17.NIKAH MUDA

434 20 0
                                    

"Dan inget, Abang gak boleh berlebihan terhadap makhluknya!, apalagi dalam menyimpan harap, Allah itu Maha pencemburu lho"

*Author POV*

Terimakasih hujan
Allahumma shoyyiban nafi'an. Sent
Adisa memposting stat itu di WA dengan background abu tua.

Iklima
"Wohoooyyy ada apa ini kak? Statnya samaan kaya bang Hanif"

Adisa
"Eh? Samaan gimana?"tanya Disa kaget

Iklima
"Bang Hanif juga bikin stat terimakasih hujan tapi pake bahasa jerman, bedanya bang Janif gak pake do'a, pakenya juga emoticon payung eh emoticon awan hujan gitu,terus bacgrkund tulisannya abu muda.tar ya iklima kirim screenshootnya"

Ada perasaan hangat ketika Adisa melihat screen shoot stat Hanif yang dikirim Iklima, perasaan hangat karena ungkapan hatinya ternyata tertuang sama. Tapi seketika senyum Adisa pudar ketika mengingat Haliza, dengan segara Adisa menepis rasa bahagianya itu.

Adisa
"Iyakan emang harus bersyukur kalo hujan"elak Adisa

Iklima
"Oh gitu, kirain ada kejadian apa gitu tadi pas bang hanif nganterin kak disa. So'alnya pas dibilang stat WAnya samaan sama kak disa bang hanif langsung hapus statnya"

Adisa hanya terkekeh membayangkan wajah datar Hanif. Dan membuka galerinya menslide fotho demi fotho saat menunggu ice cream. Kemudian bergegas menuju ruang printer unuk mencetak fotho berikuran palaroid.

"Ayah"sapa Adisa pada ayahnya yang tengah berkutat dengan laptop diruang tengah.

"Eh Disa, mau kemana, nak?"tanya sang ayah

"Disa mau cetak fotho, yah"jawab disa sembari berlalu ke tempat tujuan.
...

"Spesial buat Ayah, teh hijau hangat dengan sedikit gula"ujar Adisa sembari menyimpan satu gelas teh dimeja sang ayah.

"Makasi sayang"ujar Nazman sembari mengelus lembut kepala putrinya

"Yah!"

"Iya, Dis"

"Adisa mengundurkan diri dari jurnalistik"ujar Adisa menundukan kepalanya pilu

"Kenapa?"tanya Nazman embut sembari menyimpan laptop dari pangkuannya diatas meja, kemudian membuka kacamata yang bertengger.

"Ada hubungannya sama masalah kemarin?"tanya Nazman mengingat masalah Adisa dengan Evan dan Hanif.

"Iya, yah.. Insya Allah kalo Disa keluar dari jurnalistik Disa gak bakal ada urusan apapun sama Hanif dan jarang ketemu dia, terhindar deh dari berbagai macam fitnah"jelas Adisa enteng

"Subhanaka inni kuntu mina dzalimin sayang,tapi bukannya kalo smester dua ini Evan udah bakal jarang banget ke sekolah ya? Kan beres UN tinggal santai"ujar sang Nazman

"Memangnya tuduhan itu datang dari Kak Evan saja, Yah"kekeh Adisa membuat Nazman tersenyum simpul

"Rupanya anak ayah udah besar ya sekarang"kekeh Nazman disusul menyeruput teh hangatnya.

"Ayah gak kepikiran nyari mama lagi buat Disa?"tanya Disa sembari tertawa pelan

"Kamu ini, mama kamu iti satu-satunya buat Ayah, sayang"jelas sang ayah lembut

"Ayah"ujar Adisa lembut sembari duduk di bawah kaki sang ayah dan menyimpan kepalanya pada paha Nazman.

"Kenapa sayang?"tanya Nazman sembari menyelipkan helaian rambut Adisa pada telinga Adisa.

"Disa pengen dapetin beasiswa di UII Jogja, Disa pengen kuliah disana, setelah dapat satu smester akan ada ajang buat lanjut study di German, Yah."ujar Disa prau

"Ya belajar dong dari sekarang, semangat gapainya" ujarcNazman menyemangati.

"Tapi kalo semisal Disa nanti dapet, Ayah sama siapa disini?"tanyanya pilu

Nazmanpun membelai rambut Adisa pelan.

"Kamu pasti dapet sayang, prestasi kamu tidak pernah menurun, makanya kamu harus pertahankan itu. Kalo semisal belum rezekinya, ayah sanggup kok biayain kamu. Terus urusan ayah gimana kamu gak perlu khawatir kan rencana awal kita jelang kamu masuk kelas tiga kita ambil asisten rumah tangga yang datang pagi dan pulang sore".jelas Nazman

Adisa hanya menganggukan kepalanya kemudian semakin menelusupkan wajahnya pada paha Nazman yang terbalut sarung.

....
Sementara di lain tempat, Hanif nampak tengah menatap langit ruang tv dembari mencengkram buku yang sudah selesai dibacanya.

"Bang"sapa Arzi-ayah Hanif

"Iya, Bi" sahut Hanif kemudian bangun dan duduk disamping Arzi

"Abi denger Bang Hanif lagi deket sama perempuan ya?"tanya Arzi santai

"Enggak ada, Bi"jawab Hanif enteng

"Umi yang cerita lho, yang kemarin anterin kamu pas bebakbelur itu'kan?"tanya Azri dengan tatapan menggoda

"Adisa cuma temen Hanif , Bi"

"Oh gitu, cuma temen aja ya?"ulang Azri membuat Hanif semakin memerah

"Hanif bingung, Bi"ujaf Hanif akhirnya

"Hanif hak pernah ngerasain ini sebelumnya, Hanif gak bisa nyimpuli sendiri" ujar Hanif santai

"Hei boy, rasa itu adalah fitrah dari Allah yang harus kita jaga, dan sampai sini kamu faham'kan harus menghadapinya dengan cara seperti apa?"lanjit Arzi memberi kode peringatan

"Faham, Bi, lagian juga Hanif mau fokus sekolah"

"Tapi kalo nanti tamat SMA mau langsung halalin dia Abi dukung kok"ujar Arzi enteng membuat Hanif terbelalak kaget

"Ma.. maksud Abi?"

"Abi tidak melarang kamu untuk nikah muda, kalo kamu mau ambil tawaran Abi untuk kerja di perusahaan abi nanti, Abi persilahkan tapi kamu akan jadi karyawan biasa, Abi mau kamu mulai dari nol"

"Tapi kuliah Hanif?"

"Abang akan tetap kuliah leguler kok, cuma'kan Abang nanti harus nafkahin istri Abang, masa iya masih mau dari Abi ..hihi"

"Abi kenapa punya pemikiran sepertu itu?"tanya Hanif penasaran

"Abi cuma mau kasih tahu gimana enaknga ditemenin dari nol sama pendamping kita"jawab Azri

"Tapi umur Adisa dua tahun dibawah Hanif, Bi, kan Hanif pernah telat sekolah satu tahun pas mondok kemarin"

"Oh jadi bener Adisa yang mau kamu jadiin calon istrinya?"kekeh Azri membuat Hanif kembali memasang wajah datarnya.

"Lagi pada ngomongin apa ini?"tanya Balqist yang barusaja turun dari lantai atas

"Ini lho Bun, yang Binda obrolin kemarin"jawab Azri membuat Hanif tertunduk dengan wajah tanpa ekspresi.

"Hanif sebenernya bingung, Bi, satu sisi Hanif percaya kalo jodoh, kapanpun dan bagaimana caranyapun akan Allah persatukan, tapi kadang Hanif ngerasa takut keduluan sama orang lain"jelas Hanif membuat kedua orangtuanya kaget

"Abang ikhlasin saja sekarang, entah ikhlasin untuk kembali dijemput ataupun ikhlaskan untuk menyusuri kehidupan masing-masing, pasrahkan saja segala urusan sama Allah, karena semua yang kita cintai, sejatinya adalah milik Allah. Dan, akan disatukan, lalu dipisahkan atas izin dan rida-Nya"jawab Balqist menenangkan

"Dan inget, Abang gak boleh berlebihan terhadap makhluknya, apalagi dalam menyimpan harap, Allah itu Maha pencemburu lho"tambah Azri membuat Hanif mengangguk faham

"Intinya awas aja kalo Abang sampe berani pacaran, sekarang fokus belajar, kejar apa yang jadi cita-cita Abang, jangan lupa libatkan Allah dalam segara urusan"timbal Balqist.

ADISA( ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang