Hari ini guru seni tidak masuk dan memberikan setumpuk tugas untuk kelas XII-8 yang dikumpulkan di pertemuan berikutnya. Beberapa di antara mereka yang tergolong rajin langsung disibukkan dengan tugas itu, berbanding terbalik dengan sebagian besar lainnya yang memilih ke kantin atau mengotak-atik handphone.
Dengan tekad bulat, Fauzan mulai mengerjakan tugas itu. Namun lama-kelamaan ia mulai jenuh dan memilih untuk ke kantin dan menghiraukan ajakan teman-temannya untuk bergabung bermain game online.
Saat melewati lapangan, Fauzan melihat Rena berlarian mengejar bola oranye di lapangan. Tanpa ia sadari dua sudut bibirnya sedikit terangkat ke atas. Ia mempercepat langkahnya ke kantin dan kembali menonton permainan basket di pinggir lapangan dengan dua botol minuman di tangannya.
Tim lawan mencetak angka. Fauzan bisa melihat Rena memasang wajah kesal sambil berlari mengejar bola yang keluar lapangan. Lagi-lagi ia tersenyum tipis tanpa ia sadari. Diam-diam Fauzan mengeluarkan handphonenya dan memotret Rena yang sedang serius bermain.
Fauzan terkekeh saat melihat Rena bersorak kegirangan diiringi tarian kemenangan ala dirinya. Tim Rena berhasil mencetak skor sehingga skor seimbang. Fauzan sudah menggenggam sebotol minuman yang ia siapkan untuk Rena.
Lah, perasaan tadi gue cuma beli satu doang, kenapa ada dua? Batin Fauzan kebingungan.
Di tengah kebingungannya, Fauzan melihat beberapa siswi mengerumuni sesuatu. Fauzan langsung berdiri mencari keberadaan Rena di antara kerumunan siswi itu.
Sial. Dimana Rena?
Fauzan memilih berlari ke tengah lapangan dan mengecek apa yang sedang dikerumuni para siswi itu. Dengan mudahnya ia membelah kerumunan itu dan mendapati Rena yang tergeletak di sana.
"Ada orang pingsan malah kalian kerubungin," ujar Fauzan setengah meledek. "Bego apa gimana, hah?!"
"Anak PMR lagi ngambil tandu," cicit salah satu siswi.
"Gak usah, mereka lama." Tanpa suara Fauzan langsung menggendong Rena dan berjalan cepat menuju UKS.
Ia melihat beberapa anggota PMR nampak kerepotan membawa tandu dan langsung terkejut saat melihat dirinya membawa Rena di pangkuannya. Lagi-lagi tanpa suara Fauzan menerobos masuk ke UKS dan segera membaringkan Rena di salah satu ranjang.
"Ngapain pada diem di situ? Gak lihat ada orang pingsan di sini?" Fauzan menatap jengah pada anggota PMR yang bisa ia tebak adalah adik kelasnya.
Beberapa orang dengan pakaian olahraga menyeruak masuk ke UKS. "Lo anak PMR kan? Cepet obatin!" Titah Fauzan dengan nada dingin.
Kanaya, Lia dan Dira segera menghampiri Rena yang belum siuman. Ya, mereka bertiga memang anggota PMR. Sementara Fanny dan Arin diminta untuk memanggil Gilang yang bisa dibilang keluarga pasien.
Fauzan duduk di ranjang yang berseberangan sekaligus memperhatikan apa yang dilakukan anggota PMR itu lakukan. Sesekali ia melirik anggota PMR yang berkumpul di dekat pintu yang diam saja tanpa niat membantu.
"Kalau kalian gak bisa bantu ngapain di sini? Jangan ngalangin pintu, pasien juga butuh udara kali," Fauzan mencebik.
Seolah dikomando, kerumunan anggota PMR itu segera pergi meninggalkan UKS. Fauzan menghampiri Rena yang sudah siuman.
"Kenapa lo bisa pingsan?"
"Kenapa lo ada di sini?"
Fauzan dan Rena melontarkan pertanyaan secara bersamaan. Tidak ada yang bicara hingga atmosfer berubah canggung. Seolah mengerti, Kanaya, Lia dan Dira langsung menarik diri untuk menjauh dan memberikan ruang agar mereka leluasa mengobrol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seriously?!!!
Teen Fiction#1 in kembar (20200630) #8 in teman (20200607) #9 in twin (20200625) --- "Sejak kapan gue kembaran sama lo?!" Rena Athalia yang awalnya hidup sebagai anak tunggal, kini harus meyakinkan dirinya bahwa ia memiliki kembaran bernama Gilang Atthariq. Sel...