6.HAI, GUE MESYA

315 26 0
                                    

"Selalu ada alasan disetiap tindakan
Tapi jangan lupa, etika selalu diperhatikan"

*

Author VOP*

"Jadi yang kita lihat semingu yang lalu di gramed itu beneran Disa, Nif?" Tanya Haliza yang tengah duduk didepan bangku Hanif.

Hanif hanya mengangguk tanpa memasang raut wajah apapun.

"Terus yang masalah cerita, emang Evan ada cerita apa"tanya Disa lagi

"Aku ke Davi dulu ya, mau ambil alat di gudang"pamit Hanif sembari beranjak pergi tanpa menghiraupan pertanyaan Haliza.

*Adisa POV*

Kantin, akhirnya aku bisa merasakan duduk di kursi kantin sembari menyantap lahap makanan yang sudah aku pesan, jarang sekali aku mendapatkan momen indah seperti ini, duduk nyaman tanpa berdesak-desakan, entah pergi kemana siswa yang biasa nongkrong di kantin sehingga membuat ada meja kosong yang tersisa seperti disediakn khusus untukku dan Tika. Biasanya kalau malas desak-desakan aku membawa jajanan untuk dimakan di taman belakang sekolah bersama Tika.

"Hai? Adisa ya?"sapa seseorang didepan mejaku

Aku mendongakan kepalaku kesumber suara dan melihat ka Mesya tengah tersenyum kearahku, Ka Mesya tersenyum ramah, tapi kenapa hatiku merasa tidak enak sekali ya. Aku menelan silvianku dan mengangguk sembari tersenyum. Ka Mesya adalah anak salah satu penyuntik dana terbesar di sekolah ini. Belum lagi dia adalah seorang model majalah, walaupun tanpa hijab, pakain yang dikenakannya tak pernah melewati batas wajar.

"Eumm.. Mesya ada butuh bantuan lo buat kerja sama"ujar salahsatu teman Kak Mesya yang selalu terlihat hadir dimanapun Kak Mesya berada.

"Hai, Gue Mesya"ujar Kak Mesya memperkanalkan diri seolah-olah aku tidak mengenalnya, padahal di sekolah ini tak mungkin ada satupun orang yang tidak mengenalnya.

"Boleh ikut kami sebentar? Makanan lo uda abis kan, makan lo sama temen lo udah gue bayar" ujar salah satu teman Kak Mesya yang satunya lagi

" Eum gue pinjem temenlo bentar ya"lanjutnya
Sendiri? Tanpa Tika, perasaanku mulai tak karuan lagi,sebenarnya ada apa denganku, tenanglah ini hanya Kak Mesya, Dis. Batinku berseru

Merkeka beranjak pergi tanpa sepatah katapun dan aku mengekori merekadari belakang.

Benar kata orang-orang, Kak Mesya seperti ratu yang ditemani dua dayang. Teman-temannya seperti melakukan 50% pekerjaan Kak Mesya.

"Kita mau bicara dimana, Kak?"tanyaku ketika sudah melewati beberapa ruangan kelas.

"Disini"jawabnya sembari mengehetikan langkah kakinya di depan  gudang sekolah.

"Eum mau bahas apa ya, Kak?"tanyaku setenang mungkin walaupun  perasaanku sedang mengganjal tidak jelas, mereka masih diam tak bergeming dan menatapku lekat.

"Membahas Evan"jawab Kak Mesya tegas, aku tersentak kaget. Tadinya kufikir mereka akan membahas tentang jurnal berhubung tadi di kantin mereka mengatakan butuh bantuanku untuk kerja sama. Jika membahas Kak Evan kurasa aku bukan orang yang tepat.

"Me.. memangnya kenapa dengan Kak Evan?"tanyaku terbata karena ketiganya tengah memandangiku dengan tatapan membunuh.

"Gadis cantik"ucap teman Kak Mesya dibuat selembut mungkin  yang entah siapa namanya sembari  membelai kepala hingga ujung hijabku kemudian menariknya ujung hijabku sangat kencang.
Astaghfirullahaladziim apa yang sedang terjadi denganku,kini tatapannya berubah menjadi tatapan amarah dan kebencian.

ADISA( ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang