Rena turun ke meja makan dengan pakaian santai. Ibunya sudah menunggunya, tapi Rena nampak sedang mencari sesuatu. "Ayah mana?" Tanyanya.
"Udah pulang, katanya sih ada urusan. Ayo makan!" Rena pun mengangguk dan menyambar makanan yang ada di meja. Ia makan dengan lahap.
---
Sudah menjadi kebiasaan jajaran OSIS-MPK untuk pulang setelah sekolah sepi. Entah memang karena memiliki kegiatan atau hanya sekedar duduk manis di ruang osis. Seperti yang dilakukan Gilang sekarang, ia terduduk di ruang osis dengan laptop di pangkuannya.
Gilang Atthariq, kelas XII-7. Merupakan ketua eskul pramuka alias pradana. Dia juga merangkap menjadi anggota osis dan KKR. Selalu diandalkan sebagai mc setiap event di sekolah. Cenderung pendek untuk ukuran laki-laki tapi cukup lincah. Hobi makan dan berat badannya tidak bertambah, baginya itu petaka. Matanya bulat dengan rambut yang ditata ala kadarnya. Kata orang, Gilang itu humoris.
Krieeet.
"Lah, gue kira gak ada siapa-siapa. Ngapain lu?" Tanya Fauzan yang baru saja masuk ke ruang osis.
"Biasa, tugas," jawab Gilang tanpa menoleh pada Fauzan. "Lo mau balik?" Tanya Gilang.
Fauzan mengangguk dan menyampirkan tasnya di satu pundak. "Nyokap gue nelpon, suruh balik cepet. Duluan ya!" Sebelum pergi, Gilang dan Fauzan melakukan tos singkat. Dan Gilang kembali sendirian.
Gilang melirik jam tangannya setelah berkutat cukup lama dengan laptopnya. Jam 17.15 dan gerbang sekolah ditutup 15 menit lagi. Gilang segera membereskan barang-barangnya dan bergegas pulang sebelum ia terkunci di sekolah.
Percayalah, Gilang pernah memanjat gerbang sekolah karena terkunci di sekolah.
Kali ini ia beruntung, gerbang sekolah belum dikunci. Gilang segera mencegat angkutan umum yang mengarah ke rumahnya.
---
"Besok kalau udah sekolah langsung pulang, jangan kelayapan!"
Hei, Fauzan pulang cepat hanya untuk mendengar kalimat itu? Lagipula, sejak kapan orangtuanya mempermasalahkan dia pulang jam berapa? Fauzan sudah menetapkan jam malamnya sendiri.
Tanpa mendengarkan orangtuanya lebih lanjut, Fauzan pergi ke kamarnya lalu membanting pintu. Ia hanya tidak suka dikekang. Ia merasa bahwa ia sudah cukup dewasa dan ia tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan remaja berusia 18 tahun.
Tapi bukan Fauzan namanya jika ia hanyut dalam emosinya terlalu lama. Ia mengambil gitar di pojok kamarnya dan mulai memainkannya. Dentingan suara gitar mengalun merdu memecah keheningan di kamarnya.
Sebuah notifikasi masuk ke handphonenya dan langsung membuyarkan lamunannya. Fauzan segera memeriksa notifikasi itu. Pesan dari grup OSIS-MPK diabaikannya begitu saja. Pesan dari grup kelas dan grup lainnya tetap diabaikannya. Oh, ada juga beberapa adik kelas yang menerornya beberapa hari ini.
Salahnya sendiri karena sibuk tebar pesona di hadapan para adik kelas saat MPLS.
Saat itu juga Fauzan sadar bahwa ia belum melepas sepatunya. Dan sekarang dirinya sedang duduk santai di atas kasur. Buru-buru ia menurunkan kakinya, tak lupa melepas sepatunya. Ia juga membersihkan kasurnya dengan ala kadarnya, takut kotoran yang ada di sepatunya menempel di kasurnya.
Fauzan bukan tipe orang yang bisa menyuruh orang lain membersihkan kamarnya begitu saja. Ia selalu dituntut menjadi anak yang mandiri.
Fauzan Imanero, XII-8. Hobinya bermain dan bermain adalah hobinya. Merupakan anggota osis yang merangkap sebagai anggota pramuka dan karate. Bertubuh tinggi kurus, memiliki mata hitam yang senada dengan rambutnya dan kulitnya kecoklatan. Kata orang, senyum Fauzan itu manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seriously?!!!
Teen Fiction#1 in kembar (20200630) #8 in teman (20200607) #9 in twin (20200625) --- "Sejak kapan gue kembaran sama lo?!" Rena Athalia yang awalnya hidup sebagai anak tunggal, kini harus meyakinkan dirinya bahwa ia memiliki kembaran bernama Gilang Atthariq. Sel...