Fauzan merebahkan dirinya di kasur sambil menerka-nerka isi dari amplop yang diberikan Bintang. Ia terus membolak-balik amplop itu tanpa niatan membukanya. Bintang bilang, ini dari seseorang tanpa menyebut nama seseorang itu.
Dalam hati ia mencibir Bintang karena berlagak sok misterius yang kini berhasil membuatnya penasaran.
Fauzan meniup rambut yang jatuh di keningnya dan melemparkan amplop di tangannya ke sembarang arah.
"Ngapain sih gue mikirin beginian," Fauzan bangun sambil mengacak rambutnya lalu menyambar handuk dan pergi ke kamar mandi.
---
"Ngapain lo di sini?"
Orang yang ditanya oleh Gilang hanya menyandarkan dirinya pada pintu. Ia adalah kakak Gilang, namanya Hari.
"Lo kenapa sih? Ngambek? Bocah banget lo."
Gilang yang geram langsung melemparkan bantal pada Hari. "Pergi lo! Ganggu gue aja!"
"Ganggu dari mana coba? Lo aja lagi bengong!"
"Ya lo ngeganggu gue lagi bengong!"
"Pantes lo diomelin terus sama Mama, lo cuma bisa bengong doang kerjaannya!"
"Anjing, bangsat, Hari goblok! Pergi lo! Enyah lo babii!!" Gilang melemparkan benda-benda yang ada di dekatnya, termasuk jam bekernya.
"Gue ke sini cuma disuruh Mama. Ditunggu di meja makan, little bro!"
Gilang menjatuhkan dirinya dan menarik rambutnya kasar. Ia bergerak gelisah sambil tetap menarik rambutnya. Awalnya terdengar erangan kecil dari mulutnya sebelum akhirnya berubah jadi isakan dan tawa getir.
"Lo itu berharga. Mungkin lo dianggap sampah dan gak berguna bagi beberapa orang. Tapi bagi seseorang yang gak lo sangka-sangka, kehadiran lo sangat berarti di hidupnya."
Gilang menatap langit-langit kamarnya dengan matanya yang sembab. Ia menghela napas sebelum kemudian bangkit menuju meja belajarnya.
Ia mengambil amplop yang tadi sore diberikan oleh Bintang. Entahlah, ia butuh seseorang sekarang. Dengan hati-hati ia membuka amplop itu dan menemukan sepucuk surat di dalamnya. Gilang tersenyum kecil saat mengetahui siapa yang menulis surat itu untuknya.
"Lo lagi sakit dan sempet-sempetnya nulis ginian buat gue?" Ujar Gilang sambil membaca surat itu.
Hai, Gilang!
Harusnya gue ngomong langsung sama lo, tapi gue gak berani. Jadi lewat surat aja ya:)
Tapi gue juga gak yakin surat ini bakal nyampe di lo atau nggak
Ya, gimana ya? Ntar lo kegeeran lagi gue kasih surat:vGilang tersenyum dan sesekali tertawa saat membaca surat itu. Pengirim surat itu menuliskan banyak kisah yang telah lalu, yang bahkan tak pernah teringat olehnya. Ia sedikit terhibur dengan adanya surat itu sehingga tanpa ia sadari air mata di pipinya sudah mengering.
---
Hari itu hari diadakannya pertemuan rutin ekstrakulikuler pramuka. Dengan langkah gontai Rena berjalan mengikuti teman-temannya menuju aula terbuka--tempat diadakannya perkumpulan. Padahal Rena baru makan sesuap dari bekal makan siangnya, tapi pengumuman perkumpulan sudah terdengar. Mau tidak mau Rena kembali menutup kotak makan siangnya.
Rena memperhatikan dari belakang. Materi hari ini tidak jauh berbeda dengan materi minggu sebelumnya. Hal itu membuat Rena yang menempatkan diri di barisan belakang merasa bosan, walaupun matanya tetap memperhatikan Gilang dan Alika yang menyampaikan materi di depan.
Perut kosongnya juga ikut membuat Rena lemas. Ia menjatuhkan kepalanya di bahu Ghea yang kebetulan ada di sampingnya. Ghea nampak tidak keberatan bahunya dipinjam oleh Rena untuk bersandar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Seriously?!!!
Teen Fiction#1 in kembar (20200630) #8 in teman (20200607) #9 in twin (20200625) --- "Sejak kapan gue kembaran sama lo?!" Rena Athalia yang awalnya hidup sebagai anak tunggal, kini harus meyakinkan dirinya bahwa ia memiliki kembaran bernama Gilang Atthariq. Sel...