[7]

600 42 8
                                    

---

"Segampang itu lo nerima perjodohan sama si Ojan Triplek?!"

Setelah acara perjodohan yang disambung dengan acara makan bersama, dua keluarga pulang ke rumah masing-masing. Rena merebahkan tubuhnya di kasur sembari mendengarkan siraman rohani dadakan dari Gilang yang menyerempet sebagai manager pribadinya untuk hari ini.

"Suka-suka gue dong."

Mendengar perkataan Rena membuat Gilang tersulut emosi. Dengan sekuat tenaga Gilang menerjang Rena dan memukulinya dengan penuh belas kasih.

"Anjing, Gilang! Sakit, goblok!" Rena sekuat tenaga menahan pukulan dari Gilang yang bertubi-tubi. Gialng sendiri masih punya banyak tenaga untuk terus menyiksa kembarannya.

"Gampang. Banget. Lo. Ngomong. Gitu." Setiap kata terlontar berbarengan dengan satu pukulan ke tubuh Rena.

Dengan satu bantingan, Rena berhasil membalik posisi Gilang yang awalnya di atas menjadi di bawah. Ya, memang. Posisi mereka akan menimbulkan pemikiran buruk orang lain. Tapi, toh hampir setiap hari mereka ribut di kamar mereka. Mama pun sudah hafal tabiat anak-anaknya.

"Terus, gue harus apa? Nolak, gitu?" Terdengar nada sinis dari perkataan Rena.

"Eh, Teteh! Kalo di cerita wattpad, pasti antara si cewek atau cowok bakal ada yang nolak perjodohan itu!" Gilang mendorong Rena menjauh dari tubuhnya. "Gak kayak lo sama si Ojan Triplek yang mau-mau aja dijodohin. Melempem amat hidup lo!"

"Jadi, otak gue menyimpulkan sebuah teori." Kali ini Gilang berlagak sok serius dengan tangan di dagu seperti sedang berpikir.

"Lo suka ke si Ojan Triplek atau si Ojan Triplek yang suka sama lo."

"Nggak!" Bantah Rena.

"Nggak salah maksudnya?"

"Atthariq, lo ngomong sekali lagi, gue pastiin kacang lo ilang satu!"

Gilang pun bungkam seketika.

---

Entah harus bersyukur atau malah sebaliknya, Fauzan tiba-tiba muncul di rumah kembar Athalia-Atthariq. Mama kelihatan senang dengan kehadiran Fauzan, tapi berbalik dengan anak kembarnya. Gilang sudah melipat tangannya di dada dan terus memperhatikan Fauzan dari atas sampai bawah--terus berulang kali.

"Ya udah, tunggu apa lagi? Sana berangkat!" Suara Mama memecah kecanggungan di ruang tamu.

"Mama ngusir?!" Rena histeris.

"Ini udah setengah tujuh. Kalau kalian gak mau telat ya berangkat sekarang, Athalia." Kini giliran Mama yang melipat tangannya di dada.

Setelah perdebatan kecil antara mereka, akhirnya Gilang memutuskan berangkat duluan dengan motornya. Dan seperti yang bisa ditebak, Rena berangkat dengan Fauzan. Meski awalnya Gilang keras kepala bahwa Rena harus berangkat bersamanya.

"Lo gak akan naik?" Tanya Fauzan yang menurunkan kaca mobilnya, ia sudah naik duluan. Ia heran dengan Rena yang masih setia berdiri di depan pagar. "Gak usah malu-malu sama gue, gue tahu gue ganteng."

Kalau saja yang bicara tadi adalah Gilang Atthariq, sudah dipastikan Rena akan memukulnya. Tapi yang tadi bicara adalah Fauzan Imanero, yang statusnya adalah orang yang terikat hubungan perjodohan dengannya.

Tanpa kata, Rena langsung berjalan memutar dan naik ke mobil. "Jutek amat mukanya. Senyum dong!" Fauzan melirik Rena yang duduk di sampingnya lalu mencontohkan senyum yang ia maksud. Terpaksa Rena menarik kedua sudut bibirnya untuk sepersekian detik.

"Jutek amat."

"Kalo lo bacot terus, yang ada kita bakal dihukum!" Tangan Rena sudah gatal untuk memukul orang yang ada di sampingnya.

Seriously?!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang