11.RUMAH HANIF

281 20 0
                                    

"Entah direlung bagian mana, tapi khawatirku melebihi segalanya saat ini"

*Adisa POV*

"Sudah tidak papa sayang, mendingan sekarang kamu ikut Iklima kekamarnya ya, ganti kerudungnya, kerdung kamu biar bunda cuci dulu"ujar tante Balqist lembut

"Tidak papa tante, biar Disa cuci sendiri"tolakku lembut

"Yaudah kalo gitu tante gak ma'afin kamu"ancam Tante Balqist sembari tertawa pelan

"Yah tante, iya deh"jawabku pasrah

"Yuk, Kak!"ajak Iklima--adik Hanif ramah

...

"Jadi Kakak temen kelasnya Bang Hanif?"tanya Iklima ketika aku sedang merapihkan hijab yang kupakai didepan cermin berukuran sedang di kamar Iklima.

"Bukan, Dek"jawabku sembati ikut duduk disamping Iklima

"Sebenernya Kakak anak bahasa, kalo bang Hanif'kan IPA"lanjutku

"Lho, Kak Disa gak ambil IPA? IPA seru lho Kak ,aku suka banget sama IPA, apalagi Bang Hanif, katanya dia mau jadi dokter spesialis bedah"ujarnya antusias

"Kebawah yu, dek, takut ojeg online Kakak udah dateng"ajakku, tidak mau membahas Hanif, rasa bersalah dan rasa khawatirku akan semakin memuncak nika mengingatnya, tapi aku melihat wajah Iklima yang antusias.

"Ada hoby yang disangkutkan dengan masa depan, nah, kebetulan Kakak pengen jadi duta hubungan internasional, sama traveling gitu, dek. Bismillah.. Allahumma sholli 'alaa sayyidina Muhammad"ujarku tak kalah antusias

"Ohh gitu, nanti ajak ajak aku dong, Kak, biar ak___"ucap Iklima terpotong ketika terdengar suara keras bernada sindiran menggelegar didepan kami.

"Memang ada-ada saja kelakuan anak zaman sekarang, mungkin kamu salah pilih teman kali, Nif" gerutunya sembari melempar tatapan ketus kearahku, sedangkan kulihat seseorang dengan jas dokter tengah menunduk dengan wajah yang terlihat tidak enak, sama halnya dengan Tante Balqist. Lalu Davi, kulihat dia sama gemetarannya denganku.

"Kamu anak perawan gak dicariin udah mau ashar belum pulang?"tanyanya ketus

"Kak Disa udah mau pulang kok, dari tadi dia lagi nunggu ojeg online pesanannya"sewot Iklima disampingku

"Yuk, Kak, kita tunggu diluar sambil  ngobrol-ngobrol, disini gak enak" lanjutnya ketus sembari menghentkan kakinya

"Disa pamit Tante, Kak"ujarku sambil mencium takdzim tangan kedua wanita dewasa itu lalu berlalu keluar

"Kakak jangan dimasukin kehati sikap Mbak Shila, Mbak Shila itu istrinya Bang Arsyid, diamah gitu orangnya sewot, nyebelin"geritunya dengan wajah ditekuk

"Syuttt.. gak boleh gitu sayang"ujarku sembari membawanya duduk lesehan di teras rumah

"Bagaimanapun sikap Mbak Shila, dia tetep Kakak Ipar kamu lho cantik, kamu gak boleh ngomongin kejelekannya kaya gitu, itu namanya Aib sayang, apalagi nyampe  bicara dengan nada tinggi seperti itu"jelasku mencoba memberi pengertian pada iklima

"Ya, abis dianya gitu, Kak" tolaknya

"Iklima kelas berapa sekarang?"tanyaku

"Kelas tiga SMP, Kak"

"Udah gede, masa masih bingung cara menanggapinya"tuturku selembut mungkin

"Tetep aja Iklima kesel, Kak"gerutunya.


  •••••••

*Author POV*

"Assalamu'alaikum, Ayah Adisa pulang" teriak Adisa sambil menyimpan sepatunya diatas rak

ADISA( ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang