[8]

534 38 3
                                    

Lia meraung-raung di dalam hati kala melihat Gilang yang terlihat sedang bercanda tawa dengan Olivia. Lia tahu kalau Olivia ada rasa pada Gilang, wajar saja Lia menganggapnya saingan. Ia menghentakkan kaki dengan kesal dan langsung pergi dari tempat kejadian.

Brukk!!!

Akibat dirinya yang tidak berhati-hati menyebabkan Lia menabrak seseorang dengan kotak obat di tangannya. Dan karena Lia, isi kotak obat itu berceceran di tanah. Sontak Lia langsung meminta maaf dan membantu membereskan kekacauan yang ia buat.

Karena tidak punya tujuan pasti, Lia membelokkan langkahnya ke arah UKS. Biarlah dia berbaring sejenak sambil mengistirahatkan hatinya juga matanya yang perih saat melihat Gilang bersama yang lain.

"Eh, Lia. Bentar lagi masuk, malah ke sini."

Tada! Di UKS ia bertemu dengan Alma yang statusnya adalah orang yang disukai Gilang. Ingin rasanya Lia putar balik dan pergi ke kelas. Tapi apa boleh buat, ia sudah terlanjur masuk dan merebahkan dirinya di salah satu kasur UKS.

"Bete banget muka kamu," ujar Alma basa-basi.

"Nggak kok, lagi capek aja." Jawab Lia sambil mengipasi wajahnya dengan tangannya. Gue bete juga gara-gara lo kali! Lia berteriak dalam hati.

"Eh, aku ke kelas duluan ya!" Lia bangkit dari posisi tidurnya dan berlari ke luar UKS.

"Oh, oke. Bye!" Balas Alma sambil melambaikan tangannya.

---

Rena berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman Fauzan. Padahal ia sedang asyik jajan bersama Fanny dan Kanaya tapi orang ini tiba-tiba datang dan langsung menariknya. Hal itu membuat Rena tak berhenti berteriak minta dilepaskan.

"Berisik."

"Suka-suka gue dong! Mulut, mulut gue!"

Ternyata Fauzan membawa Rena ke taman belakang sekolah. Tempat ini lumayan sepi karena agak jauh dari ruang kelas. Biasanya banyak anak laki-laki yang merokok di sini atau hanya orang yang ingin berduaan. Seperti Fauzan contohnya--mungkin.

Fauzan akhirnya melepaskan cengkramannya. Rena mengusap pergelangan tangannya yang memerah. "Tega banget sih lo sama gue," Rena berdecak sambil melayangkan tatapan tajam pada Fauzan.

"Elah, gitu doang manja." Fauzan membuang muka.

"Oke, gue manja. Tapi seenggaknya gue gak gelayutan di tangan lo sambil monyongin bibir kayak cewek-cewek lo itu," Rena melebih-lebihkan ekspresi wajahnya.

"Cewek-cewek? Maksud lo?"

Rena berdecak lalu memutar bola matanya. "Pura-pura gak tahu lo. Perlu gue sebutin? Alika, Silva, Mia, Jihan, Lestari--"

"Oke, lupain." Ujar Fauzan memotong. "Gue cuma pengen ngomong sesuatu sama lo."

"Perlu banget lo ngomong di sini? Kenapa gak langsung aja waktu di kantin?" Ujar Rena kesal. "Ah, gue tahu. Lo takut cewek-cewek lo tahu kan?"

Giliran Fauzan yang memutar bola matanya. "Nanti lo pulang bareng gue, paham?"

"Dih, ogah."

"Gue gak terima penolakan." Fauzan maju selangkah mendekati Rena. Dan jangan lupa, ia juga membungkukkan badannya agar matanya bertatapan langsung dengan mata Rena.

Rena terkejut dengan sikap Fauzan. Ia hanya bisa menjauhkan dirinya dari Fauzan sambil berusaha menenangkan jantungnya yang tiba-tiba memompa darah dua kali lebih cepat.

Melihat Rena yang tak berkutik diperlakukan seperti itu membuat satu sudut bibir Fauzan naik menampilkan senyum sinis. Perlahan, ia menarik tubuhnya menjauh dan memutar arah meninggalkan Rena sendirian di taman belakang.

Seriously?!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang