Suara ringisan kecil memenuhi udara di dalam mobil. Rena mengompres memar-memar di tangan dan wajah Fauzan dengan telaten. Lagipula ini memang salahnya yang telah menjadikan Fauzan samsak hidup. Tapi untungnya tidak ada satu pun tulang Fauzan yang retak ataupun patah.
"Lo ada dendam apa sih sama gue?" Tanya Fauzan yang terdengar sewot.
"Gue sih gak dendaman, biar Yang Maha Kuasa aja yang membalas," jawab Rena acuh.
Fauzan berdecak. Kemudian ia menjauhkan wajahnya yang tengah dikompres oleh Rena dengan es batu yang didapat dari pedagang minuman di sekitar situ. Rena berniat menebus kesalahannya dengan mengobati si korban. Namun nampaknya korban sendiri tidak ingin diobati dan itu membuat Rena agak kesal.
"Sini woy! Biar gue kompresin!" Seru Rena.
Tanpa suara Fauzan merebut es batu yang dibalut saputangan dari tangan Rena dan mulai mengompresi memarnya sendiri. "Gue bisa sendiri," ujar Fauzan datar.
"Yaudah!" Rena merenggut.
Sebenarnya Fauzan tidak keberatan sama sekali jika Rena mengobati luka-luka di wajah dan tangannya. Hanya saja, jantungnya tidak bisa diajak berkompromi dan terus berdetak cepat seolah dirinya sedang berlari karena dikejar anjing galak. Ia juga takut kalau detak jantungnya bisa didengar oleh Rena.
"Lagian lo jadi cewek kok bar-bar banget? Muka tampan gue nih korbannya!" Fauzan berujar kesal.
Rena menunduk sambil memainkan jemarinya, "Maaf."
"Salah lo juga nanya yang aneh-aneh! Pake ngomong 'i love you' segala," tambah Rena. Karena ia tidak sepenuhnya merasa bersalah atas munculnya memar di wajah dan lengan Fauzan.
"Nanya yang aneh-aneh? Emang gue nanya apaan tadi?" Tanya Fauzan dengan alis berkerut.
Rena mendengus. "Sok amnesia lo!"
"Nggak, gue beneran lupa! Gue asal nyerocos tadi. Emang gue ngomong apaan?"
"'Lo mau gak jadi pacar gue?'" Rena mengulang perkataan Fauzan yang membuat dirinya babak belur di tangan Rena.
"Mau."
Rena menoleh cepat dan melotot seolah matanya akan keluar.
"Ya, gue mau jadi pacar lo."
Untuk kedua kalinya, Fauzan mengumpankan dirinya sendiri agar menjadi samsak hidup bagi Rena Athalia.
---
Mobil milik Fauzan berhenti sempurna di depan rumah Rena. Dengan hatinya yang dongkol, Rena berusaha melepas sabuk pengamannya. Fauzan melirik Rena yang sibuk sendiri dengan sabuk pengamannya dan membantu Rena melepaskannya.
Rena salah tingkah dibuatnya. "Kalau gak bisa tuh, ngomong!" Dari nada suaranya, jelas sekali Fauzan tidak dalam mood yang baik.
Jelas. Ia muak dijadikan samsak hidup. Padahal niatnya hanya bercanda. Perempuan yang satu ini sulit sekali untuk diajak bercanda.
"Titip salam sama nyokap lo, maaf gue gak bisa mampir," tambah Fauzan.
Rena mengangguk. "Oke, bye."
Rena segera berlari masuk melewati pagar dan melambai pada Fauzan--yang sepertinya tidak peduli. Rena menyempatkan dirinya untuk mencibir Fauzan sebelum masuk ke rumah.
"Rena pulang!"
Jdug!
"AWW!!"
Kening Rena berkerut. Sejak kapan pintunya bisa berbunyi 'aw'?
KAMU SEDANG MEMBACA
Seriously?!!!
Teen Fiction#1 in kembar (20200630) #8 in teman (20200607) #9 in twin (20200625) --- "Sejak kapan gue kembaran sama lo?!" Rena Athalia yang awalnya hidup sebagai anak tunggal, kini harus meyakinkan dirinya bahwa ia memiliki kembaran bernama Gilang Atthariq. Sel...