"Gue ulangi. Siapa yang bolehin lo pegang-pegang Rena?" tanya Gilang dengan tegas.
Fauzan mendesah pelan dan mundur selangkah. "Kenapa lo ikut campur? Lo gak ada sangkut-pautnya di sini, bro," Fauzan kembali memasang wajah tengilnya.
"Gak ada sangkut-pautnya? Oh, tentu ada!" Gilang merangkul Rena. "Semua tentang dia ada sangkut-pautnya sama gue!"
Fauzan bungkam. Dia kesulitan untuk membalas ucapan Gilang. Sementara itu Gilang sudah membawa Rena pergi dari tempat itu. Bahkan ia berusaha sekuat tenaga agar tidak memaki Gilang yang sempat-sempatnya menoleh dengan tatapan mengejek ke arahnya.
Dengan ini, Fauzan mengibarkan bendera perang pada Gilang.
---
Suasana ruang tamu di kediaman keluarga Fauzan kian mencekam--itu menurut Fauzan. Ia pikir Rena tidak sungguh-sungguh dengan ucapannya, tapi ia salah. Pertemuan keluarga kembali dilakukan karena Rena yang ingin membatalkan perjodohan antara mereka.
Sejujurnya, Fauzan tidak peduli pada perjodohan ini. Mau dilanjut ya silahkan, dibatalkan pun terserah. Ia benar-benar tidak peduli. Toh, ini tidak berpengaruh besar juga pada hidupnya.
Dan Fauzan juga bersyukur karena Gilang tidak ikut serta dalam acara ini. Bisa dipastikan apa yang akan terjadi nantinya. Terlebih setelah kejadian antara Fauzan dan si kembar tempo hari. Oh, sebenarnya itu bukan masalah besar kalau saja mereka bisa menahan ego masing-masing.
"Jadi kalian tidak akan meneruskan perjodohan ini?" Tanya Wira--ayah Fauzan.
Fauzan merasa dirinya sedang dalam sidang perceraian antara dirinya dan Rena. Ayahnya dan Ayah Rena tentu saja sebagai hakim. Fauzan yakin, sebentar lagi akan ada penawaran untuk mediasi.
"Gak akan dipikir-pikir dulu, atau dilanjut aja gitu?" Kini gilirah Arya--ayah Rena--yang bertanya.
100 poin untuk Fauzan!
Tebakannya tepat.
"Kalau dari Rena sih, kayaknya gak bisa, Pa, Om," jawab Rena. "Karena menurut Rena, kita berdua itu gak cocok. Dan Fauzan juga kayaknya ngerasain hal yang sama." Tambah Rena kemudian.
Nah loh. Kenapa Rena malah mengkambinghitamkan Fauzan?!
"Eh, engg--"
"Maka dari itu, Pa, Om. Kayaknya perjodohan ini gak bisa dilanjutin."
Sial. Gadis itu tidak membiarkannya bicara. Ia melirik Fauzan dengan tatapan mengejek. Padahal sejak pertemuan--atau apalah--ini dimulai, ia sama sekali tidak menoleh ke arah Fauzan.
Fauzan hanya bisa pasrah hingga akhir. Dan ia juga harus menerima keputusan akhir yang telah dibuat.
Perjodohan antara Rena dan dirinya telah dibatalkan.
---
"Kondisi pasien sedang tidak stabil."
Langkah Bintang langsung terhenti saat mendengar hal itu. Ia mengintip dari balik tembok rumah sakit, ada seorang dokter dan orangtua pasien yang sedang berbincang di depan kamar rawat. Terlihat dari air muka orangtuanya, Bintang tahu gadis itu tidak sedang baik-baik saja.
Di tangannya ada setangkai bunga yang tak pernah absen ia bawa saat menjenguk gadis itu. Tidak ada arti khusus tentang bunga yang selalu ia bawa. Bunga hanyalah bunga. Yang Bintang tahu, seorang gadis akan sangat senang jika diberi bunga. Dan ia berharap saat gadis itu bangun nanti, gadis itu merasa senang karena bunga-bunga darinya.
Tapi jika gadis itu tak kunjung membuka matanya, maka ia tak akan bisa melihat banyaknya bunga yang Bintang berikan untuknya.
Bintang melangkahkan kakinya keluar kemudian pergi meninggalkan rumah sakit. Mendengar bahwa gadis itu tidak baik-baik saja membuat Bintang kehilangan arah. Hal itu terus terngiang-ngiang di otaknya. Dan itu merupakan hal yang berbahaya jika ia melamun sambil mengendarai motor.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seriously?!!!
Teen Fiction#1 in kembar (20200630) #8 in teman (20200607) #9 in twin (20200625) --- "Sejak kapan gue kembaran sama lo?!" Rena Athalia yang awalnya hidup sebagai anak tunggal, kini harus meyakinkan dirinya bahwa ia memiliki kembaran bernama Gilang Atthariq. Sel...