31. ADA TAMU UNTUK DISA

245 20 4
                                    

"Dengarkanlah, mari kita bicarakan baik-baik tentang masalah hati yang belum usai"


*Adisa POV*
Aku menyeka air mataku dengan ujung mukena, lalu melepaskan mukenakau dan menyimpannya di rak khusus kerudung.

"Adisa!" Seru ayah mengetuk pintu kamarku

Aku merapihkan hijabku kemudian membuka pintu kamarku.

"Iya ayah"

"Ada tamu untuk Disa"

"Siapa?"

"Ikut ayah saja"katanya, kemudian aku mendorong kursi roda Ayah menuju ruang tamu, dan aku melihat seseorang tengah duduk di sofa dengan menenteng jas kebesarannya. Hatiku berdegup kembali kencang.

"Ayah istirahat dulu ke kamar" ujar Ayah membuat Hanif menoleh kearahku.

Akupun mengantarkan Ayah ke kamarnya dan membuatkan Hanif minuman. Pasti Freya yang memberitahu Hanif apartemenku.

"Silahkan diminum!" Kataku sembari memindahkan gelas dari nakas keatas meja.

"Terimakasih"katanya sembari menyeruput teh yang telah aku hidangkan

"Enak"gumamnya

"Ada perlu apa menemui saya?"tanyaku cetus

"Hanya sekedar menanyakan kabar, Freya bilang semenjak kuliah di Turki kamu tidak melanjutkan pengobatanmu. Tapi saat aku tanya memangnya kamu punya penyakit apa, dia tidak menjawab".

"Aku baik-baik saja"jawabku tanpa melihat kearah Hanif sedikitpun.

"Bagaimana pernikahanmu dengan Kak Reza?"tanya Hanif membuat aku tercengang. Melihat ekspresi wajahku Hanif langsung mengatakan sesuatu yang tidak dapat kupercayai sama sekali.

"Tepat di hari pertunanganmu dengan Kak Reza, aku dan Bunda juga datang dengan niat yang sama. Sama sama ingin melamarmu Adisa"

Deggg
Bagau disambar petir di siang bolong, jadi Hanif lebih dulu patah hati dibanding aku.

"Memangnya Freya tidak menceritakan masalah itu?"tanyaku dengan air mata yang ditahan sebisa mungkin.

"Aku hanya menanyakan pekerjaan dan kesehatanmu saja pasa Freya, tidak lebih, kecuali alamat apartemen ini".

"Kamu pasti pergi sebelum Bu Lisa datang dan mengubah semuanya"

"Bu Lisa guru biologiku maksudnya?"tanya Hanif kaget

"Aku melihatnya diparkiran, lalu setelah itu aku pergi"jelas Hanif kemudian..

"Hanif...." aku mulai terisak dalan tangisku

"Pertunangan itu tidak benar-benar terjadi, dan aku sama sekali tidak pernah mencintai Kak Reza.. Hikss..hikss.." kata-kataku seperti kenyataan menohoj yang menampar Hanif. Hanif langsung mematung dengan wajah yang tidak dapat diartikan.

"Aku dijodohkan dengan Kak Reza anak Om Jaya, anak orang yang selalu membantu ayah, tidak ada alasan untuk aku bisa menolak perjodohan ini hiks...hikss.. saat itu aku juga sama hancurnya seperti kamu..Nif...hikss..hikss..."
Hanif masih terlihat syok dan tak bergeming sedikitpun.

"Kak Reza mengalami keperibadian ganda akibat trauma yang dialaminya semasa kecil, entah karena perceraian, ataupun Ayah dan kakak tirinya.. aku tidak tahu.. yang pasti Bu Lisa, guru biologimu memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Kak Reza setelah mengetahui semuanya... namun hikss...hikss...dia merasa menyesal setelah mendengar aku dan Kak Reza akan bertunangan.. setelah itu dia datang dan membatalkan acaranya, Bu Lisa berjanji akan menerima Kak Reza apa adanya dan  akan menemani Kak Reza hingga Kak Reza bisa sembuh" jelasku penuh penekanan membuat Hanif menunduk dan memijit pangkal hidungnya.

"La.. lalu?"gumam Hanif dengan mata yang nerah dan tataoan sendunya ...

"Lalu aku cari kamu di Yogyakrta....hikkkss.....lalu..hikss.. lalu kamu menikah dan mempunyai anak dari Haliza"ujarku dengan nada yang entah naik berapa oktaf tingginya

"Astaghfirullahaladziim ... kamu salah faham Adisa" ucap Hanif lembut

"Aku tidak pernah menikah dengan siapapun... Haliza itu sepupuku Disa. Dan anak kecil yang kamu lihat waktu itu adalah anak Haliza dengan suaminya bukan denganku"jelas Hanif lembut dan penuh kedamaian

Aku menyeka air mataku kemudian menatap Hanif tak percaya.

"Ja..jadi?"tanyaku masih dihiasi dengan tangis

"Kita sama-sama terjebak dalam kesalah fahaman Disa..."

Jdeeeerrr

"Menikahlah denganku satu mingu yang akan datang, aku akan menelpon keluargaku agar mereka datang kesini" ujarnya enteng

"Tapi kenapa kita tidak menikah di Indoneaia saja Hanif?"tanyaku

Bukannya menjawab, Hanif malah kembali bertanya kepadaku
"Tungguuu... kamu menerima lamaranku?"

Aku menunduk dengan pipi semerah saus tomat

"Terimkasih Adisa.. Aku ingin kita melaksanakan akad kita disini, karena Singapur yang telah menjadi bukti dari terselesaikannya kesalah fahaman kita selama ini....
Ingin mahar apa?" Tanyanya kembali dengan wajah aslinya, wajah super cuek dan dingin.

"Memang sudah dapat restu dari Ayah?" Godaku kepada Hanif

"Sebelum melamarmu aku pastikan calon mertuaku itu terlebih dahulu merestuiku untuk menjadi menantunya"jawabnya penuh percaya diri.

ADISA( ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang