PROLOG.

1.9K 47 1
                                    

-Adisa Shaza Altaf-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Adisa Shaza Altaf-

Tak ada sedikitpiun hal yang pantas dikeluhkan dalam hidup ini, adakalanya setiap hembusan nafaspun patut untuk kita syukuri,dan bahkan terkadanghidup yang kita keluhkan adalah kehidupan yang oranglain inginkan, begitu pula sebaliknya. Itulah Nasihat yang sering aku dengar dari Ayah, bahkan Allah menjajikan akan menambah setiap kenikmatan bagi hambaNya yang pandai bersyukur dan tidak kufur akan nikmatNya.

Rasa syukurku kian bertambah jika melihat seorang pria paruh baya yang duduk di kursi roda tengah tersenyum manis kepadaku. Dialah cinta pertama yang kerap ku panggil Ayah, Ayah mengalami patah tulang beberapa menit sebelum aku dilahirkan. Diperjalanan menuju rumah sakit Ayah dan ibuku mengalami kecelakaan, itulah yang membuat dokter mengatakan Ayah harus memilih salah satu diantara anak dan Ibu.

Ayah yang dulunya bekerja disalahsatu kantor swasta dikeluarkan karena kondisi fisiknya yang tidak lagi sama. Tapi karena keahlian ITnya, ayah membuka usaha cetak  yang sudah lumayan berkembang  salahsatunya berkat bantuan modal dari Om Jaya, sahabat Ayah dari dulu.Om jaya meruapakan CEO di perusaah besar di kota Surabaya ini.

Aku bersyukur Allah menurunkan penyakit padaku, karena dengan begitu aku mampu memahami nikmat sehat, dan karena sakitku pula dapat menjadikan kifarat dari dosa-dosakau. Dan aku bisa melihat siapa saja orang yang mencintaiku dengan tulus. Ya meskipun penyakit ini hanya Ayah, guru olahraga, dan sahabtku Tika yang tahu.

Perasaan cinta juga merupakan salah satu hal yang harus disyukuri, menurutku. Karena perasaan adalah sebuah fitrah yang Allah anugrahkan, dan kita harus bersyukur Allah telah menganugrahi
rasa kasih sayang bukan rasa benci ataupun hal buruk lainnya.

Berbicara cinta, sebenarnya aku paling tidak memahaminya, ada seorang ikhwan yang memberi rasa berbeda saat pertama netraku menangkap sorot matanya. Satu tahun yang lalu aku melihatnya berada di lapangan yang sama denganku, dia sama-sama peserta orientasi dan darisanalah aku mulai merasakan hal yang aneh pada saat melihat mata teduh dan wajah datarnya.

Aku adalah Adisa Shaza Altaf anak bahasa yang dulunya hanya anggota jurnal kini sudah menjadi ketua jurnalistik, yang setiap hasil kerja maupun tenaganya selalu dibutuhkan oleh sang famous wanted boy,
alias sang ketos. Lelaki yang dikagumiku dalam diam selama satu tahun lebih ini.

Dan lelaki yang aku ceritakan itu ialah Hanif Abdullah, anak MIPA1 si kacamata tebal tanpa culun. Dingin,dan bijaksana adalah dua kata yang menggambarkan dengan jelas keperibadianya. Aku tidak mengerti kenapa pria dengan wajah tampan selalu andil dengan sikap cueknya, bukankah itu menyebalkan. Jika diatanya siapa Hanif disekolah ini jawabannya adalah ketua osis yang digandrungi banyak siswi dan kebanggan sekolah jika lelaki itu sudah mengukiti olimpiade biologi ataupun yang lainnya.

Dia samahalnya sepertiku, yang tidak mengingkan pacaran sebelum adanya pernikahan. Larangan mendekati zina kupegang teguh dalam prinsip hidupku, apalagi kata Ayah seorang perempuan harus menjaga iffah atau kesucian dirinya. Itulah mengapa aku kerap kali beristighfar tiap mengingat Hanif atau mataku tak sengaja menangkap kearah tatapannya yang selalu menunduk jika kami bertukar
Pandang. Bagiku, lelaki seperti itulah yang mampu menghargai wanita.

Tapi kadang juga aku dibuat minder jika melihat Haliza, sekertaris rohis sekaligus hafidzah yang dikabarkan satu satunya wanita yang dekat denganHanif disekolah. Aku bukan iri melihat kedekatannya dengan Hanif, melainkan cemburu dengan keperibadiannya yang lemah lembut,tutur katanya yang santun, juga tatapannya yang menenangkan. Masalah keta'atannya terhadap agama adalah salah satu hal yang
tidak perlu diragukan lagi.

ADISA( ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang