47. DI RUMAH BUNDA

291 12 4
                                    

Adisa lebih memilih pulang ke rumah mertuanya dan menceritakan apa yang terjadi di banding harus pulang ke konyrakan ataupun ke rumah ayahnya uang akan membuat khawatir.

Balqist yang mendengar cerita dari Adisa juga merasa kecewa pada anak keduanya itu.

Sedangkan Hanif tengah di buat khawatir sekaligus merasa bersalah, Adisa belum kembali ke kontrakan dia tidak tahu Balqist berada di rumah bundanya karena Balqist sengaja memberikan sedikit pelajaran pada Hanif.

Kondisinya benar-benar berantakan saat ini, satu hari tanpa Adisa membuatnya seperti kehilangan arah. Tidak ada sarapan dan istirahat yang cukup. Sehari tanpa di urus Adisa rasanya sangat berat untuk Hanif. Tapi di satu sisi Hanif juga masih kesal dengan istrinya itu.

Hanif sudah mencari Adisa kemana-mana, tapi Adisa belum juga ditemukan. Akhirnya ia lebih memilih untuk menceritakan keluhnya pada Balqist, ia pikir Balqist dapat membantunya menemukan Adisa.

"Assalamu'alaikum, Bunda" Hanif masuk ke dalam rumah dengan wajah lesunya.

"Wa'alaikumsalam" Balqist menjawab salam dengan wajah kecutnya

"Gimana,Disa ketemu?"tanya Balqist

Hanif tak bergeming sedikitpun, ia malah duduk dengan menopang hidung dengan tangannya.

"Hanif khawatir sama Disa, Hanif selalu fikirin Disa, tapi satu sisi Hanif juga kecewa sama Disa. Dan disaat keadaan seperti ini Disa malah pergi ninggalin Hanif"

"Disa gak pernah pergi. Kamu yang membuatnya ninggalin kamu"sanggah Balqist

"Maksud Bunda?"

"Yang kamu lihat beberapa hari yang lalu itu salah faham, Bang"

"Salah faham gimana Bunda, jelas-jelas Hanif lihat Disa sama laki-laki.. tunggu, Bunda tahu hal ini darimana?"

"Kamu gak perlu tahu Bunda tahu hal ini darimana, yang kamu hatus tahu saat ini adalah Adisa yang menemui lelaki itu bukan tanpa sengaja.."

Hanif tak membantah dan lebih mendengarkan penjelasan Balqist.

"Adisa pergi ke kedai ice cream bersama Iklima, adikmu. Iklima kebetulan kerja kelompok di komplek Pak Nazman. Akhirnya mereka bertemu dan memutuskan untuk pergi ke kedai ice cream. .."

"..."

"Pada saat Iklima pergi ke toilet lalu Jodi dan anaknya datang untuk sekedar menyapa Adisa"

"Tapi..." elak Hanif terpotong

"Yang kamu lihat di rumah sakit itu salah faham juga, Adisa memang benar menjenguk muridnya yang sakit"

"Tapi mereka cuna berduaan Bunda"

"Itu yang jadi permasalahannya... kamu gak coba dengerin penjelasan istrimu dulu..
Adisa menjenguk muridnya bersama wali murid dan guru lainnya. Tapi pada saat itu Fitri anak Jodi ada urusan keluarga, jadinya Adisa mengantarkan Fitri ke depan, taunya Jodi ada di Koridor dan kamu datang membuat kegaduhan" jelas Balqit panjang lebar membuat Hanif merasa terhantam bebatuan keras

"Ma'afin Hanif Bunda" sesal Hanif mencium kedua tangan Balqist

"Please kasih tahu sama Hanif dimana Adisa, Bunda" Hanif memohon dengan pilu

"Bunda bakal kasih tahu kalo Abang bisa mastiin kejadian kayak gini gak akan terulang lagi"

"Insya Allah, Bunda, Hanif Janji"

"Adisa lagi tidur di kamar kalian"

Sontak Hanif lari ke kamar dan melihat Adisa tenga tertidur nyaman.

Dengan penuh kelembutan Hanif mengusap rambut Adisa yang terurai. Sang empu yang di usap ternyata tetganggu tidurnya, dan perlahan membuka matanya.

Adisa dibuat kaget dengan kehadiran hanif dengan wajah berantakan dan bawah mata hitamnya. Adisa mengubah posisinya menjadi duduk kemudian menunduk.

"Mas udah denger semuanya, Mas mohon ma'afin Mas. Mas sama sekali gak ada maksud buat nyakitin Disa"

Adisa tak bergeming dan memalingkan wajahnya sembari menahan tangis yang sebentar lagi akan pecah.

"Mas mohon, Sayang, Mas janji gak bakal ulangin kejadian ini lagi.. Mas nyesel" sesal Hanif menatap dalam manik mata istrinya.

Adisa masih yak bergeming. Kemudian Hanif meraih tangan Adisa, membuat Adisa meringis karena nyeri di tangannya.

Penyesalan Hanif makin bertamah ketika melihat tangan istrinya yang bengkak. Dan saat itu pula, mata Hanif memerah, wajahnya menunjukan penyesalan yang sangat dalam.

"Ma'afin Mas, Sayang"

Hanif ikut duduk di ranjang dan mendekap tubuh istrinya dengan penuh sayang. Sontak tangis Adisa pecah.

"Mas tau Mas bodoh, tapi Mas mohon ma'afin Mas"sekali lagi Hanif memohon dengan suara lirihnya

"Disa takut kalo Mas Hanif marah kaya kemarin" lirih Adisa dalam tangisnya

"Mas minta ma'af, Sayang"

"Mas Hanif percaya'kan sama Disa? Disa gak pernah ngeduain Mas Hanif hiks... Disa sayang sama Mas Hanif"

Hanif semakin mengeratkan pelukan pada istrinya dan mencium puncuk kepala Adisa bertubi-tubi.

ADISA( ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang