[15]

467 38 1
                                    

Setelah puas tersenyum sendiri seperti orang gila di dalam mobil, Fauzan baru akan melangkahkan kakinya keluar dari mobil. Tapi ekor matanya menangkap sesuatu. Sebuah totebag berwarna biru tertinggal di kursi yang sebelumnya ditempati Rena.

"Selain cerewet dan judes, lo ceroboh juga ya ternyata," Fauzan mengambil totebag itu dan memeriksa isinya. Di dalamnya ada setelan olahraga yang tentu saja milik Rena.

Balikin ke orangnya sekarang!

Begitulah perintah otaknya. Tapi tangannya malah bergerak mengambil dan menghirup bau dari setelan olahraga milik Rena.

Tidak ada yang spesial. Hanya bau pewangi pakaian bercampur dengan bau minyak wangi khas perempuan yang tidak terlalu menyengat.

"Not bad," ujar Fauzan seraya memasukkan kembali setelan olahraga ke dalam totebag.

Akhirnya Fauzan melangkahkan kakinya ke luar dari mobil. Matanya menatap sekeliling, memperhatikan halaman parkir yang begitu ramai. Setelah mengumpulkan niat, Fauzan telah menetapkan tujuannya yaitu kelas XII-3 yang tak lain adalah kelas Rena.

Toktok..!

Suara ketukan pintu mengalihkan pandangan beberapa orang. "Sorry ganggu, Rena-nya ada?" Tanya Fauzan yang berusaha sesopan mungkin.

Orang yang ditanya oleh Fauzan segera mencari keberadaan Rena di kelas. "Rena ada yang nyariin lo nih!"

Sekian detik kemudian Rena sudah berdiri di depan Fauzan. Wajah Rena menyiratkan kedongkolan yang amat sangat saat bertemu dengan Fauzan. "Apalagi? Lo mau gue dicap sebagai selir lo sama anak-anak?"

Fauzan terdiam. Perkataan gadis ini selalu berhasil membuatnya tidak bisa membalas. Kata-katanya seperti sebuah perintah yang harus dipatuhi tanpa perlawanan.

"Punya lo kan?" Fauzan menyodorkan totebag di tangannya. Dengan alis mengerut Rena mengambil totebag itu. "Oh, yep. Ini punya gue, thanks."

Rena hendak masuk ke kelas jika saja tangan Fauzan tidak menahan bahunya. "Lagi-lagi lo gak tulus berterimakasihnya," cibir Fauzan.

"So what? Yang penting gue udah berterimakasih kan?"

Fauzan menghela napas dan memasukkan tangannya ke saku celana. "Ada seseorang yang bilang, jangan lakukan sesuatu hal jika kamu tidak tulus melakukannya."

Rena mendengus. Kenapa manusia di depannya ini selalu bertingkah menyebalkan. "Oke, gue ulangi," Rena berdehem.

Rena menyatukan tangannya dan mulai tersenyum walau terlihat jelas bahwa senyumnya palsu. "Terima kasih, Fauzan Imanero. Jasa anda akan selalu saya ingat dan bila ada kesempatan saya akan membalasnya."

"Lo gak tulus, lo terpaksa." Fauzan berdecak.

Ya terus lo maunya apa anjing!

"But, it's okay. Lo bisa balas kebaikan gue ini di hari minggu nanti," ujar Fauzan sambil membenarkan posisi tasnya. "See you hari minggu nanti!" Sebelum pergi, Fauzan mengedipkan sebelah matanya pada Rena.

Rena membalasnya dengan tatapan jijik. Lalu ia kembali masuk ke kelas dan disambut dengan pertanyaan dari reporter dadakan di kelasnya.

"Wih, lo dikasih apa sama Ojan, Ren?"
tanya Reporter Satu.

"Baju olahraga."

"Hah? Lo dipinjemin baju olahraganya Fauzan?" Kini Reporter Dua yang bertanya.

"Nggak, ini punya gue. Ketinggalan di mobilnya si Ojan tadi." Jawab Rena apa adanya.

"Lah, lo berangkat sekolah bareng Fauzan? Cerita yang bener napa, Ren!"

Seriously?!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang