30.PERTEMUAN YANG TAK TERDUGA

234 16 3
                                    

"Kamu hanya mematahkan hatiku
Bukan jalan hidupku"

*Adisa POV*
Setelah kejadian yang menimpa hatiku perkara Hanif, aku memutuskan untuk pergi memenuhi panggilan kerjaku ke salahsatu perusahaan Indonesia yang berada di Singapura.

Pandanganku tak henti terpusat  kearah jendela pesawat, melihat tanah air yang sementara akan aku tinggalkan untuk mengubur ribuan kenangan bersama Hanif.

Lelah menulis dalam aksara
Terkunci batin mengangkasa
Tak mampu bicara walau satu kata
Tak mampu satu Hzpun bersuara

Bahna hati pernah rapuh
Menyembuhakannya begitu peluh
Bahureksa tanpa rasa dosa
Membuatku bersembunyi lama di arah daksina

Adakalanya yang mengetuk
Telah penat dan menyumpah kutuk
Adakalanya yang bersabar
Tetap menanti menunggu kabar

Sudahlah,istirahat saja
Sekarang giliranku jadinya
Mengambil kunci lalu membuka yang telah  terkunci lama

Mengusir yang telah lama pergi
Membuka yang dahulu tak tertutup seperti ini
Giliranku, mencoba menghargai
Untuk yang tak jangah menanti

Biar tak dipaksakan
Tunggu lagi sebentar saja
Semuanya tengah diusahakan
Biar kutelan semua cerca
Adisa, Indonesia 2008

Tiga tahun kemudian

            Dua tahun yang lalu aku sempat bekerja di salah satu perusahaan indonesia yang berada di Singapura. Dan dua tahun yang lalu juga aku sempat dekat dan hampir menikah dengan salah seorang warga negara Singapura yang bermarga arab dan beragama islam. Hanya saja hubunganku dengannya tidak direstui karena aku yang tidak mau diajak tinggal menetap di Singapura, ditambah lagi dirinya akan dinikahkan dengan perempuan yang satu marga dengannya. Aku dan dia bertemu karena kita berada di satu perusahaan yang sama. Setelah kejadian itu, aku akhirnya pulang ke Indoneaia untuk menjemput Ayah, dan  mengajaknya tinggal di Singapura. Sedangkan percetakan dan rumah Ayah titipkan pada pegawai kepercayaan Ayah, Mas Jaka.

Karena keahlianku di bidang bahasa, sekarang aku bekerja sebagai asisten menejer di Singapura Airlines adalah maskapai penerbangan kargo yang berbasis di Singapura.
Karena kesibukanku, dalam tiga tahun ini, aku hanya mengunjungi dua tempat saja untuk traveling, yaitu   Palestina dan Jepang. Sisanya aku lebih memilih untuk mengajak Ayah Umrah dan liburan di tempat uang dekat saja, berhubung umur Ayah yang sudah tidak muda lagi.
Dan untuk pengobatanku, aku sudah tidak melanjutkan lagi. Setelah satu tahun kuliah di Turki, aku menghentikan pengobatannya, toh sampai sekarang aku masih baik-baik saja.

"Nak, umur kamu udah 23tahun, itu berarti umur Ayah juga udah semakin tua" ujar Ayah saat aku duduk disampingnya. Aku tak bergeming mendengar ucapan Ayah.

"Maksudnya Ayah ngomong kayak gitu sama Disa apa?"tanyaku sembari tersenyum

"Ayah ingin segera menjadi wali nikah kamu"

Deg
Aku meneguk silvianku kemudian tersenyum kikuk sembafi menggaruk kepalaku.

"Oh ya, dulu pas Hanif main ke Rumah, dia cerita kalo umurnya dua tahun lebih tua dari kamu, so'alnya sempet berhenti sekolah satu tahun karena mondok dulu"jelas Ayah

"Kok Ayah jadi bahas Hanif?"

"Iyakan lagi ngomongin umur, Ayah gak nyangka aja wajah kayak gitu ternyata lebih tua dari kamu.. Yaudah Ayah ke belakang dulu ya!" Pamit ayah
Kemudian Ayah berlalu meninggalkan aku sendirian, bermonolog dengan fikiranku yang berkecamuk mengingat kembali tentang Hanif.

....

Aku sedang menunggu temanku Freya diparkiran, tadi dia menelponku untuk menjemputnya disalah satu gedung. Freya adalah seorang dokter, dan dia barusaja mengikuti seminar.

"Adisa!"teriak Freya diantara kerumunan orang

Freya melambai-lamabaikan tangannya tapi disebelah Freya ada beberapa orang yang tengah tertawa sembati mengobrol. Salahsatu orang yang sedang tertawa tiba-tiba memandang kearahku, senyumnya terhenti digantikan dengan wajah tegangnya. Begitupub dengab aku yang dibuat mematung.

"Hanif, kenapa dia bisa ada disini" rasa ini masih sama, bahkan setelah Hanif menjadi suami orang lain, dada ini masih berdebar begiti hebatnya. Rindu dan  pilu sekarang beradu menjadi satu.

"Adisa!" Seru Freya melambai-lambaikan tangannya diwajahku. Lalu mengikuti arah pandangku.

" Adisa do you know Hanif? He is one of the doctors from Indonesia who participated in the seminar here earlier
(Adisa apakah kamu mengenal Hanif,dia merupakan salah satu dokter dari Indonesia yang ikut seminar disini tadi)"

Pandanganku sudah berat, iris mafaku sudah perih, aku ingin menangis saat ini juga. Hanif juga sama halnya mematung, tidak ikut melangkah bersama Freya

Dengan suara yang bergetar aku menjawab pertanyaan Freya dan menariknya untuk segera masuk kedalam mobil.

"No, I do not know him.
let's go! I have to leave here soon
( Tidak, aku tidak mengenalnya.
mari berangkat! aku harus segera pergi dari sini)"

ADISA( ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang