kentara di wajah manisnya. Satu tangannya menarik kursi kayu bernuansa modern lalu mendudukkan dirinya menghadap ke arah kakaknya.

"Kaus kaki gua ilang sebelah. Lo lihat gak?" tanyanya sambil terengah-engah.

"Gak," jawab Anneth datar kemudian kembali menggigit sandwich di tangannya. Jawaban yang bukan Joa harapkan.

Terdengar suara decakan dari mulut Joa."Bantuin nyari kek," sindirnya.

Anneth hanya memutar bola matanya kesal. Rasa-rasanya sikap adiknya ini tak pernah berubah. Masih saja ceroboh dan kekanak-kanakan.

Tarikan napas Anneth terdengar panjang."Di jemuran belakang rumah ada gak?" tanya Anneth cukup sabar.

Kepala Joa bergerak menggeleng.

"Kemarin sempat lo cuci?" tanya Anneth lagi.

Joa mengangguk tiga kali.

"Udah lo angkat?" tanya Anneth lagi. Benar-benar seperti seorang wartawan dengan narasumber.

"Udah," jawab Joa sambil mengangguk.

Anneth menelan sandwich yanh telah ia kunyah."Lo taro di mana?" tanya Anneth untuk ke sekian kalinya.

"Lupa."

Anneth menghela napas berat. Ia memijit pelipisnya yang terasa perih. Geram dengan kebiasaan buruk Joa yang tak kunjung hilang. Dan sekarang harus Anneth yang turun tangan untuk bertanggung jawab atas kelalaian Joa.

Suara deritan kursi membuat kepala Joa menoleh. Ia melihat Anneth yang mulai bangkit dari kursinya. Seketika senyuman manisnya mengembang. Ia tak perlu membuang tenaganya untuk mencari benda itu, biar kakaknya yang sibuk karenanya. Karena ia tahu pasti kakaknya akan menemukan benda itu, sedangkan ia sampai kapanpun tidak akan menemukan benda itu.

***

Langkah kaki Anneth terhenti setelah menutup pintu rumahnya. Tubuhnya membeku seketika melihat lelaki yang tengah tidur dengan damai di atas kursi rotan dengan posisi duduk. Jantungnya seakan berhenti berdetak benar-benar dapat memastikan siapa lelaki itu. Dan sekarang hanya rasa bersalah yang bercokol di otaknya.

Dengan kaki yang gemetar serta tubuh yang mulai melemas, ia coba langkahkan kakinya mendekati lelaki itu. Di lihatnya wajah yang terlihat penat. Hatinya bergemuruh atas rasa bersalah ini.

Sebenarnya Anneth tidak sampai hati untuk membangunkan lelaki itu. Tetapi mengingat waktu yang sudah mulai siang, mau tidak mau harus ia lakukan. Perlahan ia tarik kebawah masker yang ia kenakan sebelumnya. Dan kemudian ia mulai bersuara.

"Dev.." lirih Anneth.

Anneth memberanikan diri untuk menepuk pipi kanan Deven. Lalu ia berusaha untuk membangunkan Deven lagi.

THE DEEPESTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang