[9]

517 34 2
                                    

Keheningan Rena dan Fauzan yang dimulai sejak keduanya memasuki mobil masih terus berlanjut. Fauzan fokus menyetir dan Rena lebih tertarik melihat ke luar jendela daripada harus melihat wajah Fauzan.

Rena melihat action figure hulk berukuran kecil di dashboard mobil. Diam-diam ia melirik Fauzan sebelum tangannya mengambil action figure itu. Rena mengotak-atik raksasa mungil hijau bercelana ungu itu selama beberapa saat.

"Jan,"

"Apa?"

"Bukannya waktu si dokter berubah jadi hulk bajunya robek semua ya?" Tanya Rena yang masih meneliti seluk beluk benda di tangannya.

"Yaiyalah, kan dia jadi raksasa," Fauzan melirik sekilas pada Rena.

Menurut Fauzan, melihat Rena yang terlihat penasaran sekaligus bingung merupakan hal yang lucu. Rena terus menelisik raksasa hijau di tangannya dengan alis bertaut dan bibir yang agak mengerucut.

"Tapi kok dia pake kolor? Harusnya kan kolornya robek juga. Apa kolornya elastis? Kenapa juga kolornya harus warna ungu? Kenapa gak item? Atau warna lain gitu? Astagaa.. kayaknya gue harus ketemu sama pencipta karakter ini!"

Rena menyimpan kembali benda itu ke tempatnya. Sepertinya ia frustasi dengan teka-teki 'Kenapa Hulk pake kolor?'

Fauzan menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecil. Dibalik wajah Rena yang jutek, ternyata tersimpan sisi imut seperti ini. Oke, Fauzan tambahkan. Ini saaaangaattt imuuuutttt.

🎶🎶🎶~~

Terdengar nada dering dari handphone Fauzan. Ia segera mengambil handphonenya di saku celananya. Ah, ada panggilan masuk rupanya.

"Lo kalau mau jawab telpon, minggir dulu napa. Gue gak mau mati gara-gara lo."

"Ck, iya-iya."

Dengan terpaksa Fauzan membanting stir ke pinggir jalan. Ia segera menggeser tombol hijau di layar ponselnya. "Hai, kenapa?" Fauzan menyapa dengan nada lembut.

Rena mendelik tajam saat mendengar nada suara Fauzan. Baginya itu terdengar menjijikan. Ditelpon ceweknya tuh pasti, batin Rena berburuk sangka.

Rena berinisiatif memainkan ponselnya karena bosan mendengar nada suara menjijikan dari Fauzan. Sungguh sial nasibnya, ponselnya mati kehabisan daya. Terpaksa ia harus memdengarkan ocehan Fauzan sambil mengotak-atik raksasa hijau kecil berkolor ungu.

Fauzan menutup panggilan. Tapi ia tak kunjung menjalankan mobil untuk mengantarkan Rena pulang.

"Turun."

Rena menoleh cepat ke arah Fauzan. "Maksud lo?!"

"Ya, turun. Lo gak ngerti bahasa Indonesia? T-U-R-U-N, turun!"

"Heh, lo bilang mau nganterin gue tapi apaan?! Setengah jalan aja belom!" Ujar Rena emosi.

"Terus, menurut lo gue peduli?" Fauzan mencondongkan badannya pada Rena dan dengan senang hati membukakan sabuk pengaman. "Dah, sana turun!"

Pada akhirnya Rena memutuskan turun dari mobil. Sebelumnya, ia menghadiahi Fauzan dengan tatapan sinis dan mengambil mini hulk di dashboard. Rena juga membanting pintu dengan keras untuk meluapkan kekesalannya.

Dan beginilah Rena sekarang, sendirian. "Huh, dasar gorila jelek!"

Mulai detik ini Rena berjanji tidak akan menerima tawaran apa pun dari Fauzan Imanero.

Tapi, bagaimana Rena bisa pulang sekarang? Uangnya habis, ponselnya mati ditambah ia juga ditinggalkan Fauzan. Berjalan kembali ke sekolah dan berharap ada temannya yang mau menolong? Hei, sekolah cukup jauh dari posisi Rena sekarang. Berjalan pulang? Itu lebih jauh lagi.

Seriously?!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang