[5]

665 49 6
                                    

Untuk kalian yang udah berjuang selama PAS :))

---

Jam istirahat

Gilang menyembulkan kepalanya di pintu kelas XII-3. Ia bisa melihat langsung kembarannya yang sedang misuh-misuh pada teman sebangkunya, kebetulan hanya sisa 6 orang di kelas, termasuk Rena. Gilang yakin mereka semua teman dekat Rena, walaupun yang Gilang tahu hanya Lia, Kanaya dan Dira.

"Tadi Mikaila yang dijemput pacar, sekarang Rena dijemput kembarannya. Nasib jomblo macem gue mah bisa apa?" Ujar Dira dengan nada pasrah dan langsung menenggelamkan wajahnya ke tangannya yang terlipat di atas meja.

Rena dengan cepat menoleh ke arah pintu. Gilang menggerakkan tangan tanda menyuruhnya untuk mendekat. "Sori. Gue duluan ya, jangan nunggu gue. Nunggu itu gak enak," Rena menghampiri Gilang.

"Padahal dia sendiri yang bikin Fauzan nunggu," cibir Arin yang mendapat respon gelak tawa dari teman-temannya.

Gilang langsung merangkul Rena dan mengajaknya--menyeretnya--ke kantin. Dalam perjalanan menuju kantin berkali-kali ada adik kelas yang menyapa Gilang maupun Rena. Mereka menyapa Rena hanya sekadar berbasa-basi karena ia sedang bersama Gilang. Coba saja kalau Rena sendiri, mana mau mereka menyapa Rena.

Kakak-beradik itu segera mencari tempat kosong begitu sampai di kantin. "Eh, beliin gue minuman dulu dong, otak gue kekeringan," ujar Rena meminta--menyuruh--kembarannya.

Gilang menggebrak meja pelan sambil memutar bola matanya sebelum ia benar-benar beranjak menuruti kemauan kakak beda 4 menitnya itu. Rena tersenyum senang karena Gilang semudah itu mengabulkan keinginannya. Biasanya harus terjadi adu mulut antara mereka atas perbudakan yang diterima Gilang dan Rena yang berkhotbah bahwa dia 4 menit lebih tua dari Gilang.

Namun senyum Rena tidak bertahan lama. Ia menangkap sosok Bintang dan Mikaila yang sedang bercanda satu sama lain. Sakit rasanya. Melihat sesuatu yang kita inginkan justru dimiliki orang lain. Iri dan dengki menyelimuti Rena.

"Nih." Gilang datang sekaligus menutupi pemandangan yang membuat hati Rena teriris-iris--oke, itu berlebihan. "Buruan ceritanya, gue kepo maksimal." Gilang meneguk minuman yang dibelinya.

Rena memasang posisi tegak. "Jadi gini adek beda 4 menitku, ternyata Papa jemput gue kemarin itu bukan tanpa alasan," Nada suara Rena terdengar serius. "Maksud lo? Udang dibalik bakwan, gitu?!" Gilang melotot.

Rena bertepuk tangan, bermaksud mengapresiasi jawaban Gilang. "Benar sekali, Saudaraku." Gilang melotot dan Rena masih bertepuk tangan. "Ternyata Papa punya niat terselubung pada putri cantiknya ini." Ekspresi wajah Gilang datar seketika.

"Serius, eh!" Gilang kesal. "Kan gue serius kalo gue emang putri Papa yang cantik. Emang lo mau dibilang cantik?" Gilang ingin menjambak rambut Rena saat itu juga.

"Oke, kali ini serius. Kemarin Papa ajak gue ke restoran, ketemu sama temennya Papa," Rena ragu untuk melanjutkan ceritanya. "Dan ternyata, Papa jodohin gue sama anak temennya itu." Rena menghindari kontak mata dengan Gilang.

Sialnya, ia malah melihat adegan Bintang dan Mikaila yang bermesraan.

Mata Gilang melotot seakan mau keluar. "Serius lo?!" Pekik Gilang. "Ya, gitulah. Tapi gue belum iya-in perjodohan itu." Rena tetap menghindari mata Gilang dan memilih menunduk. Daripada melihat adegan yang sama seperti tadi.

Gilang diam lalu tiba-tiba menggebrak meja. "Lo belum kasih tahu lo dijodohin sama siapa, kampret!"

"Gilang!"

"Nah, gue dijodohin sama orang itu."

"Sumpah lo?! Demi?!!"

---

Seriously?!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang