46. KECEMBURUAN HANIF

303 16 4
                                    

Malam jum'at jangan lupa Al-kahfi ya!

Hari ini Hanif berniat menjemput Adisa yang tengah berada di rumah ayahnya. Tapi langkahnya terhenti ketika melihat Adisa sedang berada di kedai ice cream dengan seorang lelaki dan juga anak kecil yang diduk diantara keduanya.

Hanif memang sengaja menjemput Adisa lebih awal dari yang istrinya minta karena ingin bertemu dengan mertuanya terlebih dahulu.

Namun kondisinya berbeda saat ini, jangankan menemui Nazman dan Lula, niat menjemput Adisapun diurungkan karena merasa kesal dengan Adisa yang pergi dengan lelaki yang tidak dikenalnya tanpa sepengetahuannya.

Rasa lelah karena penat bekerja sehafian tergantikan dengan cemburu dan amarahnya. Hanif benci dengan hari ini. Tugasnya yang berantakan karena dikerjakan mengerjar deadeline. Email yang bermasalah, dan Adisa yang keluar dengan seorang lelaki.

Hanif memutar arah mobilnya dan melajukan mobol dengan kecepatan maksimum. Berkali-kali ponselnya berdering, menunjukan telepon dari Adisa, namun Hanif mengabaikannya. Hanif lebih memilih termakan emosinya dengan tetap melajukan mobilnya.

Waktu sudah menunjukan pukul sepuluh malam, namun belum ada tanda-tanda Hanif akan pulang. Adiaa mengubungi suaminya beberapa kali tapi belum ada jawaban. Afisa juga sudah menghungi teman kerjanya tapi mereka mengatakan Hanif sudah pulang dari sore tadi.

Adisa tetap menunggu Hanif walaupun saat ini sudah jam sebelas malam. Sayup-sayup terdengar suara mobil. Adisa segera membuka pintu dan memberikan senyuam terbaiknya pada seseorang yang barusaja keluar dari mobil.

Kali ini yang Adisa lihat bukanlah wajah lelah Hanif, melainkan wajah datar dan amarah yang mendominasi. Hanif berlalu negitu saja setelah Adisa memcium takdzim tangannya.

Adisa di buat kaget dan segera mengunci pintu dan ikut menyusul Hanif ke kamar.

"Mas Hanif mau mandi dulu apa langsung makan?" Tanya Adisa lembut

Hanif tak bergeming sedikitpun dan lebih memilih untuk mengambil handuk kemudian berlalu ke kamar mandi dan meninggalkan Adisa sendirian.

Adisa masih di buat heran dengan sikaf hanif yang tiba-tiba dingin padanya. Dia mencoba memutar ingatannya apakah dia melakukan kesalahan.

Sembari menunggu Hanif ganti baju, Adisa menyiapkan makanan di meja makan untuk makan malam. Namun yang ditunggu tak kunjung datang, akhirnya Adisa memutuskan untuk menghampiri Hanif.

Namun sayang, Hanif ternyata telah tidur dengan nyamannya. Dengan berat hati, Adisa membereskan kembali makannya dan ikut menyusl Hanif menyusuri alam mimpi.

Sudah dua hari ini Hanif mendiamakan Adisa, tidak membawa bekal yang di buatkan Adisa bahkan lebih memilih pulang larut dan mengerjakan tugasnya fi sebuah kafe.

"Mas Hanif"seru Adisa sebelum turun dari mobil

Hanif tak bergeming dan menatap tajam pada tangan Adisa yang mencekal lengannya.

"Entah yang keberapa kalinya Disa nanya ini sama, Mas.. Sekali lagi Disa minta ma'af atas kesalahan Disa yang bikin Mas jadi marah ataupun kecewa sama Disa."

Hanif masih tak bergeming sedikitpun dan meluruskan pandangannya ke arsh jam.

"Mas, Disa mohon Mas Hanif jangan diemin Disa kayak gini" rengek Adisa mengguncang-guncang lengan Hanif.

Baru saja Hanif hendak bersuara, lelaki yang kemarin Hanif lihat bersama Adisa baru saja turun dari mobil bersama anaknya. Kekesalan Hanif makin menjadi-jadi. Hanif melepaskan tangan Adisa yang mencekal lengannya.

"Ma'af, Dis, aku harus segera pergi" ujarnya tak berintonasi, membuat Adisa menahan tangisnya yang sebentar lagi akan meledak.

Hanif melangkahkan kakinya menuju kantin. Dan lagi, hatinya kembali menampung amarah ketika melihat Adisa bersama lelaki yang kemarin lagi. Kali ini Hanif sudah tidak bisa bersabar lagi, dengan langkah cepat Hanif menghampiri keduanya.

"Apa yang kamu lakukan disini, Adisa?" Tanya Hanif tegas

"Di.. Disa lagi jenguk salah satu murid yang di rawat disini, Mas" jawab Disa ketakutan

"Kenalin, Pak, saya Jodi dan ini anak saya Fitri" lelaki yang bersama Adisa memperkenalkan diri dan anaknya. Hanif hanya membalasnya dengan delikan dan kembali menatap Adisa tajam.

"Jadi ini alasan kamu ingin mengajar? Ingin berdua dengan laki-laki ini?" Tanya Hanif, lebih tepatnya terdengar seperti sebuah bentakan.

"Pak.. sepertinya Bapak salah faham.. sayy.." ucap Jodi terpotong ketika Hanif juga ikut membentaknya.

"Diam!" Hanif menggeretak Jodi dengan jari telunjuknya.

Fitri__ anak Jodi menangis sejadi-jadinya melihat amarah Hanif

"Pulang Adisa!" Titah Hanif menarik lengan Adisa untuk meninggalkan Jodi dan Fitri

"Lo gak bisa ya paksa Bu Adisa untuk pergi!" Jodi menarik bahu Hanif kencang

"Maksud anda apa? Adisa istri saya!" Jelas Hanif penuh penekanan

Bughhh

Satu bokeman keras mendarat pada pipi Hanif

Adisa mencoba melerai perkelahian yang terjadi dengan jeritnya. Tangisan Fitri juga semakin meledak, namun koridor masih sepi dan tidak ada yang melihat kejadian ini.

Bughhh

Pukulan Hanif sasaran, malah mengenai lengan Adisa yang melerai perkelahian dua orang dewasa tersebut.

"Adisa" pekik Hanif kaget ditambah tangis Fitri yang semakin pecah melihat yangan ibu gurunya terkena pukulan lelaki dewasa yang tak dikenalinya tersebut.

Hanif menatap lengannya tak percaya, sedangkan Adisa, wanita itu sudah melegang pergi dengan isak tangisnya semberi memegangi tangan kanannya yang terasa nyeri.

ADISA( ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang