20.MINTA MA'AF PADA TAKDIR

250 17 0
                                    

"Fabiayyi alaa iirobbikuma tukadziban
Maka nikmat tuhan mana lagi yang kau dustakan"

Para makhluk putih abu nampak menikmati kegiatannya kali ini. Padahal mereka hanya tidur lima jam setelah perjalan panjang, karena jam delapan kami telah sampai disini, di Bali Classic Center alias BCC. Mood yang baik untuk memotret,  segala jenis kebudayaan khas Bali terhimpun sempurna disini. Aku memotret beberapa siswa yang mencoba beberapa tarian dengan gelak tawa yang membaur. Menanbah kesan sempurna pada hasil gambar yang kudapatkan kali ini. Tak hanya tentang tarian, kami juga diajak ke tempat pembuatan bumbu tradisional yang menurutku sangat unik, hampir semua kelompok mencatat hal-hal penting yang disampaikan pemandu kegiatan. Sedangkan aku asyik mengambil beberapa gambar khusus untuk kelompokku, sebagai permintaan ma'af karena aku tidak dapat membantu mereka secara maksimal karena tugas jurnalku. Tapi tenang saja, untuk penyusunan hasil laporan akan aku kerjakan sendirian dan diprint secara gratis, karena aku akan mencetaknya di tempat Ayah.

Dengan luas sekitar 5 hektar, BCC mempunyai udara yang sejuk khas Ubud. Menurutku BCC merupakan tempat yang cocok untuk belajar tentang kebudayaan Bali. Disini  kita dapat bermain gamelan, menari bersama para penari cantik Bali, menumbuk padi, membuat minyak kelapa ala Bali, dan membuat ogoh-ogoh. Dan sepertinya Hanif kali ini bukan lagi sebagai makhluk kutub, tapi kini ia adalah makhluk ogoh-ogoh. Buktinya sedari tadi dia fokus membuat ogoh-ogoh sambil sesekali membenarkan letak kacamatanya yang merosot karena sering tertunduk.

Menjelang jam dua siang, setelah puas di BCC, kami bergegas kembali ke hotel seraya membersihkan tubuh. Kemudian berangkat menikmati keindahan sore di pantai pandawa. Dan lagi kami harus menempuh perjalanan selama satu setengah jam untuk bisa sampai disana.

           Aku duduk kembali disini, di kursi kanan dekat jendela bersebalahan dengan Hanif. Terlihat semua sudah duduk dengan nyaman, dan menikmati kegiatannya masing-masing. Ada yang berselfi ria, berbincang, membuat vlog, memainkan ponsel, dan tidur.

"Masih ada cemilan?"tanya Hanif ketika aku sedang bersandar, menuju bis melaju. Aku menoleh kearahnya dan memberikan cengirannku. Tadi siang sudah aku habiskan semuanya tanpa dibagikan pada siapapun. Akupun tidak menyangka bisa menghabiskan cemilan sebanyak itu.

Tak lama Hanif mengambil sesuatu dalam bagasi. Dan menyerahkan kantung kresek abu padaku.

"Nih"katanya

"Lho ini'kan punya kamu"tolakku

"Punyaku sudah habis, dibagi sama Davi"jawabnya

"Ini dari Haliza"lanjutnya membuatku mengangguk sedikit lesu

"Nikmati bersama! Mood kamu pasti membaik dengan beberapa makanan manis ini"katanya tak bernada dan tak berekspresi. Tapi yang aku tahu dia merasa kalau aku bosan.

"Terimakasih"kataku sambil menerima pemberiannya

Sambil menikmati beberapa snack strawbary aku mengeluarkan ponselku dan membuka aplikasi youtub. Karena tepat jam dua lebih lima belas menit ini, film religi yang aku tunggu tunggu bisa ditonton di youtub. Salah safu film bioskop yang belum sempat aku tonton.

"Udah pernah nonton film ini?"tanyaku pada Hanif sembari memperlihatkan judul film.

"Belum, tapi penasaran juga sih"katanya,kemudian sedikit menggeser twmpat duduknya dekat denganku, akupun melakukan hal yang sama agar Hanif bisa lebih leluasa menonton vidio dari ponselku.
Baru beberapa detik film diputar suara bising dari anak-anak mengganggu konsentrasi kami. Hanif semakin menggeserkan tubuhnya, bagitupun aku. Tapi nampakanya tetap saja, mereka tetap berisik membuat Hanif berdecak kesal dan berdiri mengambil sesuatu dari bagasi kemudian membwrikan headset kearahku.

"Berdua"katanya akupun memakai sebelah headset kiri dan Hanif memakai sebelah headset disebelah kanan. Darisana, barulah aku dan Hanif bisa menonton film dengan nyaman.

Aku berterimakasih pada takdir, telah mengizinkanku menikmati perjalanan bersama Hanif. Aku minta ma'af pada takdir karena kemarin sempat kesal ketika tempat dudukku dengan Hanif. Tapi rasanya aku tidak akan menyesal akan hal ini, ada banyak moment dan aku mendapatkan tiga cokelat dan cemilan manis dari Hanif.

Aku dan Hanif menikmati perjalanan sembari menonton film religi yang lumayan romantis. Membuagku sesekali menjerit kelepasan ketika ada adegan yang membawa perasaan. Tapi untunglah Hanif adalah makhluk kutub sehingga tidak memperdulikan tingkahku.

Niatku mengambil cemilan dari kantung kresek sembari tetap memfokuskan pandanganku pada layar ponsel. Tapi yang kudapati aku menyentuh satu tangan yang rupanya hendak mengambil cemilan juga. Karena kaget kami terperangah dan serontak melepaskan tangan masing-masing, dan menatap kantung kresek yang ternyata sudah kosong. Tanpa sadar kami telah menghabiskan semua cemilan, seketika Aku dan Hanif saling menatap geli. Aku tertawa renyah sedangkan Hanif terlihat sedikit tertawa kemudian kembali fokus pada film.

"Huffftttt" aku dan Hanif bernafas selga ketika film sudah selesai dengan happy ending.

"Masih punya minum?"tanyaku sembari melepaskan heassetnya

"Gak ada"jawabnya datar kemudian berjalan menghampiri supir, dan kembali dengan membawa dua botol kecil air mineral dan memberikannya kepadaku.

"Terimakasih" kataku yang hanya dijawab oleh anggukan, dan setelahnya dia ikut meneguk air mineralnya.

Setelahnya suasana terasa tegang kembali. Dan beberapa menit kemudian kami telah tiba di pantai pandawa. Rombongan dengan baju yang sama berwarna merah mulai turun dari bis. Memperlihatkan fashionnya masing-masing. Memadukan baju dengan lambang dan nama angkagan dengan gayanya masing-masing. Termasuk aku, aku memakai kaous yang dipadukan dengan rok span  lepis berwarna navy dengan bajuyang dimasukan, pashmina berwarna senada, dan tote bag hitam dengan sedikit cirak putih agar sama dengan sepatu yang kupakai. Dan tidak lupa, kamera  yang selalu jadi kalung kemanapun aku pergi.

"Keluarin bajunya"perintah Hanif datar

"Lho kok?"tanyaku

"Roknya span bagian belakangnya tidak tertutup kalau bajunya dimasukin"jelasnya masih datar

"Entar dibawah ada blazer couple ko sama Tika"kataku, memang aku dan Tika sudah memberi blazer hang dipesan  online yang untuk dipakai sekarang.

"Ya berarti entar masukinnya" kali ini dengan emspresi yang lumayan galak, sembari menutup mata Rivaldo yang berjalan sembari melirik tubuhku.

"Adisa"ujarnya dengan tatapan memperingati. Akupun segaera mengeluarkan bajuku dan ingin berterimakasih pada Hanif karena telah melindungiku dari tatapan liar Valdo sekalogus menyadarkanku dari kelalain dalam berpakaian. Rok span dengan baju dimasukan kedalam memang membuat lekuk tubuhku sedikit terlihat.




ADISA( ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang