[3]

860 52 4
                                    

---

Gilang sangat bersemangat saat mendengar bel tanda pulang sekolah. Bukan, ia bukan bersemangat untuk segera pulang ke rumah. Ia tidak sabar untuk segera melakukan eskul favoritnya, KKR.

Sebenarnya bukan itu juga yang menjadi alasan kuat kenapa Gilang begitu bersemangat, ada alasan lain.

Ia segera berjalan menuju toilet yang berada tak jauh dari kelasnya. Dengan cepat ia mengganti seragamnya dengan celana olahraga dan atasan polos berwarna abu-abu. Sebelum keluar, ia sempat merapikan rambutnya dan menyemprotkan parfum ke tubuhnya.

Saat keluar dari toilet, Gilang menabrak seseorang. Baru saja Gilang ingin meminta maaf, orang yang ditabraknya sudah emosi duluan.

"Makanya kalau jalan itu lihat-lihat!" Gilang kenal orang yang ia tabrak. Mantan teman sekelasnya saat kelas sepuluh dan sekarang menjadi teman satu eskulnya, Lia.

Soya Amalia, akrab disapa Lia, kelas XII-3. Bukan tipe cewek yang peduli dengan penampilan tapi bukan berarti dia tomboy. Sering berbicara dengan tempo yang cepat hingga orang yang mendengarnya mengira bahwa Lia sedang nge-rap. Kata orang, Lia itu cerewet dan tidak mau diam.

"Iya-iya, sori," Gilang tidak mau memperpanjang masalah dengan cewek itu. "Eh, kumpul di mana, Li?" Tanya Gilang.

Lia menggendikkan bahunya. "Gak tahu, UKS kali. Tanya Alma aja," Lia meneruskan langkahnya yang sempat terhenti karena Gilang.

Diam-diam, Gilang merasakan kupu-kupu beterbangan di perutnya. Aduh, jangan-jangan di perutnya sudah tumbuh taman bunga hanya gara-gara mendengar nama pujaan hatinya? Mati-matian Gilang menahan senyumnya.

"Gilang!"

Nah kan, ini yang dinamakan pucuk dicinta ulam pun tiba. Seseorang berlari mendekati Gilang. "Kasih tahu yang lain kalau kumpul KKR di aula ya!"

"Oh, o-oke, entar gue kasih tahu yang lain," Gilang berusaha menguasai dirinya. Sebelum pergi Alma sempat berterima kasih pada Gilang.

Puk!

Gilang berbalik dan mendapati Rena yang sudah menampilkan wajah bak tukang kredit panci. "Kunci motor," Tangan Rena suah bersiap menerima kunci motor dari Gilang.

"Dih, apaan?! Kan aturannya yang pulang terakhir yang bawa motor. Kan gue ada eskul, ya gue balik terakhir dong!" Ujar Gilang dalam satu tarikan napas.

Gilang merasa seperti ada sesuatu yang salah, tapi apa? "Bentar, lu kan gak bisa bawa motor!"

Rena melipat tangannya di dada. "Gue mau ke bazar buku, Fanny yang bawa motor. Entar motornya gue ke siniin lagi, puas lo?"

"Oh yaudah, tapi bener ya bawa ke sini," Gilang mengambil kunci motor yang ada di saku celananya. "Nih," Gilang melemparkan kunci motor pada Rena.

"Thanks, bro!" Rena segera berlari ke parkiran.

---

Rena pergi ke bazaar buku ditemani oleh Fanny. Sebenarnya malas juga ditemani Fanny, tapi teman-temannya yang lain sibuk dengan urusannya. 

Baru saja Rena turun dari motor, nada dering dari handphonenya mengintrupsinya. "Bentar, Fan. Nih, pegangin dulu," Rena menyerahkan helm pada Fanny.

Papa is calling you...

Tanpa basa-basi Rena langsung menggeser tombol hijau pada layar handphonenya. "Halo, Pa? Kenapa?"

"Kamu udah pulang sekolah?" Tanya Papa. "Oh, udah kok. Cuma Rena lagi ke bazaar buku sama temen. Agak sore mungkin pulangnya," Balas Rena.

"Tadinya Papa mau jemput kamu di sekolah. Bazaar bukunya dimana? Biar Papa jemput."

Seriously?!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang